11. Dad

1K 133 114
                                    


"Dad! Main itu!" telunjuknya yang mungil menunjuk sebuah mesin permainan.

Ayah dari bocah itu mengangkat alisnya tinggi-tinggi, "ayo!"

Jemari mungil Chanwoo menggenggam kelingking sang ayah erat. Kenapa kelingking? Tentu saja karena tangan mungilnya hanya mampu menggenggam kelingking sang ayah yang besar. Dua orang Goo itu berjalan menuju permainan yang tadi ditunjuk oleh yang lebih kecil.

Junhoe mengeluarkan kartu dari sakunya dan menggeseknya hingga sebuah papan plastik yang sebelumnya menghalangi jalannya bola itu bergerak dan membebaskan bola-bola jingga yang berada di dalamnya yang kemudian menggelinding ke arahnya.

"Aah! Dad! Chanu mau catu!" bocah itu mengulurkan kedua tangannya, meminta sebuah bola jingga pada ayahnya, sedangkan sang ayah hanya memutar bola matanya malas.

Ayah dari Goo Chanwoo itu memberikan sebuah bola pada putranya yang sedari tadi merengek, lalu pandangannya terfokus pada sebuah ring yang bertengger kaku diatas sana. Tangannya sibuk melempar bola jingga kedalam ring.

Betul, mereka berdua sedang berada di sebuah arena bermain game.

Kenapa berdua?

Kemana Yunhyeong?

Yunhyeong tidak bisa ikut karena harus mengantar Taeyong pergi ke dokter kandungan. Jaehyun sedang ada urusan bisnis di Coventry, Inggris, sampai satu minggu kedepan. Tidak mungkin ia membiarkan Taeyong pergi sendirian dengan Minhyung yang masih berusia sepuluh bulan. Anak itu sedang dalam masa paling aktif. Kasihan 'kan Taeyong bila harus pergi ke dokter kandungan membawa Minhyung.

Akhirnya Junhoe lah yang bertugas menjaga Chanwoo hari ini. Supaya tidak bosan, Junhoe mengajak putra semata wayangnya untuk pergi ke tempat bermain, karena pada dasarnya Chanwoo suka sekali bermain.

"Yeah! High score!" Junhoe high-five dengan Chanwoo saat melihat score yang tertera diatas ring bola basket mencapai high score.

"Dad! Chombiii! Chombiii!" tangan mungil anaknya menarik ujung dari polo shirt biru yang digunakannya hari ini.

Junhoe mendengus, padahal harusnya ia masih bermain babak kedua karena skor tingginya. Tapi anaknya itu malah mengajak bermain yang lainnya. Mengalah, Junhoe menyodorkan lagi kelingkingnya untuk digenggam sang putra yang langsung disambut oleh jemari mungilnya.

"Aaaa! Daddy! Ada chombi! Aaaa!" Chanwoo berteriak heboh saat melihat visualisasi zombie, kedua tangannya sibuk menggerakkan handle biru dari permainan tersebut.

Iya, Plant vs. Zombie.

Sang ayah hanya bisa terkekeh gemas melihat kelakuan bocah dihadapannya ini. Hiperaktif sekali!

"Sudah? Mau main apalagi?" Tanya Junhoe saat melihat tulisan Game Over tertera di layar.

"Thomas! Thomas, daddy!" kali ini teriakannya lebih nyaring dan girang. Chanwoo suka sekali bermain kereta-keretaan.

"Let's go!" kali ini Junhoe membawa Chanwoo kedalam gendongannya karena arena kereta cukup jauh dari arena Plant vs. Zombie tadi.

Juga, perutnya sudah meraung minta diisi. Ia lapar!

"Chanwoo naik sendiri ya? Dad tunggu disini, oke?"

Goo muda itu tersenyum lucu, lalu mengacungkan jempolnya pada sang ayah, "okay!"

Junhoe kemudian duduk menunggu Chanwoo yang masih berkeliling dengan keretanya. Matanya menatap layar ponsel hitamnya, mencari menu apa yang sebaiknya menjadi makan siang mereka.

Beberapa menit berselang, Chanwoo berlari menghampirinya dan menubrukkan tubuh mungilnya kepada sang ayah, "daaaad! Chanu lapal!"

Tidak ada yang bsia dilakukan Junhoe selain tertawa. Kenapa sih anaknya ini menggemaskan sekali!? Dan lagi, Chanwoo memang anaknya, suka sekali makan, meskipun badannya mungil sekali. Junhoe hanya berharap Chanwoo tumbuh dengan sehat seperti dirinya dan juga istrinya.

"Ya sudah, baby mau apa?"

"Hmm," bocah itu memasang pose berpikir dengan jari telunjuk diletakkan di dagunya, "choco waffle!"

Iya, Chanwoo 'kan suka sekali makanan manis. Akhirnya Junhoe yang terlalu lapar menggendong Chanwoo dan mencari sebuah kedai langganannya.

Matanya berbinar saat menemukan kedai yang dimaksud. Dengan langkah besar, Junhoe dengan Chanwoo di gendongannya berjalan kesana. Ia mendudukan Chanwoo pada baby chair setelah memintanya pada pelayan di kedai tersebut.

"Waffle cokelat dengan es krim vanilla satu, lalu shrimp gnocchi alfredo satu, dan dua mint ice tea."

Setelah pelayan itu pergi, Junhoe melakukan panggilan video kepada Yunhyeong. Rasanya ia ingin mengapresiasi istrinya itu. Ternyata berat ya mengurus anak seorang diri, batin Junhoe.

"Sayang," Junhoe tersenyum saat panggilan video mereka sudah tersambung, "terimakasih ya."

Di seberang line, Yunhyeong nampak kaget, kenapa suaminya itu? Tiba-tiba bilang terimakasih, aneh sekali.

"Mommy!" Chanwoo menginterupsi, "Chanu kangen mommy~" katanya cemberut.

Junhoe menyuapkan satu potong waffle yang langsung dilahap dengan gembira oleh anaknya.

Yunhyeong terkekeh di seberang line, "mommy juga kangen baby. Say Hi sama Bunda, sayang."

"Bunaa! Buna, mana Malk?" Taeyong tersenyum lalu menunjukkan tangannya yang sedang menggendong Minhyung yang sedang tertidur, "yaaah, Malk bobo. Chanu ingin main cama Malk."

Oh iya, Mark itu nama bulenya Minhyung, ngomong-ngomong.

Lalu layar ponsel itu menampakkan lagi wajah Yunhyeong yang sedang tersenyum, "nanti malam jemput mommy di rumah Mark, ya? Supaya baby bisa bertemu Mark."

"Eung!"

Lalu sambungan mereka terputus dengan Chanwoo yang cemberut. Padahal waktu ibunya menggendong Jihoon si anak tetangga, Chanwoo histeris dan cemburu sekali. Tapi bila itu Mark, Chanwoo bahkan akan memberikan apapun pada adiknya itu.

Iya, adik sepupu.

"Daddy, ayo kita jemput mommy! Chanu ingin beltemu Malk."

Junhoe mengusak helai anaknya, "iya, makanannya dihabiskan dulu ayo."




a/n: apakah kalian merasa ini semakin tijel? Gaada feel ya?

Maafin aku wkwkwk aku tidak tau kenapa chapter ini terasa hambar dan tidak bertujuan :(

Dan, tadinya aku mau post Marriage Proposal chapter 4, tapi emang ada yang minat? :(

Yaudah jangan lupa tinggalin jejak ya sayang Q biar aku gajadi hiatus lol

GingersnapsWhere stories live. Discover now