After Story Pt. 1 (Taehyung's POV)

3.5K 367 19
                                    

Jungkook terlihat aneh akhir-akhir ini. Ya, sangat aneh. Ia terlihat sangat sibuk dan tak punya waktu untukku. Berangkat pagi, pulang malam, susah dihubungi, bahkan jarang ngobrol denganku. Ada apa dengannya?

Aku menghela napas siang itu saat tak mendapati dirinya di ranjang kesayangan kami. Ia sudah pergi pagi sekali, bahkan tak berpamitan lebih dulu padaku.

Sungguh, ini tak pernah terjadi sebelumnya. Jungkook selalu bangun lebih pagi dariku dan memberiku salam, menyiapkan sarapan, atau sekedar mencium dan memelukku seharian. Kami sangat harmonis dan romantis. Bahkan semua pasangan di luar sana akan iri kalau tahu kisah cinta kami. Kuyakin itu.

Lalu kenapa hampir seminggu belakangan sikap Jungkook begitu lain?

Aku tahu barangkali ia sedang stres dengan urusan pekerjaan sehingga tak ingin jika secara tanpa sengaja menumpahkan kekesalannya padaku. 4 tahun bersama bukan waktu yang singkat. Kami bukan berarti tidak pernah putus dan bertengkar beberapa kali karena pertikaian kecil maupun besar. Justru karena kami sudah sering mengalami itu, kami lebih memahami perangai masing-masing. Hanya saja kelakuan Jungkook akhir-akhir ini sungguh lain. Ia tak pernah sesibuk ini. Sekalipun ia harus menghadiri lebih dari 5 peragaan busana dalam seminggu atau pemotretan di berbagai negara, ia tak pernah bersikap sedingin ini.

Lalu kenapa?

Aku mulai berpikir yang tidak-tidak. Aku mulai meragukan rasa cintanya padaku. Kuharap cinta itu tidaklah sirna secepat ini. Kami telah berjanji sebelumnya untuk melewati segalanya bersama dan saling mencintai selamanya. Karena itu, aku tak ingin percaya akan pikiran-pikiran negatifku. Jungkook masih sama seperti biasa, hanya sedang lelah―itu satu-satunya hal yang ingin kupercayai saat ini.

Aku menyambar ponselku di atas nakas samping tempat tidur dan menelepon seseorang. Pria di seberang sambungan telepon itu menyapaku dengan ramah.

"Jiminnie?" panggilku.

"Apa kau butuh sesuatu, Tae?" tanya Jimin ramah.

"T-tidak. Aku hanya ingin saran."

"Ya? Bicaralah."

"Apa kau sendiri?"

Jimin lantas tertawa. Entah karena apa.

"Syubi sedang mengurung diri di studionya. Sudah 2 hari ini dia tak mau keluar atau sekedar mengijinkanku masuk."

Aku menghela napas. Mengapa Jimin selalu tertawa kalau Yoongi, kekasihnya itu bersikap dingin dan meninggalkannya? Aku tak pernah bertemu orang semasocist dirinya. Kalau aku pasti akan khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak seperti ini.

"Sejak banting stir jadi produser musik, Yoongi-hyung sepertinya benar-benar jauh lebih moody dari sebelumnya. Dan lebih menyebalkan." tambahku.

Jimin tertawa makin kencang. Aku mulai merasa kesal dibuatnya.

"Ayolah Jim, aku hanya mengatakan fakta."

"Ya dan kau tak salah." Jimin mencoba menghentikan tawanya dan mengubah intonasi nada bicaranya. "Tapi pria seperti itulah yang kucintai. Aku menerima apapun kelebihan dan kekurangannya. Aku sudah tahu sejak awal kalau dia memang sangat menyebalkan, tetapi hal itu adalah sesuatu yang membentuk Syubi yang kucintai."

"Ya ya, dasar kau budak cinta."

"Kaupikir kau tidak?"

Aku mendengus dan terkekeh kecil.

"Bagaimana dengan Jungkook? Kalian akan pulang ke Korea bulan depan kan?"

"Um, yah." Aku melirik sekilas pada pemandangan di luar. Menara Eifell menjulang tinggi, cukup jauh dari tempatku bernaung. "Apa Mom baik-baik saja?"

A Runaway Fan [KookV / KookTae]-COMPLETEWhere stories live. Discover now