Prolog

1.6K 66 14
                                    

Hyemi's POV
7 Desember 2013

Aku melangkahkan kakiku ke dalam sebuah klub ternama di Seoul. Masalah pekerjaan dan kuliah membuatku benar-benar stress. Temanku, Baekhyun, lah yang menyarankanku untuk datang ke sini melepas penat. Mungkin datang ke sini akan benar-benar menguras dompetku. Tapi mencoba sekali ini saja mungkin tak masalah. Toh uang masih bisa dicari. Meskipun aku harus benar-benar banting tulang hingga peluh bahkan air mata bercucuran.

Sedikit info tentangku, aku ini bukan orang kaya. Namaku Jung Hyemi, anak yatim piatu, berusia 21 tahun. Aku masih kuliah dan memiliki sebuah pekerjaan sampingan yang bisa menopangku untuk hidup. Untuk biaya kuliah aku tidak perlu pusing selama IPK-ku di atas 3.00 karena ada beasiswa kurang mampu dari kampus yang menanggungnya. Aku bahkan mendapat uang jajan bulanan dari beasiswa itu. Itulah sekilas info tentang diriku.

Kembali ke klub, kini aku duduk di depan bar menanti bartender di hadapanku ini menyiapkan minuman yang bahkan aku tak tahu apa namanya. Berlembar – lembar uang kuhabiskan untuk beberapa gelas minuman beralkohol ini. Lumayan tak menyesal datang kemari. Stressku benar-benar terasa hilang. Mungkin berkat pengaruh alkohol.

Melihat orang-orang menari membuatku ikut tertarik untuk mencoba. Rasanya seperti bebas. Semua tugas kuliah dan tugas di kantor seperti hilang. Aku menggerakkan tubuhku, mengikuti alunan musik yang mengisi klub ini. Rasa malu telah hilang entah kemana. Tak peduli gerakanku seaneh apa, yang penting aku senang.

Setelah lama aku menari bersama kerumunan orang yang aku yakin sebagian besarnya juga mabuk sepertiku, kurasakan sepasang tangan menggerayangi tubuhku. Otakku menolak keras kedua tangan tersebut, namun tubuhku malah membalas sentuhan sepasang tangan nakal itu. Aroma tubuh pemilik kedua tangan yang aku yakini seorang pria tersebut membuatku makin mabuk. Aku makin jatuh ke dalam pelukannya saat bibir lembutnya menyapu bagian sensitifku, leher. Ingin memberontak, namun apa daya tubuh ini malah menikmatinya. Kurasa aku benar-benar makin gila saat bibir itu menciumi, menggigiti, menjilati, dan menghisap g-spotku. Tubuhku lemas dan hampir ambruk jika pria yang tidak aku ketahui ini tidak menahan tubuhku.

Cukup lama pria itu berkutat dengan leherku yang aku jamin pasti akan ada banyak kissmark yang aku temukan besok di sana, aku sampai tidak sadar dia sudah meraba-raba tubuhku. Aku bahkan tidak sadar jika aku dibawa ke sebuah kamar. Tingkat kesadaranku yang minim membuat semua terjadi begitu saja. Mulai dari sentuhan dan ciumannya di tubuhku, tangannya yang lihai menyingkirkan segala bentuk kain dari tubuhku, suara-suara lenguhan penuh kenikmatan kami, hingga sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan akan terjadi akhirnya benar-benar terjadi.

Mungkin besok saat aku bangun aku tidak akan pernah melupakan hari ini. 7 Desember 2013, pertama kalinya aku masuk ke klub malam, pertama kalinya aku mabuk berat, pertama kalinya aku bercinta dan kehilangan keperawananku pada orang asing.
7 Desember 2013, hari di mana aku melakukan dosa terbesar sepanjang hidupku yang menjadi awal dari masalah yang sebentar lagi menimpaku.

"Eungghhh," aku mengerang sambil memegangi kepalaku yang sakit. Aneh sekali. Semalam aku mabuk berat, seharusnya hanya kepalaku yang sakit, tapi kenapa badanku juga terasa sakit ya?
Kubuka mataku dan kucoba memfokuskan pandanganku pada langit-langit kamar yang bisa aku pastikan bukan... kamarku?

