Bab Lima

74 5 0
                                    

Liona menghela nafas berat. Ia tak bisa membendung tangisnya yang hampir pecah. Ada rasa sesak di dada kala melihat gundukan tanah yang ditandai dengan batu pada ujungnya. Hanya kata maaf yang bisa ia gumamkan untuk Bony. Benar kata Mama. Karena keberadaan Lionel ia melupakan Bony. Tapi, ia juga tak bisa menyalahkan Lionel begitu saja. Ini semua salahnya. Ia lupa dan ia lalai menjaga Bony. Seharusnya kemarin-kemarin ia tak terlalu fokus pada Lionel saja. Kucingnya bukan hanya Lionel. Ia juga memiliki Bony.

" Maaf, Bon. Maafkan aku yang tak becus ini."

Liona menangis sekencang-kencangnya. Kucing kesayangan yang sudah menemani hidupnya selama lima tahun kini meninggal atas kesalahannya. Ia memang manusia yang tak bertanggung jawab.

Lionel menghampiri Liona. Menyundulkan kepala ke kaki gadis itu dengan bulu lembutnya. Liona menghapus air matanya lalu mengelus tubuh Lionel dari kepala hingga punggung. Bony akan jadi kucing terakhir yang berakhir seperti ini. Ia tak ingin Lionel atau kucing setelahnya seperti ini. Bagaimana pun Lionel dan seterusnya tak akan berakhir seperti Bony.

Walaupun berusaha tegar, Liona masih ingat bagaimana sosok Bony. Ia tak mungkin begitu saja lupa akan Bony yang selalu menganggunya saat belajar atau mencakarnya saat tidur juga menganggunya. Banyak hal telah mereka lewati hingga tak terhitung berapa banyaknya. Kematian Bony sangat-sangat disayangkan untuk terjadi.

" Apa Bony akan bahagia, Ma?"

" Setidaknya ya. Semoga saja." Mama memerhatikan kucing hitam di bawah meja makan lalu menatap  serius Liona. " Apa kamu berpikir untuk menggantikan kucing itu dengan Bony?"

" Mama tahu kan aku tidak bisa hidup tanpa kucing?"

" Ya. Tapi, kenapa harus dia? Dia biasa hidup di luar. Berbeda dengan Bony, Li."

" Aku tahu. Aku akan buat dia biasa hidup disini." Kata Liona ambisius.

Hi, LionaWhere stories live. Discover now