Chapter 1: I'm Pregnant

1K 55 5
                                    

Hyemi's POV
24 Januari 2014

"Hoeekkk! Hoeeekkk!"
"Kau yakin tidak mau cek ke dokter?" tanya Heeyoung, teman sekantorku, sambil memijit-mijit tengkukku.
Aku mencuci mulutku yang tidak memuntahkan apapun selain saliva, "Humm. Kurasa aku hanya masuk angin biasa," ucapku.
Heeyoung terlihat tidak setuju, "Ini bukan yang pertama atau kedua kalinya kau mual lalu muntah-muntah Hyemi-ya."

Ya, dia benar. Ini bukan yang pertama kalinya. Ini sudah yang kesekian kalinya aku muntah-muntah dalam satu bulan ini. Aneh memang. Tidak mungkin kan setiap hari aku masuk angin?

"Ah mungkin ini karena makanku yang tidak teratur," sahutku.
"Mungkin saja kau hamil," celetuknya.

Mungkin saja kau hamil.

Mungkin saja kau hamil.

Mungkin saja kau HAMIL.

Aku mengangkat wajahku lalu melihat refleksi kami berdua di cermin dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
Heeyoung terlihat menyadari tatapanku dan raut wajahnya langsung berubah menjadi tak enak, "E-eh aku hanya asal bicara saja Hyemi-ya! Kau tak mungkin hamil kan? Maksudku kau kan tak pernah melakukan hubungan intim, mana mungkin kau hamil. Iya kan? Iya... kan?"

Aku menganggukkan kepalaku pelan. Pikiranku kalut. Celetukan Heeyoung barusan terus terngiang di kepalaku.

Mungkin saja kau hamil.

Kejadian malam itu kembali terlintas di benakku. Hatiku mulai tak tenang. Bagaimana jika malam itu ia tak menggunakan kondom?

***

Malam itu sepulang kerja aku bolos kuliah. Dengan pikiran yang kacau seperti ini tak ada gunanya hadir. Kuliah dari dosen tak akan masuk ke kepalaku.

Yang kulakukan selama kurang lebih tiga jam ini hanya meringkuk di dalam selimut. Kata-kata Heeyoung terus menghantuiku yang sialnya membuatku takut setengah mati. Bagaimana jika benar aku hamil?

Mungkin saja kau hamil.

Tapi kemungkinan itu selalu ada bukan? Maksudku, kami hanya melakukannya sekali. Meskipun ia tak menggunakan kondom, belum tentu aku bisa langsung hamil.

Tiba-tiba sebuah pertanyaan mematahkan segala harapan yang aku miliki. Bagaimana jika saat itu masa suburku?

Teringat akan sesuatu, aku bangkit dari ranjangku lalu mengecek lemariku. Tumpukan pembalut tersusun rapi di dalamnya. Ketakutanku semakin menjadi setelah aku melihat kalenderku dan menyadari bahwa aku telat hampir dua bulan. Biasanya aku datang bulan di pertengahan menjelang akhir bulan, kira-kira antara tanggal 20 sampai 23. Tapi bulan lalu dan bulan ini ternyata aku tidak datang bulan sama sekali dan ini... membuatku sangat takut.

"Tidak mungkin..." gumamku pelan.

Mungkin saja kau hamil.

"Aku harus memastikannya! Ya, aku harus memastikannya," putusku lalu aku mengganti pakaianku dan melesat keluar apartemen.

Dalam perjalanan menuju apotek aku terus berdoa, berharap aku tidak benar-benar hamil. Semoga saja aku telat datang bulan karena stress.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas apotek begitu aku sampai di sana.
Aku agak ragu dan malu ingin mengatakannya, tapi tak ada waktu untuk malu-malu, aku harus tahu hasilnya secepat mungkin. "Aku errr mau itu errr berikan aku empat testpack berbeda merk. Terimakasih," ucapku dengan wajah memerah. Ini memalukan. Gadis, oke aku bukan gadis lagi, wanita semuda aku datang ke apotek untuk membeli testpack. Petugas apotek itu pasti akan mencibirku nanti, mengatakan aku sama saja dengan anak muda jaman sekarang yang melakukan sex bebas lalu saat mereka hamil mereka akan lari dari tanggung jawab dengan mengaborsi janin mereka. Maaf sekali, aku tidak seperti itu. Meskipun hasilnya nanti tidak sesuai keinginanku, aku berjanji aku akan bertanggungjawab.

Beautiful Sin v 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang