Bab Tujuh

66 5 0
                                    

" Kamu ingin membeli apa? Aku ingin membeli makanan untuk Spike." Tanya Emily ketika mereka sampai di sebuah pet shop di tengah kota.

Liona tak langsung menjawab. Ia bergerak ke sebuah rak yang berisi pernak-pernik untuk hewan mulai dari kucing hingga anjing. Lalu perhatiannya tertarik pada kalung kucing yang sepertinya tampak lucu bila dipakai Lionel. Selama ini Liona belum membelikan apapun untuk Lionel kecuali makanan. Berbeda sekali dengan Bony dulu yang koleksi kalung sampai lusinan tersimpan di lemari. Berhubung Lionel termasuk kucing jantan tak mungkin juga ia memakai pernak-pernik peninggalan Bony.

" Aku akan membeli ini." Aku Liona. Ia membawa kalung itu ke meja kasir disusul Emily di belakangnya.

" Tumben bukan pink. Kenapa biru tua?"

" Bony kan sudah meninggal. Jadi aku membeli ini untuk Lionel."

Emily agak terkejut. " Bagaimana kucing gemuk itu bisa meninggal?"

" Mama bilang dia sakit. Awalnya sih makannya telat terus sakit."

" Aku turut prihatin soal kematian Bony itu." Emily menepuk bahu Liona. " Semoga Bony tenang disana."

Liona memaksakan senyumnya mengembang. " Semoga saja."

Setelah mereka membeli keperluan hewan kesayangan mereka masing-masing, keduanya memilih untuk pulang ke rumah sebelum sore. Liona khawatir Sang Mama akan mencarinya bila ia tak segera pulang karena kepergiaannya dengan Emily benar-benar mendadak tanpa direncanakan sebelumnya. Malah ia lebih khawatir lagi karena jam makan Lionel sudah lewat. Kira-kira kucing itu sudah makan atau belum ya?

" Salam untuk Mamamu ya. Sepertinya aku tak bisa mampir. Mungkin minggu depan."

" Baiklah. Sampai jumpa."

Sesampainya ia di rumah, ia melihat Lionel sudah menunggunya di teras. Kucing itu duduk dan memerhatikan kedatangannya. Begitu di panggil Lionel barulah dia berlari.

" Kucing pintar." Puji Liona. Ia merogoh tasnya. Mengeluarkan kalung kucing yang tadi dibelinya di pet shop. Kemudian mengelus bagian leher Lionel. Kucing itu mendongak sambil terpejam. Terlalu nyaman menikmati elusannya. Ia juga memasangkan kalung itu ke leher Lionel. Awalnya kucing itu garuk-garuk. Berusaha melepas kalung pemberian Liona karena belum tebiasa. Tapi dengan segera Liona mengelitiki tubuh Lionel, berusaha membuat kucing tersebut lupa akan kalung itu.

Mama terlihat memasuki halaman. Wanita itu menenteng beberapa kantung belanjaan dan berhenti di dekat Liona dan Lionel. " Kamu membelikan dia juga? Kenapa tidak memakai milik Bony?"

" Bony kan betina Mama. Lionel itu jantan."

Mama tersenyum simpul. " Semoga saja dia tak mencuri ikan Mama lagi."

" Ayo kita makan, Lionel." Kata Liona semangat. Ia mengangkat tubuh Lionel yang gemuk ke dalam pelukannya lalu berjalan di belakang Mama. Kucing itu bertambah besar ditiap harinya.

" Jangan terlalu sibuk dengan Lion. Kamu harus menjaga kesehatanmu, Li."

Liona tak mengindahkan, ia terlalu sibuk dengan Lionel yang menarik-narik rambut. Kucing itu amat sangat bahagia begitu juga dengan Liona. Tanpa seorang teman ia masih bisa hidup di dunia ini. Baginya, Lionel sudah seperti teman. Menunggunya saat pulang. Mengajaknya bermain walau enggan. Juga menghiburnya bila hati tak sedang bersahabat.

" Kamu dengar Mama? Liona?"

Ia mempererat pelukannya pada Lionel lantas mengangguk pelan. " Iya, Ma."

Hi, LionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang