Chapter 10 - Final

6.4K 508 23
                                    

"Jimin..."

Yoongi menggumam lesu di depan piring hidangan makan siangnya. Ia tak menyentuh hamburger di hadapannya sejak sepuluh menit lalu, justru kepalanya mengembara ke antah berantah, mencari keberadaan sang kekasih yang sudah seminggu tak bisa ia kontak atau temui.

Kemarin saat ia pergi ke rumah Jimin, pemuda itu menolak menemuinya. Ia bahkan tak mau membukakan pintu kamarnya untuk Yoongi barang sebentar saja meski dirinya sudah memohon berulang kali.

Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Jimin tak pernah semarah ini. Setiap Yoongi datang padanya, ia pasti akan luluh dan mau berbaikan dengannya.

Kenapa?

"Jimin..."

Yoongi mengigit bibir bawahnya. Ia berdiri secara tiba-tiba hingga menjatuhkan garpu dan pisaunya.

"Hyung?"

Jungkook memanggil. Yoongi menoleh pada saudara sepupunya yang siang itu menemaninya makan. Hanya ada keduanya karena sang ibu masih berada di Amerika sedangkan Hoseok pergi entah kemana.

"Kau baik-baik saja?"

Yoongi menggeleng.

"Bukan urusanmu, Bocah."

Jungkook menghela napas.

"Kau harus berhenti menyakitinya setiap waktu. Jimin-hyung juga punya batas kesabaran."

"Aku tahu. Aku yang salah. Kau tidak perlu memperjelasnya."

"Terkadang kau terlalu egois dan memikirkan perasaanmu sendiri. Kalau kau memang tidak bisa menyukainya sebagaimana ia menyukaimu, lebih baik hentikan saja hubungan kalian yang tidak sehat itu. Menjadikannya pelarian karena kau tidak bisa memiliki kakakku adalah tindakan yang sangat buruk, Hyung."

"Jangan katakan apapun lagi, Kook. Kau membuatku merasa jadi manusia paling brengsek di dunia ini."

"Ya, kau memang seperti itu. Aku juga. Hoseok-hyung juga. Mungkin sudah bakat para lelaki di keluarga ini untuk menjadi brengsek?"

Keduanya tertunduk diam. Mereka sama-sama tak bernapsu makan, terutama Yoongi. Jika ada satu dua hal yang begitu mengganggunya, ia akan kehilangan seluruh napsu makannya hingga terkadang jatuh sakit. Jimin yang selalu memperhatikan dan merawatnya setiap waktu kini tak ada di sampingnya dalam waktu yang cukup lama. Baru kali ini ia merasa begini frustasi.

Tidak salah jika Jimin memang hanya pelarian baginya. Sejak awal bahkan Jimin sudah tahu hal itu, tetapi ia tetap setuju berhubungan dengannya. Lalu mengapa kini ia marah?

Yoongi tak mengerti dengan sikapnya.

Ia pikir hubungannya dengan Jimin selama ini adalah simbiosis mutualisme. Ia memberikan tubuh dan perhatiannya pada Jimin dengan syarat Jimin tak keberatan dengan perasaannya pada Hoseok. Sejak dulu Jimin sudah tahu hal tak tertulis itu. Lalu mengapa kini ia marah padanya seolah semua yang ada pada Yoongi adalah miliknya?

"Aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Jimin sudah berubah."

"Dan kau tidak."

"Hah?"

Yoongi mengerutkan keningnya.

"Ya, kau tidak berubah sama sekali. Jimin-hyung selalu bersabar menanti perasaanmu berbalik padanya. Ia tak memaksamu mencintainya sekali waktu. Ia menunggu dan menunggu dan terus menunggu... Ia beharap sosoknya kini lebih dari sekedar pelarian bagimu. Tapi sepertinya kau tidak memenuhi harapannya meski kalian sudah bersama cukup lama. Tentu ia kecewa dan itu haknya."

A Runaway Fan [KookV / KookTae]-COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang