Bab Sebelas

78 5 0
                                    

" Kamu yakin dia semenyebalkan itu?"

" Aku yakin seratus persen, Mil. Mamaku tak pernah seperti itu pada orang lain."

Emily tampak berpikir. " Lalu bagaimana kucingmu? Mungkin saja itu waktunya dia kawin. Dulu kucingku juga begitu. Tapi Spike bisa saja seperti itu."

" Spike kan anjing. Apa dia akan seperti Lionel juga?"

Emily mengangguk. " Bisa jadi." Setelah jeda beberapa saat ia pun bicara. " Kira-kira seperti apa si Alex itu? Seperti murid SMA atau anak kampus atau malah anak SMP?"

" Kata Mamaku umur dia tujuh belas tahun."

Mata Emily berbinar. " Berarti dia sebaya denganmu." Kemudian senyum licik mengembang di sudut bibirnya. " Apa jangan-jangan dia menyukaimu? Mungkin dia ingin meminta restu dari Mamamu secara langsung."

Liona mulai geram. Giginya terdengar gemeretak menahan dongkol.

" Kenapa juga kamu panggil dia anak itu? Kupikir dia tak memiliki nama makanya kamu panggil begitu." Emily tertawa girang. Sahabatnya malah terlihat tak senang.

" Bagaimana pun juga di mataku Alex itu terlihat anak kecil."

" Aku jadi ingin bertemu dengan Alex. Kalau kamu tak mau untukku saja." Emily menggoda. Ia menyenggol bahu Liona sambil memancungkan bibir.

Sebuah rumah yang tak terlalu megah untuk dihuni menghentikan langkah ke duanya. Diseberang rumah itu terdapat kolam ikan dengan jembatan di atasnya.

" Rumahmu belum berubah juga." Emily kembali menggerakkan kakinya, memasuki halaman rumah Liona. " Terakhir aku kesini Ayahmu sedang merenovasi bagian teras."

Liona tersenyum. " Seharusnya kamu sering main kesini."

" Tahu sendirilah tugas SMA tak seperti SMP dulu."

" Terlalu memikirkan tugas sampai lupa caranya jatuh cinta." Tambah Liona.

" Bukannya hatimu berkerut?"

Liona memutar gagang pintu. Saat ia melongok ke ruang tamu, ia melihat Lionel sedang melingkar. Setengah tertidur karena kedatangannya. Kucing itu menatapnya sekilas kemudian kembali tidur.

" Mama. Emily datang." Seru Liona dari ruang tamu.

Mama muncul dari ruang tengah. Ia menyapa Liona dan sahabatnya. Memeluk Emily erat-erat seperti anak yang sudah lama tak bertemu Ibunya.

" Sudah lama tak kesini ya." Mama memulai percakapan.

" Iya. Akhir-akhir ini aku repot mengurus OSIS untuk penerimaan murid baru." Emily mengedarkan pandangannya ke segala penjuru rumah. " Dimana Alex? Apa dia tidak kesini?"

Mama agak terkejut. " Dari mana kamu bisa tahu Alex?"

" Liona yang memberi tahuku."

Liona meninggalkan ruang tamu. Berjalan menuju kamar untuk mengganti seragam. Membiarkan kedua manusia itu saling melepas karena sudah lama tak bertemu. Mereka mulai tertawa dan sesekali meringis kala membicarakam sesuatu yang sangat seru untuk dibahas.

" Dia sangat tampan, Mil." Puji Mama. Matanya yang masih waras

" Wahhh... Aku tahu selera Tante tinggi. Aku jadi ingin bertemu dengannya." Kata Emily kagum. Ia menutup mulutnya dengan tangan. Matanya seolah takjup padahal dia belum melihat objeknya secara langsung. Membayangkan saja sudah cukup membuatnya senang. " Tunjukkan padaku seperti apa dia, Tan. Tante memiliki fotonya?"

Mama agak kecewa. " Wahh belum kepikiran untuk memoto dia."

Lionel yang semula tidur di sofa mendadak bangun dan duduk menatap Emily juga Mama. Emily yang merasakan pergerakan aneh di samping Mama Liona pun tertarik untuk memerhatikan. Alangkah terkejutnya dia melihat kucing hitam berekor panjang duduk di samping Mama Liona.

Hi, LionaWhere stories live. Discover now