Sekedar Bertemu Lalu Kembali Berpisah

28 3 1
                                    

Kebahagiaan terlalu singkat jika dirasa. Seolah detak jam bergerak terlalu cepat membawa setiap peristiwa yang telah terjadi. Aku memperhatikan dua anak kucing saling mengejar dihalaman rumah. Yang satu berwarna putih dengan aksen hitam pada tubuh bagian belakangnya. Sedangkan satu lagi berwarna putih dominasi kuning kecoklatan. Kucing-kucing itu mungkin bersaudara. Kucing berwarna kuning kecoklatan berusaha mencakar-cakar kucing yang lebih kecil darinya. Mereka mengeong entah apa yang dimaksudkan. Kucing kecil hanya membalas sebisa yang ia lakukan sebagai cara mempertahankan diri, selanjutnya meronta dan mereka saling mengejar.

Dua kucing itu hilang dari pandangan. Keduanya berlari begitu cepat. Mataku sibuk mencari jejak-jejak kemana mereka saling berkejaran. Tak lama kemudian, kucing berwarna kuning kecoklatan kembali ketempat awal mereka beradu. Ia berjalan lesu seorang diri. Nampaknya ia sedang merasa kesepian seolah menyesal atas apa yang telah dilakukan.

Terkadang aku merasa apa yang baru saja terjadi sama persis dengan lika-liku dalam kehidupanku. Tentang semua hal antara aku dan Danar. Tiba-tiba bayangan masa lalu yang terjadi didalam rumah terputar ulang. Bayangan yang sengaja dipertontonkan oleh diriku sendiri yang kini merasa sedih jika mengingatnya. Aku berharap seandainya waktu dapat terulang, akan kuperbaiki semua hal yang pernah terjadi. Menciptakan kehidupan indah yang tak pernah ada penyesalan didalamnya. Namun, apakah benar yang sedang aku fikirkan ini. Apakah adil jika semua cerita terulang dengan sempurna seperti yang aku perkirakan. Atau bahkan malah sebaliknya, andai saja waktu benar-terulang terulang seperti apa yang kuharapkan. Justru hidup ini tidak akan indah. Mungkin aku tidak pernah merasakan kerinduan, aku tidak tau perih dari sebuah penyesalan. Bisa jadi akan jauh lebih buruk. Bisa saja karena tidak terdapat ombak yang menerjang dalam kisah ini, pada akhirnya malah melahirkan sebuah kebencian yang tidak pernah kuinginkan dimasa sekarang ataupun dimasa depan. Tuhan merencanakan skenarionya terlalu luar biasa untuk kumengerti. Aku sebagai pemegang peran hanya bisa melakukan semampuku untuk mengembangkan segala hal yang telah tuhan gariskan. Yang jelas aku selalu bersuha untuk memperbaikinya. Aku berbahagia kisah ini berjalan tanpa kuketahui akhirnya.

Aku beranjak memasuki rumah. Sepertinya Danar sedang membantu ibu di dalam. Akan lebih baik jika aku turut membantu mereka. Sebelum kaki melangkah memasuki rumah. Suara kucing yang bersautan kembali terdengar. Aku membalikkan badan dan melihatnya. Ternyata kucing kecil yang tadi sempat beralih, kini telah kembali. Kedua kucing itu saling mengeluskan kepala mereka satu sama lain. Bukankah pemandangan ini sangat menyentuh. Selanjutnya mereka kembali saling berkejaran meninggalkan aku yang tengah ternyuh menyaksikannya.

۩۩۩

Dua hari ini hubunganku semakin lancar bersama Diana. Ketika di Terminal Kopi kami sempat bertukar nomor telfon. Setiap malam kami bercengkrama ria saling bercerita tentang kesibukan masing-masing. Aku menganggap Diana sebagai wanita yang sempurna untuk menjadi teman, sahabat bahkan rekan hidup dikemudian hari.

Aku tak pernah absen mengunjungi blok Diana yang berisikan segala hal terkait dengan D-Aksa. Diana sering berhubungan dengan Danar melalui telfon untuk keperluan tulisan yang ia susun terkait karya-karyanya. Terakhir kali kami bertemu di Terminal Kopi adalah pembicaraan tentang hobby baru yang Diana lakukan. Orang-orang kini tak lagi asing terhadap sosok D-Aksa. Blok yang Diana buat selalu diintip banyak penggemar D-Aksa yang ingin tahu tentang karya-karya bahkan keseharian sosok yang mereka kagumi. Sebagai seorang penggemar, Diana beruntung bisa mendapatkan kesempatan secara langsung untuk menggali informasi yang ingin ia ketahu dari Danar. Kami bertiga menjadi teman yang cukup dekat.

Ada hal yang tiba-tiba aku risaukan. Sudah tiga hari Danar menghabiskan masa liburannya di Indonesia, esok ia akan kembali ke Singapura meneruskan kesibukannya. Tak terasa setelah ini kami akan menjalani kehidupan seperti sebelumnya. Meskipun tidak dipungkiri kami masih bisa berkomunikasi dengan segala kemajuan teknologi yang serba canggih. Tak peduli sejauh apa kalian terpisah, maka tidak ada yang mustahil untuk era yang sekarang.

Metamorfosis Tak SempurnaWhere stories live. Discover now