Tunggu! Aku ada di mana?

Mataku langsung membesar begitu menyadari aku tidak berada di kamarku. Aku terbangun dari posisi berbaring dan langsung merasakan sakit yang sangat sakit(?) di bagian bawah tubuhku. Kusingkap selimut yang menutupi tubuhku dan betapa terkejutnya aku mendapati diriku telanjang bulat dengan sedikit bercak darah di bagian sprei tepat di bawah selangkanganku.
"Astaga aku..." 'Melakukan itu?' sambungku dalam hati.

Ketakutanku semakin menjadi saat kurasakan sepasang tangan menarik tubuhku dan membawaku ke dalam pelukannya yang hangat.
"Eumh... Minha... ini masih terlalu pagi. Pulangnya nanti saja ya?" ucap pemilik tangan tersebut sambil mengusap-usapkan hidung kecilnya di leherku.

Minha? Sejak kapan namaku jadi Minha?

Aku masih terdiam beberapa detik dalam pelukan orang asing ini. Otakku masih memproses apa-apa saja yang terjadi semalam. Alkohol, dance floor, tangan, ciuman di leher, kamar hotel, dan... sex.
Kuhempaskan kuat-kuat tubuh pria yang memelukku ini hingga ia jatuh dari ranjang.
"Aaaw! Ya Min- hah? Kau siapa?!" Tanya pria itu begitu sadar aku ini orang asing.
Aku menggertakan gigiku geram. Pria brengsek ini...
"Harusnya aku yang tanya itu sialan! Berani-beraninya kau memanfaatkan kondisiku yang mabuk berat untuk memperkosaku?!" Seruku murka.
Hancur sudah impianku menghadiahi keperawanan yang aku jaga baik-baik selama 21 tahun hidupku untuk calon suamiku nanti.
"M-mwo?! Memperkosa... mu??" Tanyanya bingung.
Aku masih memandangi pria asing berwajah tampan dan berambut coklat di hadapanku dengan tatapan marah. Matanya yang menatap mataku terlihat begitu indah- aish! Apa yang aku pikirkan?! Bukan saatnya memuji pria brengsek yang telah merenggut kehormatanku.
"T-tunggu! Semalam aku mabuk berat nona! Aku tidak tahu apa yang aku lakukan! Kau juga! Kalau aku memperkosamu, seharusnya kau menghentikanku! Tapi sepertinya... kau menikmatinya juga. Jadi bagaimana bisa kau menuduhku memperkosamu kalau kita sama-sama menikmatinya?" Protes pria tersebut tak terima.
Aku terdiam tak membalas ucapan pria itu. Kalah telak sudah aku. Arrgghhh bodohnya aku! Kenapa bisa semalam aku membiarkan diriku mabuk berat?!
Aku masih terdiam saat pria itu sudah mengenakan seluruh pakaiannya. Ia melempar sebuah kartu nama kepadaku.
"Kirimkan aku nomor rekeningmu. Aku akan membayar berapa pun yang kau mau," ucapnya sebelum pergi meninggalkanku.
Tatapan mataku terarah pada kartu nama yang berisi nama dan deretan nomor telepon pria tersebut.

Lu Han.

Pria brengsek yang telah merenggut keperawananku dan kini menginjak-injak harga diriku. Kurang ajar sekali dia itu! Dia pikir aku pelacur apa?!

Aku bangkit dari ranjang empuk yang merupakan saksi bisu semua kejadian semalam lalu mengenakan semua pakaianku yang tercecer di lantai.

Saat di perjalanan pulang, mataku masih menatap kartu nama di tanganku.

Lu Han.

Aku tidak tahu, ini insting atau apa, tapi kurasa aku akan memerlukan kartu nama tersebut suatu saat nanti.

TBC


Ini versi Luhan - Hyemi. Gue arsip juga di sini. Maunya sih gue ngarsip semua ff jadul gue ke sini. Masih belum diedit, jadi tulisan, alur, dll masih amburadul. Mager ngeditnya wkwk. Ntar dah kalo gue ada wkt senggang. Skrg fokus ke Beautiful Sin versi kekinian jaman now dulu haha

Beautiful Sin v 1.0Where stories live. Discover now