Chapter 8

6.7K 674 93
                                    

Apa yang membuat Taehyung lantas berpikir kalau Jungkook sungguh-sungguh menyukainya? Karena mereka bercinta semalam?

Bodoh. Jungkook hanya memanfaatkan kekuasaannya sebagai majikan dalam hubungan keduanya. Tak lebih.

Karena Jungkook bersikap lembut setelah sesi panas itu?

Tidak. Taehyung rasa Jungkook hanya sedikit merasa bersalah karena sudah memaksa perjaka sepertinya dengan sedikit kasar.

Pemuda bersurai abu itu meneguk ludahnya sendiri. Pendar matanya tak teralih dari figur rupawan di hadapannya yang kian intens menatapnya dalam-dalam. Jemari Jungkook tak melepaskan helaian surai lembutnya, justru mengusaknya kian dalam. Saat belah bibir tipis itu makin mendekat pada bibirnya sendiri, Taehyung sedikit tersentak ke belakang. Jantungnya berdetak lebih keras saat Jungkook melebarkan kedua matanya.

"A-a-aku harus pulang." kata Taehyung beralasan.

Jungkook mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menarik tubuhnya menjauh dan melepaskan kepala Taehyung dari genggamannya.

"Aku akan antar pulang." balas Jungkook kikuk.

Taehyung menggeleng beberapa kali.

"Aku bisa pulang sendiri."

Jungkook lantas mengerutkan keningnya saat mendengar jawaban dari pemuda yang lebih tua itu.

"Tidak boleh. Kau bahkan tidak bisa berjalan dengan baik. A-aku akan bertanggung jawab."

Taehyung bergerak mundur. Saat tiba di ujung ranjang, ia memaksakan tubuhnya untuk bertumpu pada kedua kakinya yang pegal luar biasa. Rasa nyeri menyerang pangkal pahanya hingga rasanya tubuhnya bisa ambruk kapan saja. Namun ia tetap bertahan tanpa menunjukkan raut wajah penuh kesakitan.

"Hei, hati-hati!" Jungkook mendekat. Saat tangannya hendak meraih lengan Taehyung, pemuda itu menepisnya dengan dingin.

"Aku tidak apa-apa. Aku pulang dulu."

Dengan tertatih, Taehyung meraih seragamnya yang entah sejak kapan sudah terlipat rapi di atas meja, lalu mengenakannya segera.

"Kenapa kau tiba-tiba―"

Taehyung menoleh sejenak selagi kedua tangannya sibuk memasang dasi. Ia pun mengulas sebuah senyuman kaku.

"Jungkook-ah, kau sudah tidur denganku. Apa kau sudah puas?"

Jungkook tak bereaksi untuk sejenak. Kedua matanya mengerjap beberapa kali sebagai gantinya.

"Kalau kau sudah puas, bukankah ini waktunya untuk melepaskanku? Apakah ini hari terakhir kita bertemu?" Taehyung melanjutkan. Ia membalik kembali tubuhnya. Sejenak terdiam menahan rasa sakit yang bergemuruh dalam dadanya.

Semua peringatan Jimin kembali dalam kepalanya seperti kaset lama yang diputar paksa di hadapannya. Ia benci harus mengakui bahwa mungkin perkataan Jimin soal Jungkook ada benarnya. Harusnya ia lebih berhati-hati dan tidak segampang itu menyerahkan diri.

Jungkook sontak berdiri, lalu berlari menghampiri Taehyung. Kedua tangan Jungkook merangkul bahunya erat dari belakang, menghentikan kedua tangannya untuk bergerak―seolah membeku.

"Mana mungkin aku rela melepaskanmu begitu saja? Kau satu-satunya orang yang memenuhi pikiran dan hatiku sejak kita pertama bertemu. Apa kau masih ingat saat pertama kalinya kita bertatap muka secara langsung dan kau memberiku hadiah?"

Jungkook menggerakkan pergelangan tangannya. Sebuah gelang bermerincing, perlahan turun dari balik lengan kemejanya. Mau tak mau Taehyung mengamati gelang itu. Benda itu teramat tak asing untuknya, karena itu adalah gelang yang dipilihnya dengan sangat hati-hati untuk Kookie. Siapa sangka benar-benar dipakai hingga kini?

A Runaway Fan [KookV / KookTae]-COMPLETEWhere stories live. Discover now