Chapter 3

9.1K 914 124
                                    

Taehyung menelan ludahnya sendiri dengan susah payah. Ia berharap dirinya kini sedang bermimpi―bermimpi buruk pun tak apa yang penting tidak menjadi kenyataan. Ia pun segera menjauhkan ponselnya dari telinga, kemudian mematikan telepon dari Jungkook segera. Tanpa berpikir dua kali, dirinya langsung berlari ke ranjang, menyembunyikan diri di bawah selimut, dan meringkuk ketakutan.

"Jimin! Ini pasti kerjaan Jimin." Taehyung memegangi ponselnya dengan gemetaran. Ia pun menelepon sahabatnya itu. Namun nahasnya, Jimin brengsek itu menolak teleponnya dengan sengaja, bahkan mematikan ponselnya setelah Taehyung mencoba menelepon untuk kedua kalinya.

Takkan ada ampun untukmu Park Jimin!

Taehyung kini mencoba berdoa dengan segala doa yang dihafalnya. Ia berharap pemuda itu berhenti mengejarnya dan segera pergi. Namun tampaknya harapan tinggal harapan saja. Tak lama kemudian sebuah ketukan di pintu kamarnya terdengar begitu nyaring. Taehyung lantas bergidik. Suara ibunya menyapa dari balik pintu.

"Taehyungie, lihat temanmu datang. Ayo bukakan pintu."

Teman? Mom pasti bercanda.

"Maaf Tante, saya berkunjung terlalu malam." ujar suara pemuda yang kini mulai dikenalnya baik.

"Tidak apa-apa Nak Jungkook. Mau menginap pun boleh kok." Taehyung bisa mendengar suara ibunya yang mengikik lirih.

Menginap?

Sang ibu pasti takkan pernah mengira pemuda yang masuk ke rumahnya itu adalah gadis pujaan Taehyung yang fotonya menempel di berbagai sudut kamar tidurnya. Tentu saja samarannya kini terlalu sempurna. Well, sebenarnya saat ini pemuda itu sama sekali tidak menyamar, justru sosok Kookie lah yang seperti samaran. Arrrgh, yang mana saja Taehyung tak peduli. Mau Kookie atau Jungkook, Taehyung tak lagi mengharapkan kehadiran mereka dalam hidupnya.

Saat dirinya terdiam sangat lama, ibunya kembali mengetuk pintu kamarnya. Kali ini lebih keras.

"Taehyungie, kau tidak mungkin sudah tidur kan?"

Taehyung mencoba berpura-pura tidur, tetapi ia lupa mematikan lampu kamar. Ibunya hafal betul akan kebiasaannya yang selalu tidur dalam gelap, sehingga yakin benar bahwa dirinya masih terjaga.

"Kami masuk ya."

TIDAK!

Dengan cepat Taehyung menyingkap selimutnya, bersamaan dengan pintu yang terbuka lebar. Di baliknya tampak sang ibu dan Jungkook yang berdiri di sampingnya. Taehyung menatap horor pada kedua sosok tersebut.

"Kau bersikap tidak sopan pada temanmu, Tae." Sang ibu menghela napas. Ia pun beralih pada Jungkook dan tersenyum lebar padanya. "Duh maafkan Taehyung ya. Dia memang suka kurang ajar. Semoga kau betah menjadi temannya. Silakan masuk, Nak Jungkook."

Setelah mempersilakan pemuda itu masuk, ibu Taehyung pamit ke bawah untuk mengambil minum dan snack, meninggalkan kedua remaja yang sedang menjalin kecanggungan dalam jarak beberapa meter itu. Saat Jungkook mendekat, Taehyung meremas selimutnya, bergerak perlahan ke tepian tempat tidur, melebarkan jarak antara dirinya dan Jungkook. Namun saat dirinya terpojok di ujung ranjang, Jungkook berhenti di depan tempat tidurnya kemudian menyeringai jahat.

Seringainya benar-benar terlihat jahat hingga Taehyung yakin anak itu sedang merencanakan hal-hal buruk padanya.

"M-m-mau a-apa kau? I-ini hampir tengah malam." tanya Taehyung terbata-bata. Tangannya gemetaran selagi meremas selimut. Ia sudah tidak bisa mundur lagi karena bisa terjengkang.

Mungkin ini rasanya berada di ujung tebing bersama dengan seorang penjahat seperti di film-film.

"Hei, sebagai budakku, kau harus menuruti segala perintah yang terucap dari mulutku. Kalau kubilang kau untuk turun dan membuka pintu untukku, maka harus kau lakukan―meskipun itu tengah malam sekalipun." Seringaian pemuda itu menghilang perlahan, kini yang tampak adalah wajahnya yang menguarkan kekesalan.

A Runaway Fan [KookV / KookTae]-COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang