Teman Untuk Hari Ini Saja

197 5 3
                                    

Aku berada dalam kamar dan terjaga. Sungguh sulit memejamkan mata. Entah mengapa, sendu yang menyelimuti hati mewarnai malam yang sedikit meresahkan. Begitu berisik suara ayah dan ibu. Kualihkan pendengaranku terhadap apa yang sedang terjadi. Dilangit-langit kamar aku mencoba membayangkan anak biri-biri yang jumlahnya tak terhingga. Kemudian menghitungnya, siapa tau dengan cara ini aku akan lelah dan tertidur. Namun yang kulakukan ternyata sia-sia.

Ibu berat hati dengan keputusan ayah yang mengundurkan diri dari kantor tempat beliau bekerja. Entah apa yang melatar belakangi ayah melakukan hal tersebut. Yang jelas dari apa yang sedang mereka bicarakan, sepertinya ayah juga menyesali keputusan yang telah diambil. Beliau sangat mengkhawatirkan keadaan keluarga setelah hal ini terjadi. Sampai pada akhirnya, ayah mengucapkan perkataan yang seketika membuatku tak berdaya. Beliau berjanji apabila kelak bisa mendapatkan pekerjaan baru, maka keluarga kami akan mengangkat seorang anak dari panti asuhan. Tentu saja aku tak mampu menerima semua itu. Hidupku serasa terancam. Menurut cerita teman-teman, mereka mengutuk dirinya sendiri karena telah memiliki saudara entah itu seorang adik ataupun kakak. Mereka menuturkan betapa sialnya sebab harus dibeda-bedakan dengan saudaranya. Ketika kalian memiliki saudara, segala sesuatu yang kita dapatkan harus dibagi rata dan tidak akan menjadi milik kita sepenuhnya. Sedangkan saat ini ayah mengambil keputusan yang sangat sulit kuterima, yakni mencarikan saudara yang bahkan tidak ada ikatan darah denganku. Aku yang merasa sulit untuk tidur tiba-tiba tak lagi berkehendak untuk tidur. Ini adalah hal paling buruk yang akan kualami. Ingin rasanya aku berteriak ditengah heningnya malam. Apa aku harus berdoa agar ayah tidak mendapatkan pekerjaan sehingga aku tidak akan memiliki saudara yang tak kuinginkan kehadirannya? sepertinya itu mustahil. Bagaimana dengan keluargaku jika ayah benar-benar tidak mendapatkan pekerjaan?.

Pagi ini aku siap berangkat sekolah. Ibu mempersiapkan sarapan, ayah berpakaian rapi seperti biasa layaknya akan berangkat kekantor. Beliau meneteng tas yang mungkin berisikan ijasah, lamaran pekerjaan dan sejumlah persyaratan terlampir sesuai dengan tempat yang akan dituju. Ayah terlihat santai seolah tidak terjadi apa-apa. Mungkin beliau berfikir bahwa aku memang tidak perlu tau tentang kejadian yang menimpanya. Disaat seperti ini aku baru sadar bahwa pemikiranku yang kekanak-kanakan semalam perlu dihilangkan. Melihat perjuangan ayah sebagai kepala keluarga sangat berat demi membahagiakan aku dan ibu. Sampai-sampai beliau harus menutupi permasalahan yang sedang dihadapi agar tidak kuketahui.

۩۩۩

Sudah lima hari aku berangkat sekolah tanpa diantar ayah. Beliau sedang mengambil cuti untuk beristirahat dirumah, seperti itu yang ayah sampaikan. Padahal kutau pasti bahwa beliau sedang sibuk melingkari koran yang menyediakan lowongan pekerjaan dengan duduk fokus sambil memasang kacamatanya diruang tamu. Ayah tetap menganggapku tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Tentang keputusannya resign dari kantor. Juga tentang saudara baru yang akan ada dalam kehidupan keluarga kami.

Dihari ke enam, ketika aku pulang sekolah suasana rumah terasa hening. Ayah dan ibu berkumpul diruang tamu, ditemani bocah seumuranku yang duduk dikursi sambil kaki kirinya menggaruk kaki kanan. Mungkin ia merasa gatal atau hanya iseng melakukannya.

"Arman perkenalkan ini Danar saudara barumu, mungkin kamu bisa menganggapnya sebagai adik. Sebelumnya ayah ingin meminta maaf kepadamu karena tidak menjelaskannya dari awal. Ayah khawatir kamu tidak akan setuju dengan keputusan ayah"

Beliau bercerita panjang lebar tentang rasa bersalahnya padaku. Ayah tetap menganggap bahwa aku belum paham tentang kejadian ini, padahal telah kufikirkan sejak jauh-jauh hari tentang ia dan kedatangannya. Hanya saja aku tak menyangka akan lebih cepat dari perkiraanku sebelumnya. Dan anak itu tersenyum seolah menyapa.

Metamorfosis Tak SempurnaWhere stories live. Discover now