Chapter 2: Sorry

626 43 5
                                    

Author's POV

"Aku akan bertanggungjawab," ucap Luhan setelah beberapa menit mereka terdiam. Pesanan mereka juga telah tiba. Ia memesan Cappuccino dan memesankan Hyemi Orange juice.

Hyemi tertegun mendengar ucapannya, matanya membulat dan nafasnya tercekat. Ia masih sedikit tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Pergilah ke Amerika," tambah Luhan lagi, membuat ekspresi Hyemi berubah dari kaget menjadi bingung.

"Amerika? Maksudmu?" tanya Hyemi tak mengerti. Perasaannya pun mulai tak enak.

"Menetaplah di sana. Aku akan terus membiayai hidup kalian selama aku hidup."

Seperti petir yang menyambar, ucapan Luhan langsung menghancurkan harapan Hyemi. Hyemi masih terdiam, mencerna setiap kata yang baru saja Luhan ucapkan. Tangannya mencengkram keras lututnya, seolah-olah melampiaskan amarah yang tertahan dalam dirinya.

Menetap di Amerika? Sudah jelas maksud Luhan adalah menyingkirkan Hyemi dan anak mereka agar orang-orang, terutama keluarga Luhan, tidak tahu ia memiliki anak dengan wanita lain yang bukan kekasihnya.

"Bukan tanggung jawab seperti ini yang aku mau, Han-ssi," ucap Hyemi datar.
"Aku tidak bisa menikahimu," sahut Luhan cepat, membuat Hyemi terdiam sebentar.

"Wae?" tanya Hyemi.
"Tiga minggu lagi aku akan menikah dengan kekasihku," jawab Luhan singkat.
"Oh? Kalau begitu batalkan saja."

"Kau tidak bisa seenak itu menyuruhku membatalkan pernikahan yang sudah aku persiapkan sejak lama!" seru Luhan.
"Lalu? Kau akan lari begitu saja? Menyembunyikan aku dan anak kit- anakku dari keluargamu?! Membiarkan mereka tidak mengetahui keberadaan anak ini?! Dan kau di sini hidup bahagia dengan istrimu?? Itu tidak adil Tuan Lu," balas Hyemi, marah.
"Aku tidak lari! Aku kan sudah katakan aku akan bertanggungjawab! Aku akan membiayai hidup kalian! Kau hanya perlu pergi ke Amerika dan menetap di sana!" sahut Luhan tak mau kalah.
"Tanggung jawab apa? Kau hanya melempar uangmu pada kami! Kau pikir yang anakku butuhkan hanya uang?! Dia juga butuh ayah, Han-ssi!"

Mereka terdiam sejenak. Hyemi hanya menatap Luhan yang terlihat tak nyaman di tempat duduknya karena terdesak dengan keadaan ini. Bulan depan Luhan akan menikah dengan Park Minha, kekasihnya, dan sekarang wanita di hadapannya menuntut tanggungjawabnya untuk menikahinya.
"Kau menyuruhku pergi membawa anak ini, secara tak langsung kau tidak mau mengakui anak ini anakmu, kau tidak mau keluargamu mengetahui keberadaannya. Kau posisikan dirimu di posisi anak ini. Bagaimana rasanya menjadi anak yang keberadaannya tak diinginkan? Bagaimana rasanya saat ayahmu sendiri ingin menyingkirkanmu dari hidupnya?" ucap Hyemi memecah keheningan.
Luhan makin gelisah di tempatnya. Di satu sisi ia tidak ingin melakukan hal tersebut pada anaknya, darah dagingnya sendiri. Namun di sisi lain dia juga tak ingin membatalkan pernikahannya dengan Minha, gadis yang ia cintai selama tiga tahun ini. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan ini sejak tahun lalu, tidak mungkin dibatalkan begitu saja.
"Maaf Hyemi, tapi aku tetap tidak bisa-"
"Aku yang akan membatalkannya sendiri kalau begitu," potong Hyemi.
"Kau egois," desis Luhan.
"Kau juga," balas Hyemi.

"Seharusnya sebelum kau meniduriku kau sadar kau akan menikah beberapa bulan lagi. Sekarang wanita yang kau tiduri hamil ya kau harus menerima konsekuensinya. Jangan jadi pengecut yang lari dari tanggung jawab, Han-ssi," tutur Hyemi.
"Ya! Kau pikir aku sengaja menidurimu?! Itu terjadi di luar kendaliku!" seru Luhan.
"Dan kau pikir aku sengaja hamil? Kau pikir aku mau hamil seperti ini?" balas Hyemi dengan nada sarkasme dalam suaranya.
Luhan terdiam, lidahnya kelu tak bisa berkata-kata lagi. Dalam hati ia hanya bisa mengutuk dirinya atas kejadian sebulan lalu.

"Aku harus kembali kerja. Kuberi kau waktu seminggu untuk menyelesaikan hubunganmu dengan kekasihmu, lewat dari itu, aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Annyeong!" ucap Hyemi lalu meninggalkan Luhan sendiri.

Beautiful Sin v 1.0Donde viven las historias. Descúbrelo ahora