23. Yay or Nay

8.5K 613 48
                                    

Happy sunday!
Happy reading!
Banyak voment banyak rejeki, hehe. Amiin.

--

Setelah dikerjai oleh Arina habis-habisan, Arlen dan Arkan mengurung diri di kamar Arlen. Pasalnya, kamar Arlen adalah kamar ter bersih dan ter rapih di dalam rumah ini.

"Besok gue nggak mau berangkat bareng Arina" ujar Arkan sambil mengutak atik patung-patung mini di meja belajar Arlen.

"Gua juga gamau, mau berangkat bareng Althaf" jawab Arlen santai.

"Mau balapan motor ya lu?"

"Engga"

Arkan mendecih. "Alah, nggak usah bohong sama gue, lu masih suka kebut-kebutan di depan stadion kan?"

"Nggak, cuma liat doang, udah nggak ikut"

"Inget waktu lu kecelakaan, jangan di ulangi lagi. Kasian sama papa, mama, gue dan Arina. Waktu nggak bisa di ulang" jelas Arkan pada Arlen. Arlen hanya mengangguk saja, malas memutar balik kejadian yang dulu dulu.

Sunyi merayapi ruangan minimalis yang di design dengan gambar-gambar club bola Barcelona dan beberapa hiasan seperti patung-patung kecil di dalamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sunyi merayapi ruangan minimalis yang di design dengan gambar-gambar club bola Barcelona dan beberapa hiasan seperti patung-patung kecil di dalamnya.

Sang pemilik kamar beserta kembarannya yang memiliki kepribadian berbeda 180 derajat darinya itu terkapar dengan lelap diatas kasur.

Sejak kecil Arlen selalu berbeda dengan Arkan. Mungkin tidak terlalu diam, namun lebih tidak banyak menyianyiakan suaranya untuk berbicara tidak penting.

Seperti halnya jika Arkan bertengkar dengan Arina, maka Arlen lebih memilih untuk diam sambil menikmati kedua kembarannya itu bertengkar sampai puas. Lalu barulah dia memisahkan keduanya.

Untuk urusan asmara pun sama halnya. Kalau Arkan yang tiap minggu gonta-ganti pacar, dan Arina yang dengan setianya masih cinta walau di hianati, maka Arlen hanya menikmati ke jonesan abadinya itu dengan Althaf--sahabat karibnya.

'Jdug'

Badan Arkan terlempar ke lantai dengan indahnya. Untungnya guling yang ia jadikan pelukan tadi jatuh juga dan menjadi penopang tubuhnya.

"Ish, kampret lu" ujar Arkan dengan nada parau, tetapi tak lama ia kembali tidur lagi.

Arlen hanya menanggapi dengan deheman, dia pun melanjutkan tidurnya lagi. Arlen memang spesies yang gampang bangun jika mendengar sesuatu, tetapi gampang tidur lagi juga.

"WOYY BANGUN!! SHOLAT ISYA" teriak Arina di depan pintu kamar Arlen.

"Nggak bangun, gue buka ni pintu!"

"ARKAAAAANNN!!"

"ARLEENNN!!!"

Dari dalam Arkan hanya menolehkan kepalanya, lalu bangkit menuju kasur dan menjatuhkan badannya lagi. Begitupula Arlen, ia hanya membuka matanya setengah, lalu tidur lagi.

Triplets [ Si Kembar Tiga ]Where stories live. Discover now