3 | Kacang mahal

6.1K 472 190
                                    

Suasana riuh seperti pasar tidak akan usai sebelum datangnya guru yang bertugas, 12 IPA 2 memang begitu. Ramai dengan geng cewek yang hobi bergosip. Seolah-olah mereka selalu memiliki topik pembicaraan seru setiap harinya, sebenarnya yang mereka bicarakan pun tidak ada manfaatnya sama sekali.

"Selamat pagi, Anak-anak!" sapa Bu Susi dengan suara lantang yang membuat beberapa murid berlari ke kursinya masing-masing.

"PAGI BU!" jawab murid-murid serentak.

Bu Susi meletakkan laptop dan setumpuk kertas di meja. "Hari ini kita ulangan harian."

"HAH?" celetuk salah satu murid dari belakang.

"Allahu akbar. Saya gak belajar semalem, minggu depan aja deh, Bu," pinta salah satu murid yang sebenarnya juga mewakili permintaan seluruh murid kelas 12 IPA 2.

Nana mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. Nana panik bukan main karena tidak memiliki persiapan apa pun, jangankan semalam, dia jarang sekali membuka catatan kalau tidak ada ulangan.

Beruntung, Bu Susi memberikan waktu sepuluh menit untuk membaca. Waktu yang begitu singkat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh seisi kelas itu. Ada yang serius mempelajarinya, ada yang menoleh ke kanan-kiri menyusun strategi, dan ada yang sempat-sempatnya membuat contekan di meja.

Seketika gadis itu terbelalak setelah melihat jumlah soal ulangan kali ini, limabelas pilihan ganda dan lima soal uraian. Semenjak mendapat soal, Nana hanya membolak-balikkan kertas miliknya dan mengetukkan pulpen pada dahinya. Dia benar-benar bingung harus menjawab apa, dan berharap ada keajaiban.

Sepuluh menit berlalu, Nana melirik ke arah Elsa dan mendapatinya sudah mengerjakan beberapa soal, sementara dirinya baru menulis nama dan tanggal. Bisa dilihat kan seberapa kurangnya dia dalam pelajaran ini?

"El ... Elsaa," panggil Nana dengan volume sangat pelan. "Nyontek dong, satu sampe tiga," pintanya. Sebenarnya kalau boleh dia ingin mencontek semua, tetapi dia masih tahu diri.

Nana segera menyalin saat Elsa memperlihatkan kertas miliknya. Otak curangnya langsung bekerja dengan baik, dia tidak hanya menyalin jawaban nomor yang diminta, tetapi sekaligus sampai nomor enam.

Lima menit sebelum bel istirahat Nana tak kunjung mengumpulkan jawaban. Satu soal esai dan lima soal pilihan ganda belum ia kerjakan. Tentu itu membuatnya panik, ditambah saat mengetahui hampir semua teman sekelasnya sudah selesai.

"Astaga mereka nggak setia kawan banget sih, nggak nungguin gue!" gerutunya semakin panik setelah menyadari hanya menyisakan dirinya, Seli, Bima, dan Ardan yang masih berkutat dengan soal.

"Anjir, kenapa tiba-tiba gue kebelet sih!" cerocos Nana semakin panik dengan tubuh yang tidak bisa diam seperti cacing kepanasan.

"A, E, E, C, B." Seorang cowok menyebutkan jawaban untuk lima soal plihan ganda yang belum Nana kerjakan sambil berlalu melewati kursi cewek itu.

Cowok itu Ardan. Dia salah satu teman sekelas yang teramat pengertian pada Nana. Sebab Ardan memiliki perasaan lebih pada Nana sejak kelas sepuluh, tetapi Nana tidak pernah membalas perasaan lelaki itu.

"Savina, tolong bawakan laptop saya ke kelas 12 IPA 1, dan tolong sampaikan setelah istirahat saya akan mengadakan ulangan." Nana mengangguk patuh dan segera melaksanakan perintah guru itu dengan senang hati.

Nana mengetuk pintu kelas 12 IPA 1, lalu segera menghampiri cowok yang duduk di barisan ke dua dari belakang setelah meletakan laptop di meja guru. "Raga," panggilnya pelan. Sementara yang dipanggil hanya menengadah sekilas lalu kembali fokus ke layar laptopnya.

"Ada apa, Neng?" tanya salah seorang cowok yang duduk di samping Raga.

Nana menghela napas pelan. "Kata Bu Susi nanti ulangan fisika bab tujuh."

"Demi apa?" tanya seorang perempuan yang mendengar ucapan Nana.

Perempuan itu terlihat panik setelah Nana mengangguk. "Mampus! Cepet bikin contekan woy," seru perempuan itu pada teman sebangkunya.

"Ga, bisa ngomong sebentar nggak?" Nana terus menarik-narik lengan seragam laki-laki itu dengan perlahan.

"Gak, gue mau belajar."

Nana mengerucutkan bibirnya, "Alibi banget sih, Ga. Lo udah pinter, soalnya nggak susah kok. Apa mau gue kasih tau soalnya aja? Gue nyelundupin kertas soal kok tadi."

"Ayolah Ga, sekali aja." Sekarang dia memasang wajah memelas yang dulu selalu dipakai untuk memaksa Raga, namun kali ini cowok itu justru mengabaikannya.

"Sekali gue bilang gak, ya gak," tandas Raga seraya berdiri dan berlalu meninggalkan Nana. Dia sengaja menabrak bahu cewek itu dengan sedikit keras hingga membuat Nana terjungkal.

Nana hanya mengelus dada, "Sabar, Na, sabar."

***

Astagahhh Raga lu kok ngeselin ya -_- Gue kutuk juga lu lama-lama.

Haiyahhh pokoknya aku gak akan bosen bilang makasih buat kalian yang udah baca ini 💕💕💕 Ah ya kemaren keknya ada yang komen minta ditlaktil ya? Wkwk sini samperin aku ke planet :v

Fyi aja, w lagi gabut bet demi dah ga boonk 😂 teruz w juga lagi dengerin lagu Bundaku-Lintar🎵🎵
w tau w alay, biarkanlah wqwq

restartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang