Chapter 10: Warning

651 32 4
                                    

Author's POV

"Selamat Tuan Lu! Ide anda untuk produk kita selanjutnya benar-benar cerdas!"

Luhan tersenyum mendengar pujian salah satu rekan kerjanya dalam proyek pengeluaran produk baru mereka. Tak lupa ia membalas jabatan tangan dari rekan prianya tersebut, Tuan Choi, atau yang lebih dikenal sebagai Choi Siwon, tangan kanan Kris.

"Ah, ya, terimakasih Tuan Choi. Ini belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang sudah kakakku keluarkan," ujar Luhan, merendah.

"Eeyyy, Kris-ssi itu beda cerita lagi. Anda dengannya memang tidak bisa dibandingkan karena kalian sama-sama hebat dan memiliki kelebihan tersendiri. Kurasa Anda sudah siap untuk memimpin hotel ayah Anda sekarang," ujar Siwon.

Luhan kembali tersenyum, kali ini agak terpaksa karena ada sesuatu yang sangat penting yang harus ia urus tetapi Siwon malah menahannya dengan obrolan mereka.

"Saya masih perlu banyak belajar sebelum mengambil tanggung jawab besar tersebut," balas Luhan.

Siwon mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya melirik sekilas arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ah, sepertinya saya harus pergi sekarang. Ada pertemuan yang harus saya hadiri untuk mewakili Kris-ssi," ujar Siwon.

"Saya tinggal dulu. Sampai jumpa Luhan-ssi," pamitnya kemudian sembari membungkukkan badannya sedikit.

"Oh, ya, ya, sampai jumpa," sahut Luhan sembari membalas bungkukkan badan Siwon.

Sepeninggalan Siwon, Luhan bernafas lega. Namun setelah itu ia kembali teringat akan urusan daruratnya. Buru-buru ia meninggalkan ruang rapat menuju ruang kerjanya.

Sesampainya di ruang kerja, ia langsung mencari ponselnya yang tertinggal. Sedari tadi, dalam perjalanan menuju ruang kerjanya, ia terus merutuki dirinya atas kebodohannya. Hari itu, pukul 3, seharusnya ia pergi mengantar Hyemi check up. Tetapi ternyata rapat yang seharusnya diadakan besok, oleh Kris dipindah menjadi hari itu karena besok Kris harus menghadiri rapat penting lainnya. Dan yang membuat Luhan kesal terhadap dirinya sendiri adalah kecerobohannya yang lupa menghubungi Hyemi untuk memberitahunya jika ia ada rapat dadakan.

Luhan mendesah lemas begitu mendapatkan ponselnya di atas meja kerjanya. Ia melihat ada puluhan missed call dan beberapa pesan dari Hyemi.

"Aish... Dia pasti menunggu sangat lama..." gumam Luhan merasa bersalah.

Karena ingin segera memberitahu Hyemi, Luhan pun langsung menghubungi Hyemi. Namun sayang, Hyemi tidak mengangkat teleponnya. Satu kali, dua kali, tiga kali, Luhan masih terus mencoba menghubungi Hyemi meskipun Hyemi tidak juga mengangkat teleponnya. Luhan pun mulai khawatir, ia takut Hyemi marah padanya.

"Mengapa ia tak mengangkat-angkat teleponku?"

Setelah yang kesembilan kalinya ia menelepon, akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk segera pulang. Luhan sudah pasrah jika Hyemi akan marah padanya. Ia hanya bisa berharap Hyemi mau mendengar penjelasannya dan memaafkan dirinya secepatnya.

***

Sepulang dari rumah sakit, begitu sampai di rumah Hyemi baru mau mengecek ponselnya. Ia tahu sedari tadi ponselnya terus bergetar, menandakan ada orang yang meneleponnya. Tetapi karena ia terlalu kesal, ia pun mengabaikan telepon-telepon tersebut.

Setelah dilihat ternyata telepon-telepon tersebut berasal dari Luhan. Ada sembilanmissed call dari Luhan untuknya. Mengingat Luhan membuat Hyemi tersenyum miris. Ia pun mengabaikan missed call tersebut. Tak ada niatan untuk menghubungi Luhan balik. Ia terlalu kesal untuk menghubungi Luhan lebih dulu dan mendengar suara Luhan.

Beautiful Sin v 1.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang