Diana13

680 67 14
                                    

"Halo, Na, gue sekarang sama Firli lagi ngikutin Shony, dia lagi jalan sama cewek itu lagi."

Cewek itu? Cewek yang semalam ya? Masih jalan bareng? Bagus juga sih.

"Lo ikutin aja terus, Li."

"Gue berasa jadi mata-mata anjir." Itu suara Firli.

"Girang banget." Ini suara Lian.

"Harus dong."

Oke mungkin mereka akan mulai berdebat lagi, aku segera memutuskan sambungan telepon sebelum mereka mengoceh lebih banyak.

Ting!

Satu pesan masuk.

"Lian ngirim gambar?" Aku segera melihat gambar itu dan yap gambar itu berhasil membuat dadaku sesak.

Foto Shony dan cewek itu saling merangkul seraya berjalan.

Omaigat! Apa ini yang dinamakan tercyduk?

Selingkuh kok nampak banget sih.

Handphoneku berdering.

"Lo udah lihat foto yang gue kirim?"

"Udah, buset gue nyesek banget lihatnya." Aku mengelus dadaku.

Sabar aja udah.

"Na, mending lo putus aja deh karena gue lihat-lihat Shony deket banget sama ni cewek, gue jadi pengen ngacak-ngacak aspal deh anjir!" Firli ikutan ngomong.

"Kesel banget gue anjir!" Kali ini suara Lian yang terdengar.

Aku mencoba berpikir, apa aku harus putus? Tapi, apa alasanku nantinya?

"Kalau Shony nanya apa alasan gue mutusin dia, gue harus jawab apa?"

Tak ada jawaban dari mereka berdua.

"Lo kirimin aja foto-foto yang udah gue kirim ke elo." Ini Lian yang ngomong.

"Harus banget ya gue putus?"

"Gue gak maksa lo buat putus sama Shony, tapi kalau dia gini terus berarti lo sakit hati terus, mau emang lo kek gitu?" Firli berbicara seakan dia seorang pakar cinta.

Aku menghela napas.

Aku memutuskan sambungan telepon dan berbaring di sofa depan tv.

Menatap langit-langit ruang tengah yang dihiasi lampu hias.

Aku menepuk jidatku.

Aku nyaman dengan perlakuan Shony padaku, perlakuannya padaku seakan ia tak ingin kehilanganku tapi apa ini? Dia malah selingkuh ketika aku pergi? Oh ya ampun.

Aku meraih ponselku yang tadi ku letakkan di atas meja.

"Apa gue harus nelpon dia? Gue gak punya nyali buat ngomong sama dia." Aku mendongak dan memejamkan mata.

Kembali ku tatap layar handphoneku dengan takut.

"Ha-halo." Aku bersuara ketika merasa Shony sudah mengangkatnya.

Oh astaga itu suara operator, ku pikir itu Shony yang sudah mengangkatnya.

Apa gugup membuatku menjadi bodoh?

Ponsel Shony tidak aktif? Oh, aku lupa dia sedang jalan bersama kekasih barunya!

Aku merasa tidak suka ketika harus mengakui jika gadis itu adalah kekasihnya.

Aku merasa mengantuk, dan perlahan mataku mulai tertutup.

###

Diana:
Shony

DIANAWhere stories live. Discover now