Diana15

738 71 1
                                    

"Gue gak bisa ikut."

Ucapan Kevan membuat semua diam dan menatap Kevan dengan tatapan bertanya.

"Kenapa gak ikut?" Gue memberanikan diri untuk nanya duluan.

Kevan ngelirik gue dengan tatapan sinis, duh serem.

Kevan tidak menjawab.

"Kenapa kamu gak ikut?" Gue nanya lagi dengan pertanyaan yang sama.

Gue ngegoyangin pundaknya Kevan karena dia gak jawab pertanyaan gue.

Kevan menepis tanganku.

"Kalau gue bilang gak ikut, berarti gue gak ikut! Kenapa sih lo selalu ngurusin gue?!" Suara Kevan yang meninggi dengan ekspresi wajah yang begitu marah membuatku ciut dan takut.

Gue rasa ada ribuan pisau yang menusuk dadaku ketika ia berteriak padaku, seolah gue ini adalah orang asing.

Lalu gue pergi keluar kelas menuju ke perpustakan.

Perpustakaan adalah tempat yang sepi dan tenang.

Tidak ada orang yang akan meneriakiku.

Tidak ada orang yang akan membentakku.

Disana adalah tempat yang tenang.

###

Gue duduk menutupi wajah gue dengan kedua tangan.

Gak nyangka aja sama Kevan yang ngebentak gue.

Gue gak tau salah gue apa sama dia sampai dia teriak dan marahin gue.

Huuffttt...

Kecewa? Tentu.

"Diana."

Seseorang memanggil nama gue samar.

Gue berharap jika itu bukan Kevan, sekarang gue gak mau ngomong sama dia.

Gue mendongak melihat si pemilik suara.

"Gak usah dimasukin ke hati, Kevan mungkin punya masalah sampai dia ngelampiasin itu ke lo, dia juga mungkin gak sengaja ngebentak lo." Shony mencoba buat gue tenang.

Gue diam, gak tau harus ngomong apa sama Shony.

Gue masih canggung sama dia.

Berhubung terakhir kali kami berkomunikasi kami sedang dalam situasi buruk.

"Makasih lo udah nyusul gue ke sini."

Shony mengangguk. "Iya, santai aja."

Shony nepuk pundak gue, gue kaget, tiba-tiba dia langsung kek gini ke gue seolah gak pernah ada hal buruk yang terjadi antara gue dan dia.

"Gue udah tau kok kenapa lo mau putus." Ucap gue yang membuat Shony mengangkat alisnya.

"Tau darimana?"

"Gue tau dari abang batagor depan sekolah." Ucap gue asal karena gue gak mau ngasih tau kalau Rafhi yang ngasih info ini ke gue.

"Hah?" Shony terlihat bingung.

Gue terkekeh pelan.

"Becanda kok."

Mungkin Shony paham kalau gue gak mau ngasih tau jadi dia milih diam aja.

Hening.

Shony memilih untuk melihat-lihat buku di rak yang ada di depan gue.

###

Lian:
Bangun woy

Shony:
Gue udah siap

Firli:
Gercep banget, gue mandi aja belom

Diana:
Gue lagi sarapan nih

Rafhi:
Btw, kita otw pake mobilnya siapa nih?

Diana:
Mobil gue aja

Shony:
Siap!!!

Lian:
Lo beneran gak ikut, Van?

Kevan:
G

Firli:
Dih, sok iye lo

Kevan:
Apasih lo

Rafhi:
Gak usah dipaksa, kalau Kevan gak mau yaudah

Keknya si Rafhi udah mulai emosi deh.

Biarin aja dah.

###

Sekarang kita udah diperjalanan mau ke pantai.

Pagi yang cerah.

Semoga aja gak hujan.

Kalau hujan berarti gue lagi sedih.

Hahaha... alay!

Kira-kira tiga jam kami di perjalanan dan akhirnya sampai juga.

Pas nyampe, yang cowok langsung masang tenda biar nanti langsung nyantai aja katanya.

Cewek-cewek ngeberesin barang-barang.

Lian masak buat makan siang nanti.

Gue sama Firli ngeluarin barang yang diperluin dari tas.

"Ada yang bawa senter gak sih?" Tanya Firli.

"Gue bawa, ambil aja di tas gue." Sahut Shony yang lagi masang tenda.

Pas Firli ngebuka tasnya Shony yang dia lihat duluan itu daleman.

"Lo kok nyimpen daleman di bagian luar sih, Shon." Protes Firli.

"Suka-suka gue dong, gak usah merhatiin daleman gue, lo cari aja tu senter." Sahut Shony.

Terlihat Rafhi sedang tertawa.

"Goblok." Umpat Firli.

Gimana gaes?

Vote dan komen kalau gitu.

Maaf ya aku telat update soalnya gak ada kuota, hehe...

DIANAWhere stories live. Discover now