Diana2

1.3K 117 25
                                    

"Na, ambilin lontong dong." Lian nunjuk-nunjuk lontong yang ada di depanku.

"Lo makan lontong udah tiga loh, Li, tapi badan lo gitu-gitu aja." Aku menunjuk-nunjuk badan Lian yang bisa dibilang sangat kurus.

"Ini namanya bodygoals."

"Kunyah dulu tuh lontong yang ada di mulut lo." Firli malah nyuapin kuah mie pangsit ke mulutnya Lian.

Terlihat dari arah pintu masuk kantin, Kevan, Shony, dan Rafhi yang memasuki kantin. Sungguh pemandangan yang menyegarkan, tiga cogan berjalan bersama-sama seolah slow motion dengan angin-angin yang menerpa rambut dan wajah mereka menambah kesan cool.

Aku segera membuyarkan lamunanku dan tanpa sadar mereka bertiga sudah ada di hadapanku.

"Kita gabung ya." Shony duduk duluan.

Terus Rafhi ikutan duduk juga di sampingnya Shony.

Kevan? Dia malah duduk di sampingku.

Apa aku sanggup duduk berdekatan dengannya dalam waktu lama?

Ting!

Semua langsung diam tak bergerak sampai akhirnya Kevan mengambil handphonenya dari saku celananya.

Aku sempat melirik ke arah layar handphonenya tapi mustahil tak ada yang aku lihat, semuanya hanya hitam.

Kevan Pov.

Karin:
Kamu dimana?

Kevan:
Lagi dikantin, kenapa?

Karin:
Aku kesana ya

Kevan:
Iya

Aku kembali memasukkan handphoneku ke saku celana.

Tak lama kemudian terlihat dari pintu kantin seorang gadis cantik berjalan memasuki kantin.

"Hai!" Sapa Karin pada kami semua.

Karin menatapku dan duduk di samping kiriku sedangkan disamping kananku ada Diana.

Dua gadis yang selalu membuatku dilema galau merana, buset dangdut banget ya.

"Lo pesen makanan gih." Lian berbicara pada Karin.

Karin mengambil buku menunya.

"Aku pesen yang ini aja ya." Karin melingkarkan tangannya di lenganku.

###

Diana Pov.

"Aku pesen yang ini aja ya." Karin melingkarkan tangannya dilengan Kevan.

Nyesek? Iya jujur itu nyesek banget, mana kejadiannya didepan mata lagi.

Aku melirik jam tangan dan jarum jam menunjukkan pukul 10.40 sebentar lagi bel masuk akan bunyi.

"Guys, kita ke kelas yuk, bentar lagi mau bel." Ucapku pada kedua sahabatku yang sedang asik bermain handphone.

Firli melirikku dan kemudian berdiri, Lian mengikuti.

"Kita duluan ya." Ucapku pada Kevan, Shony, dan Rafhi.

Rafhi mengangguk paham mengapa aku memutuskan untuk pergi.

"Sip." Shony mengacungkan jempolnya.

Sesampainya dikelas aku duduk di bangku.

"Nyesek ya?" Ucapan Lian membuatku terpaku. Nge-jleb aja gitu.

"Bego, lo udah tau tapi masih nanya." Firli mengentil lengan Lian.

"Ya kan gue mau mastiin."

"Nyesek gimana gitu, sakitnya sakit pedih nyeri panas, sumpah gue dangdut banget elah." Aku menutup wajahku dengan kedua tangan.

"Sebenarnya lo juga sih yang salah, Na." Suara Lian membuatku mengangkat wajahku.

"Kok gue yang salah sih?"

Lian dan Firli membenarkan duduknya yang tadinya mereka duduk diatas meja sekarang menggeser bangku untuk duduk di samping kiri dan kananku.

"Gini ya, Na, gue tanya sama lo, yang minta putus siapa?" Tanya Firli padaku.

Aku menghela napas, "iya, gue yang mutusin."

"Nah sekarang lo nyeselkan? Gue tanya lagi sama lo."

"Kok lo berdua malah ngintrogasi gue kek gini sih, gue jadi takut bego."

"Alasan lo mutusin dia apa?" Lian tidak menghiraukan ucapanku.

"Lah? Ini mau flashback ceritanya?" Aku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah ngalihin pembicaran deh, Na, jawab aja." Firli kali ini terlihat lebih serius.

"Lo mutusin Kevan karena lagi naksir sama kakel kan?"

Aku mengangguk membenarkan ucapan Lian.

"Terus satu bulan kemudian lo putus sama tu kakel dan setelah lo putus lo baru nyesel karena udah lepasin Kevan demi kakel yang gak jelas itu, gue sempet ngomongkan sama lo mending lo jangan lepasin Kevan karena Kevan udah setia banget sama lo dia juga gak pernah deket-deket cewek lain selama pacaran sama lo, tapi dengan mudahnya lo malah mutusin dia dan pergi sama kakel itu, alhasil sekarang lo nyeselkan?" Lian ngomong panjang lebar.

Omongan Lian memang benar, itu adalah fakta.

"Ada lagunya younglex tuh yang judulnya 'nyeselkan' nah itu cocok buat lo." Firli malah nyangkut pautin sama yonglek.

Bel masuk udah bunyi lima menit yang lalu tapi gurunya belum masuk juga.

"Masa iya hari ini gak ada guru yang masuk." Lian ngomong dengan nada sedih tapi mukanya seneng banget.

"Gak usah sok kecewa deh lo, lo senengkan kalo guru gak masuk." Aku mengangkat alisku.

"Ehehee." Lian malah nyengir doang.

Gimana gaes? Di komen yaaa

Jangan lupa vote juga

Sip dah

Aku mau nanya nih, kalo cowok kalian deket sama sahabat perempuannya, apa yang kalian lakuin?

Dijawab ya

Oke bayyy

DIANAWhere stories live. Discover now