Kotor. Sunyi. Mengerikan. Begitulah keadaan di atas bangunan setengah jadi yang berada di bantaran kali. Meski begitu, tidak sedikit pun seseorang yang sejak beberapa jam lalu berdiam di sana merasakan ketakutan.
Justru dia begitu menikmati setiap semilir angin sore yang menerpa wajah dan seluruh kulitnya yang tak tertutup pakaian. Berulang kali ia menghirup udara dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan.
Kedua mata yang sejak tadi terasa panas benar-benar membuatnya terpaksa menggigit bibirnya kuat-kuat. Tidak peduli jika nantinya terdapat luka yang membekas. Yang pasti dia tidak ingin mengeluarkan sedikit air mata untuk perpisahan ini.
Tenang saja, rasa sakit gigitannya tidak ada tandingannya dengan rasa sakit di dalam hatinya. Mungkin tidak akan ada obat untuk rasa perih di hatinya.
Gesekan antara sepatu dan kerikil membuat gadis itu menoleh waspada.
"Bos, mana barangnya?" suara berat khas pria berusia kepala tiga pun terdengar begitu jelas dari balik pilar yang berdiri kokoh.
"Sabar. Ente pastiin dulu ini tempat aman."
"Siap Bos! Gue pastiin ini tempat aman. Gak akan ada yang tau ini tempat."
Rasa penasaran tiba-tiba saja menyerang secara perlahan dalam pikiran Nana. Sialnya sebisa mungkin Nana menahan, rasa penasaran itu justru semakin bertambah.
Tanpa sengaja kakinya menyenggol sebuah plastik hingga menimbulkan suara. Membuat kedua pria itu menoleh, menatap tajam Nana yang sedang berdiri dengan wajah panik.
Salah satu lelaki berperawakan besar yang hanya mengenakan kaos hitam tipis dan jeans belel menunjuk Nana dengan garangnya.
Meski di dalam keremangan, Nana bisa melihat betapa murkanya pria itu. Ya, saat itu baru menunjukkan pukul enam sore.
"SIAPA LO?!" Bentakan pria itu mampu membuat Nana terpaku sejenak.
"Mati lu, Na, mati!" serunya panik. "Lu si bego make nyenggol kresek! Bego, bego, bego!" gerutunya menyalahkan diri sendiri seraya memukul-mukul kepalanya.
"WOY BERENTI LU!" teriak seorang pria yang berlari dengan kecepatan tinggi. Sementara satu pria lainnya ikut mengejar dengan membawa satu balok kayu.
Tanpa memedulikan perintah pria itu, Nana terus berlari dengan sisa tenaganya. Namun entah ada setan apa, langkah kakinya semakin lama kian melamban.
Jantunganya semakin berdegup kencang kala melihat salah satu pria itu memukulkan balok pada pilar.
"BERENTI KALO LU GAK MAU MATI KONYOL DI SINI!" perintah pria yang sejak tadi memegang sebuah senjata di tangan kanannya.
Deg...
"BERENTI LU, BANGSAT!!" teriak pria berambut gondrong yang terus berlari mengejar targetnya.
Salah satu pria yang berkepala pelontos melempar balok ke arah Nana. Namun sayang lemparannya meleset. "Sial!" sungutnya seraya menendang kerikil tanpa arah.
Nana mengerjap dengan langkah kaki yang semakin melamban, "Ini gimana?" gumamnya seraya meraba-raba saku celananya, mencari ponsel miliknya untuk menghubungi seseorang. Namun kali ini sepertinya riwayat Nana benar-benar di ujung tanduk.
Energi gadis itu sudah benar-benar semakin menipis. Bagaimana tidak, Nana terakhir kali menyantap makanan pada siang hari. Itu pun hanya melahap es krim dan pancake.
Tak ada kata lelah bagi kedua pria berbadan besar itu. Mereka terus berlari mengejar buronannya. "BERHENTI ATAU MATI!"
Dua pilihan yang tidak ada untungnya sedikit pun.
Nana menggeleng kuat-kuat. Tidak, dia tidak ingin mati sekarang. Dia masih ingin hidup, masih banyak keinginannya yang belum terwujud.
"Bisa Na, bisa! Ayo semangat!" Di tengah sisa-sisa tenaganya dia tetap menyemangati dirinya.
Sesekali gadis itu menoleh ke belakang, memastikan jika kedua pria buas itu berada di jarak yang cukup aman. Sepertinya nyawanya benar-benar terancam.
Matanya sontak terbelalak kala melihat pria berambut gondrong mengacungkan senjatanya tinggi-tinggi. Lantas tak lama langsung mengarahkan senjata itu tepat sejajar dengan wajahnya.
Mengarah lurus pada dahi Nana.
Dorrrr!
***
Nana? Omegat omegat jadi cemana nasib Nana? Ah doakan saja ya 😂
Maap semalem acu tuh bukan up wkwk kepencet gitu gak sengaja XD
Makasiii loh sekali lagi :) maaf ya cuma bisa bilang makasi doang akunya hehe XD
KAMU SEDANG MEMBACA
restart
Teen Fiction[SELESAI] Nana tidak lagi mendapatkan sikap manis Raga setiap harinya. Dan Raga tidak lagi memberikan perhatiannya untuk Nana. Nana selalu mencoba mendekati Raga. Sementara Raga selalu menjauh sejauh mungkin dari Nana. Nana menginginkan Raga. Tetapi...