Bab Delapan

56 5 0
                                    

Sorenya, saat jam menunjukkan pukul 4. Liona bermain bersama Lionel di halaman depan rumahnya. Ia mengulurkan tali kepada Lionel lalu menariknya agar kucing itu mengikuti pergerakan tali yang ditarik Liona. Hingga tali itu memasuki semak-semak tepat di depan rumah dan Lionel meloncat ke semak-semak itu. Seakan semak-semak bukanlah penghalang bagi hewan berkaki empat itu. Namun, setelah menunggu Lionel tak segera keluar juga dari sana. Ia khawatir. Ia mencoba menyibakkan semak-semak. Tak ada Lionel disana. Yang ada hanya seorang anak laki-laki berkaos cokelat dengan celana pendek hijau.

" Apa yang kamu lakukan di situ?" Tanya Liona curiga. Gelagat anak itu benar-benar aneh.

Anak itu menggiba-gibaskan tangannya di lengan yang ditempeli daun kering. " Aku juga tidak tahu. Jangan tanya aku."

" Sebaiknya kamu menyingkir dari sana. Aku ingin mencari Lionel. Apa kamu yang menyembunyikannya?"

Mata anak itu membulat. Tak terima dengan ucapan Liona barusan. Hampir atau malah sudah pasti menuduhnya. " Kenapa menuduhku?"

Mendebatkan sesuatu pada anak itu yang di dapat hanyalah lelah. Ia juga tak ingin berbicara banyak hanya karena Lionel. Bayangkan, kucing itu hilang di semak-semak dan belum juga keluar dari sana. Lalu yang ada malah seorang anak laki-laki yang tak Liona kenal sama sekali. Bagaimana tak kesal ia?

" Wahh kenapa kamu sensi sekali?"

Anak itu mengerjapkan mata. " Apanya?"

" Pendek akal."

" Hey! Aku sudah makan banyak garam daripada kamu." Balas anak itu.

Liona tertawa. " Pantas saja darah tinggi."

Hi, LionaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant