Bintang

22 3 1
                                    

BINTANG

By: D-Aksa

Sinar bintang dan pijarnya

Mata kini menangkap indah silau bintang

Menerawang jauh dan berimaji tentang malaikat yang hidup disana

Bintang selaras dalam gelap, pekat berdampingan meski bersekat

Menghibur hati yang bercermin tentang suatu kedamaian

Aku menitipkan rindu kepada-Nya

Bintang, kini aku bahagia

Kunang-kunang yang menyala

Menjadi penglipur lara dalam gelap yang kurasa

Puisi itu salah satu karya dari D-Aksa seseorang yang sangat kukagumi. Sebenarnya aku tidak terlalu paham dengan maksud puisi diatas. Dan aku tidak berusaha menafsirkan atas makna yang ingin ia sampaikan. Puisi bintang tertulis disini karena mewakili suasana malam yang sungguh terang, berkilauan dengan cahaya bintang. Malam yang lebih indah dari malam-malam sebelumnya. Kini aku dan Danar menjadi saksi akan keindahannya.
Sebelum menepati janji untuk mengantar Danar diacara yang akan ia hadiri esok, aku mengajaknya untuk pergi ke dermaga. Menyaksikan lalu lalang kapal dengan gemerlap cahaya yang dipancari lampu-lampunya. Sungguh berpadu dengan sinar rembulan dan bintang yang menyebar jauh diatas sana. Malam ini aku bercerita banyak, sesekali membahas peristiwa tentang masa kecil kami yang terkadang sedikit sungkan untuk kubicarakan. Namun sekali lagi, sekarang kami telah dewasa dan berpandangan kearah yang lebih baik. Tentu saja cerita itu berujung dengan canda tawa yang melengkapi malam kami.
Danar mengeluarkan sesuatu dari tas yang ia bawa. Kemudian memberikannya kepadaku, ia berkata bahwa itu adalah oleh-oleh yang dibawanya dari singapura. Ayah dan ibu juga mendapatkannya tadi pagi. Setelah kubuka, isinya arloji yang sangat mewah. Aku terkagum tak menyangka atas apa yang ia hadiahkan. Bagaimana mungkin aku menolak hadiah semewah ini, arloji yang pas dikenakan lelaki dewasa dan tepat dibagian angka duabelasnya terdapat berlian berkilau sama dengan kilau bintang yang memancar paling terang diantara bintang lainnya.

"Kenapa, kamu memberikan hadiah semewa ini kepadaku"

"Itu pantas untuk kamu pakai Arman" singkat sekali jawaban yang ia sampaikan.

"Sebenarnya aku senang menerimanya Danar. Tapi, apakah barang ini tidak lebih pantas untuk kamu pakai sendiri. Aku yakin ini adalah hasil kerjakeras yang kamu wujudkan menjadi barang mewah sedemikian rupa"

"Aku tidak terbiasa menggunakan barang seperti itu. Lebih pantas jika kamu yang menggunakannya"

Mendengar apa yang ia katakan, aku segera memakai arloji yang ia berikan. Ia menegaskan bahwa arloji yang kupakai telah berada ditangan yang tepat.  Aku melirik Danar yang berulang kali melempar pandangannya kearah langit dan bintang-bintang. Entah apa yang sedang ia fikirkan. Kemudian ia menunjuk dua bintang berdampingan yang sinarnya paling terang diatas langit. kemudia ia berkata kepadaku:

"Didalam hati, aku sedang bercerita kepada mereka, bahwa aku tidak lagi merasa sepi. Disini aku mendapatkan kasih sayang darimu serta ayah dan ibu".

Aku tak menanggapi apa yang ia sampaikan. Namun mataku juga tertuju kearah dua bintang itu. Kami sama-sama terdiam. Hingga akhirnya telfon dari ibu membuat kami harus segera pulang. Ibu mengkhawatirkan aku dan Danar sebab terlalu larut malam meninggalkan rumah.

Metamorfosis Tak SempurnaWhere stories live. Discover now