Chapter 12: Stay, please.

888 43 3
                                    

Hyemi's POV

Aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan saat ini. Semua seperti benar-benar di luar kendaliku. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku, membuat aku sendiri terkejut.

Yang membuatku tak habis pikir lagi, aku menciumnya. Dua kali. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku aku akan melakukan ini. Tidak saat situasi di antara kami seperti ini.

Salahkan emosi yang telah mengambil alih diriku. Salahkan hormon yang juga memprovokasiku untuk melakukan ini. Dan salahkan Han yang telah membuatku seperti ini. Jika saja ini semua hanya karena Minha, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Maksudku, aku bisa pulang dan kemudian kembali melakukan aksi mogok bicaraku seperti beberapa waktu yang lalu.

Aku kecewa. Sangat kecewa. Di saat aku mulai memberikan kepercayaanku kembali padanya, ia melanggar kembali janjinya. Ini membuatku bertanya-tanya, apakah sebelum hari ini ia menemui Minha lagi tanpa sepengetahuanku?

Seolah kekecewaanku karena Minha saja tak cukup, ia menambah luka di dalam hatiku dengan kata-katanya saat kami masih di rumah Baekhyun dan Jongdae.

"Aku adalah suami Hyemi dan aku punya hak penuh atas dirinya. Jangan halangi aku untuk membawa istriku pulang!"

Aku kecewa dan aku sakit hati. Ia mengatakan hal tersebut seperti aku adalah sebuah properti yang ia miliki. Ucapannya benar-benar menyinggung. Saking tersinggungnya, aku bahkan tidak merasa tersanjung atau senang saat ia mengklaim aku sebagai istrinya di hadapan kedua sahabatku.

"Kau tahu aku mencintainya dan seharusnya kau tahu jika hal seperti ini akan terjadi!"

Dan satu lagi yang membuat pertahananku hancur. Fakta bahwa ia masih mencintai Minha dan ia mengatakannya tepat di depan wajahku, seolah mengingatkan aku akan posisiku, menamparku keras. Aku mungkin istrinya di buku pernikahan kami, tetapi di hatinya? Mungkin tidak ada namaku sedikitpun.

Seperti ingin mengkonfirmasi bahwa ia tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku, ia tidak membalas ciumanku. Yang ia lakukan hanyalah berdiri mematung, tidak membalas dan tidak juga menolak ciumanku. Aku merasa bodoh. Sangat bodoh. Tindakanku saat ini membuatku terlihat seperti wanita depresi. Ini menyakiti harga diriku karena aku seolah-olah mengemis cinta padanya.

Sadar akan hal ini, aku mendorongnya sedikit sehingga ciuman kami, atau aku saja lebih tepatnya, terlepas. Air mata menggenang di pelupuk mataku. Tetapi sebisa mungkin aku menahannya untuk tidak jatuh.

Cukup satu kali saja aku menangis hari ini. Tidak boleh ada yang kedua kalinya. Dan tidak juga di hadapan Han seperti ini.

"H-hye-"

Aku menghentikannya dengan meletakkan jariku di bibirnya. Aku tidak ingin mendengar apapun darinya. Aku takut air mataku akan jatuh setelah mendengar apapun yang ingin ia ucapkan.

"Jangan katakan apapun. Kumohon," pintaku.

Setelah mengucapkan hal tersebut aku menjauhkan diriku darinya. Mengingat apa yang baru saja aku lakukan membuatku malu. Aku tidak tahu aku harus bersikap bagaimana setelah ini dengannya.

"Lupakan apapun yang baru saja aku lakukan atau katakan. Aku hanya terbawa emosi dan suasana. A-ayo pulang," ucapku padanya.

Aku tahu ia tidak akan percaya jika aku hanya emosi dan terbawa suasana. Sudah dengan sangat jelas aku mengatakan aku mencintainya dan aku bahkan menciumnya DUA kali. Kau tidak akan mengatakan dirimu mencintai seseorang hanya karena sedang emosi jika kau tidak benar-benar mencintainya.

Han tidak mengatakan apapun dan menuruti kata-kataku. Ia menganggukkan kepalanya pelan lalu membiarkan aku berjalan lebih dulu keluar apartemen.

Suasana di antara kami saat ini sangat kikuk. Tidak ada satupun dari kami yang mau buka suara lebih dulu. Kurasa memang sebaiknya begini untuk saat ini. Aku sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk bicara padanya. Jangankan bicara padanya, menatap wajahnya pun aku tak sanggup.

Beautiful Sin v 1.0Where stories live. Discover now