01

121 35 41
                                    

Baca nya santai aja ya....

---- The Story In The Dream ----

Setelah bertemu dengan orang yang paling menyebalkan, akhirnya tuhan menyelamatkan Gue, dengan suara bell yang berdering, akhirnya penderitaan Gue selesai.

"Dit, entar kalau lu mau main, gue ikut ya, bosen dirumah," Sinta langsung menyandang tasnya, dan mengikat rambutnya dengan karet, yang biasa ia ambil dari tas Mawar.

Tapi Gue tidak memperdulikannya, kuping Gue tiba-tiba menjadi tuli, mulut Gue menjadi bisu, seakan-akan anggota tubuh Gue mengerti, bahwa ujung-ujungnya, hanya akan menyakiti hayati.

Bodo amat, lu mau minta jemput, mau kerumah gue, mau apa aja, yang jelas gue nanti mau tidur.

"Gue duluan Dit, entar kalau Mama gue nanya-nanya lagi, bilangin aja kita mau kerja kelompok ya, dah...Adit," Ia berjalan mendahului gue,

"..??????" Gue menggaruk kepala. Dengan badan terbungkuk lemah karna beban hidup yang menyedihkan, ditambah lagi siksaan dari perempuan gila itu.

Lengkap sudah penderitaan gue.

Lagi-lagi, aku memperhatikan Sinta berjalan, ia selalu memaksakan diri untuk terlihat seksi, padahal, ketebalan tubuh hanya lima belas centi. Gue harus akui, tubuh nya mirip sekali tumpukan papan.

Oh..... Sungguh Kenyataan yang menyakitkan.

"Dring.....dring......dring..." Handphone gue selalu berbunyi, Entalah kenapa selalu Ria yang menelpon gue. Setelah ia pulang sekolah.

Ria berbeda dengan Sinta, ia sedikit pendiam, dibanding dengan sinta, tubuh Ria lebih mirip dengan Gekma, sedikit berisi dibagian tertentu dan sebagian lagi agak kendor "ya mungkin berat," Tapi satu hal yang membuat semuanya sia-sia, Ria sering banget ngupil didepan umum. Dan sekarang Ria sedang menelpon gue.

Gue harap ia, tidak lagi mengupil.

"Iya.... Ada apa Ria ?" Gue sedikit bosan mengangkat telpon darinya.

"Gak apa-apa Dit, kamu udah pulang ?" Jawab Ria.

Gak apa-apa, kata-kata yang sangat menjengkelkan dalam hidup Gue, karna memaksa gue harus berpikir keras, apa tujuan sebenarnya.

"Belum Ria, bentar ya, entar sambung lagi aja, lagi dijalan soal nya," Gue langsung mematikan telpon, dan melemparnya kebangku belakang.

Gue meneruskankan perjalanan Gue.

Sesampai dirumah, tak ada hal yang membuat Gue semangat, Gue langsung melepaskan sepatu dan kaos kaki, aroma yang selalu membuat fikiran gue ngefly, dan melupakan beban hidup Gue, selalu tercium sangat tajam, dan Gue selalu menjaga aromanya agar tetap terjaga.

Ya... Itulah alasan Gue tidak mencuci kaos kaki Gue. Dan jujur aromanya sering nempel dikaki.

Gue langsung menujuh kekamar, dan membuka laptop, tempat di mana terdapat ratusan, video wanita Jepang yang menyelamatkan seorang kakek legend.

Itulah alasan pria Indonesia selalu mengidolakan Jepang.

Pikiran Gue berubah seketika, setelah berada didalam kamar, semua beban hidup Gue hilang, bersama bau badan, mereka pergi karna hembusan angin, dan menyebar karna hirupan AC. SEDAP.

Gue selalu sendirian dirumah, orang tua Gue selalu pulang malam, satu hal yang terkadang membuat Gue bosan dirumah, saat uang jajan Gue udah habis.

Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil.

"Adit...Adit..."

"Siapa ?"

"Sinta..."

Tubuh Gue tiba-tiba menjadi lemas seketika mendengar itu.

"Bentar...."

Gue berjalan kesana dengan celana boxser warna pink, dan betis yang dihiasi bulu yang sangat indah, gue langsung membuka pintu.

"Sth......" Suara engsel pintu yang mulai berkarat, gue membuka pintu dengan pelan-pelan, terlihat jelas, muka orang yang sangat mejengkelkan dalam hidup Gue.

"Kenapa lu kesini Sinta ?" Pertanyaan yang disampaikan dengan wajah bodoh, yang keluar karna bosan melihat wajahnya.

"Gue bosen dirumah Dit, gue kesini aje."

Sinta langsung masuk kerumah gue, dan berbaring disofa. Gue tak terlalu menghiraukannya Gue kembali kekamar dan lanjut menonton, film drama jepang, dan kakek-kakek sebagai pemeran utamanya. Tapi sial sinta masuk kekamar Gue, dengan sigap gue langsung menutup laptop gue dan meletakannya dibawah bantal.

"Ngapain lu kekamar Gue si ?"

"Hayo.... Lu lagi ngapain tadi Dit,"

Seperti nya Sinta mengetahui apa yang sedang Gue lakukan.

"Ih Adit omes..." Sinta langsung keluar, dan berlari kedapur, seperti nya ia mulai lapar, Gue mengikuti nya masih dengan boxser pink yang tadi gue pakai, dan sedikit cap, karna jony mulai berdiri. Gue harap Sinta tak terlalu memperhatikan itu.

Sinta membuka kulkas yang isinya, cuma ada air dan es batu, ia menggelengkan kepala nya.

"Kalau gue jadi elu, bisa mati kelaparan gue Dit,"

Gue hanya menggaruk kepala gue.

"Hehehe namanya juga laki Sin, kalo mau makan ya beli aja,"

"Ala... Lagu elu beli, tu warung sebelah kalau gue belanja disana, sering minta sampaikan ke elu, tolong bayar hutang,"

Anjir dah tu warung, Gue berharap ia mengihklaskan hutang gue.

"Yaelah.. Hutang cuma 2 ribu aje,"

Gue langsung menuju ke sofa, dengan tangan menggaruk pantat, Sinta langsung tertawa melihatnya.

"Anjir...... Adit cacingan,"

Gue langsung menoleh ke arah Sinta, dengan pandangan setajam silet, Ia langsung menahan tawanya, sepertinya ia sudah terkena Jutsu mata silet.

"Sin, cantik banget kamu, beli kacang disebelah aja Sin, gue ada film baru, kita nonton aja."

"Iya-iya dasar laki-laki, baik kalau ada maunya doang,"

Gue menunggu Sinta disofa,

memang benar menunggu adalah hal yang sangat menyebalkan dalam hidup, apa lagi kalau nungguin doi peka.

"Tara... Ni kacang kulit merpati, di order ya sai," Teriak Sinta.

"Hahaha anjir, apaan si lu, malah order kacang njir," Gue tertawa kegirangan.

Sinta langsung duduk disebelah Gue, Gue langsung mengambil kaset drama korea, yang Gue beli diemperan tadi, Biasanya satu kaset ada tujuh film dan semua tahu kaset ini BAJAKAN.

Akhir nya gue menghabiskan waktu Gue dengan orang yang menyebalkan, dan kulit kacang yang beserakan. Berharap nasib Gue sama seperti Kakek legend.

Trimakasih telah membaca.
Bersambung...

Raf
The Story In The Dream.

The Story In The DreamWhere stories live. Discover now