Diana1

2.3K 143 37
                                    

Byuurrrr...

"OMG! Kok hujannya tiba-tiba turun kek gini sih? Jadi basah kan, duh angkotnya mana sih, gak ada tempat berteduh lagi, pagi yang sial emang." Aku berdiri di atas trotoar berharap jika sebuah angkot berhenti dihadapanku.

Bremm...

Byurr...

"Anjir! Woi, berenti gak! Gak punya hati banget sih jadi orang, gak lihat apa di sini ada orang, main gas aja, jadinya gue kena cipratan air, kan!" Dengan emosi yang sudah memuncak aku menghampiri orang itu.

Dia membuka helmnya dan menoleh menatap ke arahku.

Kaget! Iya aku kaget! Aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu adalah Kevan, iya Kevan Pramudya, mantan kekasihku.

"Gak usah marah-marah gitu dong, ini masih pagi loh, seharusnya pagi ini kamu ceria jangan marah-marah kayak gini, entar cantiknya ilang." Kevan masih duduk di atas motor sportnya.

"Gimana aku gak marah kalo kamu kayak gitu." Yap, dengan emosi yang sudah meredah aku berbicara dengan Kevan baik-baik.

Sama mantan harus akur dong jangan saling musuhan, bener gak?

Hujan yang masih setia mengguyur memberi kesan dingin.

Kami masih saya menggunakan 'aku-kamu' walaupun sudah putus dan itu adalah perjanjian.

Kevan memperhatikanku dan itu membuatku gugup, perlahan ia membuka jaketnya.

"Nih, pake aja." Kevan memberikan jakernya padaku, aku menatap tubuhnya yang hanya memakai seragam sekolah yang sedikit basah.

"Terus kamu make apa?"

"Gak usah mikirin aku, yang penting itu kamu."

Tambah baperkan jadinya.

Tanpa ba bi bu lagi aku memakai jaket milik Kevan itu.

"Naik gih, kita berengan aja ke sekolahnya, daripada kamu nunggu angkot disini sampe ubanan."

Aku segera naik ke atas jok belakang motor Kevan.

Kevan menarik tanganku agar memeluknya, itu membuatku melotot karena kaget.

Hah... pagi ini mungkin aku terlalu banyak terkejut.

"Deketan dikit supaya kamu gak kena ujan."

Ini modus, kan?

Aku nurutin aja apa katanya supaya dia gak banyak bacot.

Sepuluh menit kemudian kami sudah sampai di depan gerbang sekolah dan terlihat pak satpam yang sudah ingin menutup gerbang.

Tanpa bicara lagi, Kevan menambah kecepatan motornya dan yap! Kami sudah berada di dalam lingkungan sekolah dan itu membuat pak satpam kaget, bagaimana tidak jika Kevan hampir saja menabrak gerbang.

"Maaf, Pak!" Teriak Kevan yang tepat di telingaku.

Aku menggosok telingaku dan memukul pelan pundak Kevan. "Kurang kenceng."

Dan itu berhasil membuat Kevan terkekeh.

Terlihat pak satpam yang menggelengkan kepalanya tapi masih dengan senyum di bibirnya.

Kami segera berlari kedalam bangunan-bangunan bertingkat tiga ini karena sadar bahwa hujan masih mengguyur.

Sesampainya di kelas, ternyata guru sedang tidak ada, syukur deh kalau gitu.

Aku duduk di bangku ku yang terletak dideretan ketiga dan Kevan duduk di bangku yang ada sebelahku.

"Eh, tumben lo datengnya lama, biasanya lo yang dateng paling cepet." Ini sahabatku, Lian namanya, dia orang pertama yang mengajakku bicara ketika hari pertama masuk sekolah di Smakasa, SMA KASIH SAYANG.

"Iya nih, kan jadinya tadi pagi kita ngegosip cuma bedua doang." Nah, kalau ini Firli, dia sahabat aku juga, kami berdua sudah bersahabat sejak SMP dan memutuskan untuk masuk ke SMA yang sama lagi.

"Bentar deh, lo berangkat bareng Kevan ya?" Lian mengecilkan volume suaranya agar Kevan tidak mendengarnya.

Aku hanya mengangguk dan sibuk merapikan rambutku yang basah karena terkena air hujan.

"Wah wah! Parah sih, bisa-bisa lo flashback, Na." Firli malah berbicara dengan santainya dan itu membuat Kevan menoleh kearah kami bertiga.

"Eh goblok, suara lo kecilin bego." Lian menoyor kepala Firli saking kesalnya.

"Yamaap."

"Udah ah, jangan dibahas, ngomong-ngomong gurunya gak ada nih?" Aku mengalihkan pembicaraan agar mereka tak membahasnya lagi.

"Tadi sih ada, gurunya cuma masuk ngasih tugas dan keluar lagi katanya ada urusan mendadak." Firli menjelaskan.

Aku menganggu-angguk. "Mana tugasnya? Coba sini gue lihat."

Jika aku sedang bersama dua sahabatku ini kami lebih memilih untuk menggunakan 'Gue-Lo" karena... mmm entahlah.

Lian membuka buku paket bahasa Indonesia dan membuka halaman demi halaman dan akhirnya berhenti di halaman 121.

Brakk!

Kami bertiga terkejut karena Kevan yang tiba-tiba datang membanting bukunya diatas meja.

"Gila lo ya." Firli akhirnya memarahi Kevan.

"Maap deh maap, gue mau gabung disini, boleh kan?" Kevan malah menatapku.

"I-iya boleh." Lah, kok aku jadi gugup sih?

Yuhuuu...

Gimana2 part pertamanya? Maap ya kalo belum nyess, maklum saya masih pemula hehee

Masih coba-coba gitu

Jangan lupa di komen dan di vote ya!

DIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang