Chapter 16: It's not the end

685 43 1
                                    

Author's POV

Malam itu, sesampainya di kamar sepulang ia kerja, Luhan mendapati Hyemi yang duduk melamun dengan tatapan ke arah Ziyu yang sedang tertidur pulas di ranjang mereka yang besar tersebut. Saking larutnya Hyemi dengan dunianya sendiri, ia bahkan tidak menyadari kehadiran Luhan. Hal tersebut jelas membuat Luhan bertanya-tanya hal apakah yang sedang dipikirkan Hyemi hingga Hyemi termenung seperti itu. "Hye," panggil Luhan, membuat Hyemi kaget dan tersadar dari lamunannya.

"Astaga! Luhan! Kau menganggetkanku!" protes Hyemi sembari mengelus-elus dadanya. Jantungnya berpacu kencang seperti orang yang habis berlari bermil-mil.

Luhan yang melihat Hyemi terkejut pun hanya bisa memasang ekspresi tak berdosa sembari menggaruk lehernya yang tak gatal, "Hehe, sorry. Abisnya kau serius sekali melamunnya. Sampai-sampai tidak sadar kalau aku datang." Luhan pun berjalan mendekati Hyemi lalu duduk di sebelah Hyemi di atas ranjang. "Apa yang sedang kau pikirkan, hm?" Tanya Luhan, khawatir. Dari wajah Hyemi, bisa ia pastikan hal yang dipikirkan Hyemi bukanlah hal yang menyenangkan. Kalau menyenangkan tidak mungkin dia segalau itu.

Hyemi menghela nafas berat. Ia tidak tahu harus mengatakan ini pada Luhan atau tidak. Ia takut Luhan akan marah setelah mendengarnya. Namun, ia juga tidak ingin menyimpan ini sendiri. Ia ingin membaginya pada seseorang agar beban yang ia rasakan bisa terasa berkurang. Dan orang itu adalah Luhan. Entahlah... Ia sendiri juga tidak mengerti mengapa ia ingin memberitahu ini pada Luhan, bukan pada orang lain. Sahabat-sahabatnya misalnya. "Janji jangan marah ya?" pinta Hyemi pada Luhan yang direspon dengan sebelah alis terangkat oleh Luhan.

"Hm... Bagaimana ya. Aku tidak berani menjanjikan, tapi aku akan berusaha untuk tidak marah," balas Luhan, membuat Hyemi kembali menghela nafas berat.

"Myungsoo..." mulai Hyemi, "tadi datang ke rumah," sambungnya. Luhan mengaggukkan kepalanya, sebuah tanda untuk Hyemi melanjutkan ceritanya tentang Myungsoo yang tadi datang ke kediaman mereka. "Dia memintaku untuk balikan lagi dengannya," ujar Hyemi. Ia melirik Luhan, ingin tahu bagaimana reaksi Luhan.

"Lalu?" Tanya Luhan. Tidak ada ekspresi marah sedikit pun di wajahnya. Ia terlihat tenang dan sabar mendengarkan cerita Hyemi.

Hyemi menundukkan kepalanya, melihat kedua jari telunjuknya sendiri yang sedang ia mainkan. "Aku merasa bersalah," akunya dengan suara pelan.

"Kenapa?" Tanya Luhan lagi.

"Aku sangat kasar tadi padanya," jawab Hyemi. Ia pun menceritakan kronologi kedatangan Myungsoo tadi dan Luhan mendengarkannya dengan seksama.

Luhan meraih tangan Hyemi dan menggenggamnya. "Jujur aku tidak tahu harus merespon bagaimana," ujar Luhan. "Myungsoo itu... Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jika harus berada di posisinya. Aku bahkan merasa tidak pantas untuk cemburu apalagi marah padanya, mengingat apa yang harus ia lalui karena kesalahan kita."

"Aku tahu. Tadi aku benar-benar sudah diselimuti emosi sampai sekasar itu padanya," sahut Hyemi.

Luhan pun menarik Hyemi ke dalam dekapannya. Jemarinya membelai lembut kepala Hyemi. "Dia hanyalah pria yang sedang sakit hati. Butuh waktu untuk sembuh mengingat betapa besar cinta yang bahkan masih ia miliki sampai sekarang untukmu," ucap Luhan. Dalam hati ia berdoa agar Myungsoo cepat move on dari Hyemi. Sekesal apapun Luhan terhadap keteguhan Myungsoo yang menginginkan Hyemi kembali, bagaimanapun juga Myungsoo adalah pria baik. Ia hanya sedang patah hati. Orang patah hati cenderung melakukan hal-hal bodoh, seperti mengejar mantan contohnya. Ia pun dulu begitu.

Setelah menenangkan Hyemi, Luhan pun memutuskan untuk menemui Myungsoo. Ia rasa ia perlu bicara juga dengan Myungsoo. Bicara baik-baik tentunya.

***

Beautiful Sin v 1.0Where stories live. Discover now