Mengorbankan "Manusia Kupu-Kupu"

35 3 1
                                    

Remang-remang aku menyipitkan mata. Tak kuhiraukan cahaya pagi yang menembus kamar melalui renda kelambu jendela. Hari ini adalah minggu. Sudah menjadi rutinitasku bermalas-malasan untuk bangun dipagi hari. Dengan enggan aku melirik kearah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB. Dalam hati aku menggumam,

"Sepertinya aku bangun lebih pagi dari minggu-minggu sebelumnya".

Selanjutnya fikiranku hanya tertuju kepada ibu. Ibu ?, dimana ibu. Tak kujumpai gerak berisik aktifitas yang biasa ibu lakukan entah didapur ataupun ruang tamu. Biasanya dihari minggu beliau menghabiskan waktunya untuk membuat kue. Tanda dari aktifitasnya tak kuketahui pagi ini. Jendela kamar telah terbuka, itu berarti ibu sudah memasuki kamar ini. Beliau tau sekali kebiasaan yang kulakukan bahwa mimpi dimalam minggu selalu menjadi kembang tidur yang selalu indah hingga aku malas untuk segera mengakhirinya. Jadi, ibu tak pernah membangunkanku seperti hari-hari biasa karena harus berangkat kuliah atau melakukan aktifitas lainnya. Perlahan aku bangkit dari kemalasan dan berencana untuk mencuci muka dikamar mandi. Aku menemukan pesan yang ditulis ibu tertempel di kulkas. Isi pesannya bahwa ibu sedang berbelanja dan mungkin akan pulang sedikit siang. Kulihat dimeja makan ada menu yang sudah disiapkan.

Suasana minggu ini begitu membosankan. Setengah jam aku terpaku didepan layar kaca, namun acaranya tak membuatku berminat untuk lama melotot dan menghabiskan waktu bersamanya. Aku mulai bingung terhadap apa yang akan kulakukan. Sempat terbesit lebih baik aku membuka game online untuk mengisi waktu luang. Namun bayang-bayang tugas yang menumpuk didalam folder-folder mata kuliah membuatku merasa horor untuk membukanya. Aku mewurungkan niat karena bayangan tugas perlahan telah berhasil menghantuiku. Tak lama kemudian, terbesit bayangan toko buku yang terpampang jelas dihadapan mata. Sepertinya aku akan menemukan kebahagian disana, karena buku D-Aksa yang terbaru sudah terbit dan aku harus membelinya. Entah mengapa semenjak aku membaca tulisan D-Aksa yang berjudul "Ibu dalam imaji" semasa SMA dulu, membuatku jadi menggemari karya-karyanya. Secara tidak langsung pagi ini aku menjadi bersemangat untuk pergi ketoko buku.

۩۩۩

Banyak sekali pengunjung yang berdatangan minggu ini. Beberapa diantara mereka berdiri didekat rak memilih buku yang mereka cari. Didepanku dua anak kecil berlarian diantara para pengunjung yang sedikit berdesakan. Entah dimana orangtuanya. Yang jelas, orangtuanya pasti sibuk mencari buku yang mereka butuhkan. Sampai-sampai lupa bahwa anaknya sedang bosan ditengah keramaian, sehingga mereka mencari kesenangannya sendiri dengan berlari-lari ditempat yang seharusnya tidak pantas disebut taman bermain anak. Aku menuju rak yang biasa menyediakan karya-karya D-Aksa. Sedikit sibuk aku mencarinya. Yang kujumpai adalah buku-buku D-Aksa yang sudah pernah kubaca dan aku telah mengoleksinya dirumah. Bahkan aku sempat berfikir kemungkinan toko ini belum menyediakan buku terbarunya. Namun segera kutepis pikiran itu, tidak mungkin toko terbesar dikota ini belum memiliki terbitan terbaru dari para penulis ternama. Selang beberapa lama, kulihat gambar sampul buku seorang pria memiliki sayap kupu-kupu rusak dan tak sempurna. Ia berjalan merunduk dengan membawa bunga layu. Kubaca judulnya "Manusia kupu-kupu" akhirnya aku menemukannya. Ini adalah buku terbaru dari D-Aksa. Aku sangat beruntung karena ini adalah buku terakhir yang tersedia.

"Apa benar itu buku D-Aksa yang terbaru?"

Aku tak menyadari bahwa ada seseorang yang tiba-tiba menyapa. Aku tak langsung menjawab. Paras itu, dan senyum yang tergambar. Tidak terasa asing ketika menatapnya. Mengingatkan bahwa potret dari wajahnya yang begitu ayu seolah menegaskan bahwa kita pernah bertemu sebelumnya. Lambaian tangannya tepat didepan mata membuatku sadar bahwa dia menunggu jawaban dari sapaannya. Bukan aku terpesona pada pandangan pertama. Melainkan aku jatuh cinta untuk pandangan yang kedua.

"Ya.. Manusia kupu-kupu. Buku terbaru dari D-Aksa" aku menjawab sekenanya. Dia wanita yang pernah kulihat di kafe beberapa minggu lalu. Wajahnya benar-benar lebih indah jika dilihat lebih dekat. Ketika mata kita saling bertemu, aku mempunyai perasaan bahwa tuhan menjawab doa yang sempat kupanjatkan diakhir pertemuan kami.

"Ini buku satu-satunya yang tersisa" aku menyambung pembicaraanku.

"Sayang sekali aku harus menunggu beberapa waktu lagi untuk membaca karya terbaru dari D-Aksa sebab tidak ada yang tersisa di toko ini"

"Kupikir aku adalah satu-satunya penggemar karya-karya D-Aksa. Ternyata kamu juga salah seorang yang mengaguminya. Dan ada lebih banyak dari kita yang menggemari sosok D-Aksa. Buktinya buku yang baru terbit hanya tersisa satu untuk hari ini"

"Mungkin ini bukan hari keberuntunganku" ucapnya dengan nada kecewa, kemudian tersenyum sambil memperhatikan buku yang tengah kupegang.

"Aku akan mencari buku yang lain, senang bisa bertemu dengan penggemar D-Aksa sepertimu" ia melanjutkan perkataannya, kemudian beralih meninggalkan aku dengan senyum yang merekah.

Sungguh tak kusangka bahwa kami dipertemukan dalam situasi seperti ini. Kutau bahwa kami memiliki kesamaam terhadap satu hal, kami mengagumi seseorang yang sama yakni D-Aksa.

Aku menuju kasir sambil terbayang kejadian yang baru saja terjadi. Kubayar buku ini sambil memperhatikan gerak gerik gadis itu. Ia bersandar dirak sambil membaca buku yang ia bawa. Sesekali ia membetulkan kacamatanya. Bahkan menggunakan kaca mata, ia lebih indah dibanding saat kita bertemu sebelumnya. Aku meminta pramuniaga yang ada didekatku untuk memberikan buku yang telah kubeli kepada seorang wanita yang sedang bersandar sambil membaca buku itu. Aku mengorbankan keberuntungan dengan memberikan buku D-Aksa kepada seorang gadis yang bahkan setelah bertemu kali kedua kami tidak saling berkenalan. Tapi, aku cukup bahagia karena hari ini kami saling menyapa mengingat pada pertemuan sebelumnya hanya mata yang saling tertuju. Aku segera keluar dari toko sebelum ia melihat bahwa aku yang memberikan buku itu. Meski pada dasarnya ia tau bahwa aku yang sengaja memerikan. Hanya saja, aku menirukan apa yang dilakukan aktor TV dengan berlagak sok misterius berharap memberikan kesan lain kepada wanita yang sedang menarik perhatian. Kemudian, kulihat ia menatap kearah tempatku berdiri sebelumnya. Kulihat sorot matanya mengamati disekitaran kasir. Akhirnya ia menatapku saat hendak meninggalkan toko dengan membawa motor. Ia melambaikan buku yang baru saja kuberikan sembari tersenyum dan mengatakan sesuatu yang tak terdengar olehku. Dari gerak bibir itu sepertinya ia berkata "Terimakasih atas bukunya".

Hari ini aku bahagia bertemu dengannya, meski ada sedikit sesal yang masih terasa. Seharusnya aku bertanya tentang banyak hal yang ingin kuketahui. Ingin aku mengatakan "Hai, aku Arman dan siapa namamu?". Benar-benar kebodohan yang terulang untuk keduakali. Namun, aku mempercayai takdir tuhan. Setelah ini masih banyak rencana yang belum diperlihatkan oleh-Nya untuk mengatur cerita kami selanjutnya.

Metamorfosis Tak SempurnaWhere stories live. Discover now