29. Sebuah Rencana

5.2K 323 23
                                    

TERHARU MASIH ADA YANG BACA CERITA ABAL ABAL INI HUHUU

Matahari kali ini merangkul dengan senyuman, hal itu tersirat dari wajah sok cool Arkan yang baru saja keluar rumah untuk berangkat ke sekolah.

Tentunya ada dua cecunguk yang mengikutinya di belakang. Arlen dan Arina. "Nggak bisa pokoknya! Lo pada kalo mau bareng gue berenti di depan gang sekolah" ujar Arkan sambil memutar kepalanya secara tiba-tiba.

Arlen merengut. "Alay amat, berangkat tinggal berangkat, pula pake turun di tengah jalan" ujarnya kesal, lalu berjalan mendahului Arkan.

"Daripada nggak ikhlas mending gue berangkat sama Khalil" Arina ikut bersuara.

"Nah nggak papa, tapi kalian jangan bilang mama kalo gua ngelayap dulu. Oke?"

Arlen dan Arina kompak menjawab. "Nggak," Arkan kembali mendesah jengkel.

"Oke lo semua gitu ke gue, kita nggak friend lagi bodoamat" ia melangkah menuju mobil.

Arkan mengikutinya dan duduk di kemudi samping Arkan, Arina yang masa bodo hanya berjalan mengikuti juga tanpa bicara.

"Sejak kapan kita friend, sadar diri lo itu adek gua"

-----
Seperti janjinya, Arkan hanya mengantar Arlen dan Arina di dekat gang sekolahan. Kemanakah dia? Gebetan Arkan pasti tau lah yau. Kemana lagi kalau bukan lain ngampirin gebetannya di sekolah tetangga.

'Iya sabar manggaku.. ' Arkan mengakhiri telfonnya dengan kalimat menjijikan. Kalau Arina tau ini, pasti Arkan di bully, pasalnya julukkan alay Arkan untuk gebetannya lebih aneh dari pada sebelumnya. Mangga? Hey boy, mangga kecut kali. Kalo belum mateng.

Berbekal pomade terbarunya, Arkan mengoleskan sedikit ke rambut. Setelah dirasa cukup, ia berjalan mendekati pintu belakang sekolah tetangganya itu.

"ssstt.." bisik seseorang yang terlihat sudah menunggu Arkan dari tadi

Arkan tersenyum idiot, ala ala remaja jatuh cinta. "Jangan lupa ya, ntar ketemuan di taman deket rumah kamu jam 7 malem" ujarnya setengah berbisik sambil menyodorkan satu tiket konser band.

--------

Arina menginjak kaki Khalil saat bu Ipeh berdiri di depan meja Khalil. Sebagai chairmate, Arina termasuk setia kawan, seperti saat ini.

"Aww.. Ngapa sih rin, sakit tau" gerutunya sambil mengangkat kepala dari meja.

Arina seketika melotot, cari masalah aja nih Khalil blangsak.

"Sakitan mana hmm sama di jewer ibu?" Bu Ipeh memincingkan matanya didepan wajah Khalil.

Khalil yang auto 100 persen terbangun hanya bisa cengar-cengir ketika ketahuan tidur di mata pelajaran yang penting ini.

"Hehe bu" ujar Khalil sekenanya.

"Enak tidur? Udah mimpi sampe mana?"

Dan Khalil pun berakhir gosong didepan tiang bendera sambip memegang dua kerupuk roda ditangannya.

"udah melempem belum lil?" tanya Arina selepas istirahat tiba. Khalil dengan bibirnya yang mengerucut memandang kesal Arina.

"Coba nih gigit! Kapan coba nunggu ini kerupuk melempem gue baru udahan. Drakula berak bekicot juga gaakan melempem" ujarnya kelewat kesal.

"Kan gua udah bangunin, yang salah siapa coba?"

"Lo lah, ga bilang kalo yang jewer bu Ipeh. Gimana nasib nilai gua ntar ck!"

"Enak aja nyalahin gua, mending mending gua kode buat bangun. Awas aja besok besok lo tidur di sejadah juga ga bakal gua bangunin" lalu Arina melangkah ke kantin meninggalkan Khalil dengan kerupuknya yang masih juga renyah.

---

Arkan melambaikan tangan ke arah Arina ketika kembarannya itu muncul di pintu masuk kantin. "Sini woy, gua teraktir!"

Arina mengernyit heran. Pasti ada maunya lah si dekil satu ini. Pasti menyangkut masalah tadi pagi.

"Jangan mau rin, nanti lu si sogok kayak gue" ujar Arlen datar, sedatar triplek seperti biasanya.

"Gua udah tau modus lu kambink! Kalo lo nakal bakal gua omongin lahh bolos jam pertama demi bertemu sang kekasih" balas Arina sengit.

"Jangan gitu lahh, nanti gua cariin pacar deh. Apa lo mau Althaf atau malah Khalil? Gua jabanin, gampang kok, selau"

"Mending lo ngerjain Matematika Minat dulu deh kan, tugas lo banyak yang belum. Nanti nilai turun malah nangis. Lo kan suka gitu" Arlen menimpali

"Ah kesel ah, punya kembaran ga ada yang bisa diajak kompromi"

Arina tiba tiba teringat sebuah ide cemerlang. "Gimana kalo kita surprise in mama sama papa?" kebetulan ulang tahun mama dan papa si kembar tiga ini sama geng!

"Hmm boleh tuh"

"Alaahhh. Gua padahal udah kepikira dari waktu itu lah"

Arina kembali serius. "Kali ini yang heboh! Biar ngalahin keliarga bledek zigizaga. Mereka kan duitnya banyak makanya bisa kasih mobil. Kita kan miskin, ngasih yang sederhana aja tapi bikin bahagia" ujarnya sambil menyeruput kopi milik Arlen.

"Berapa hari lagi sih?" Arlen kembali bersuara.

"Sekitar 5 hari lagi sih" Arkan dan Arina menjawab berbarengan.

"Gua ada ide"

"Apa len?" lagi lagi Arina dan Arkan menjawab secara kompak.

Arina meng-geplak bahu Arkan kesal. "Gausah ikut ikut gua!"

"Dih siapa coba yang ikut-ikut. Lo aja nyama nyamain" bela Arkan untuk dirinya sendiri

Arlen menarik pelan rambut Arkan dan Arina. "Masih mau adu bacot? 1 kalimat 2 helai rambut rontok" ujarnya calm.

Arina mengangguk, namun masih memandang Arkan dengan pandangan. 'Mati lo sama gua'.

•teng tong, 5 menit lagi waktu masuk telah tiba, teng tong•

"Cabut dulu bray, PR gua belum kelar" Arkan lari begitu saja sambil memasukkan mpek-mpek sisa ke mulutnya. Arlen dan Arina hanya geleng-geleng saja dibuatnya.

"Nanti kita bahasa dirumah deh, lo nanti pulang sekolah jangan main, langsung pulang, gue jemput di depan kelas" Arlen mengacak pelan rambut Arina, lalu melangkah pergi.

Arina hanya bengong melihat kedua kembarannya tadi. Tak tunggu lama ia pun langsung pergi meninggalkan kantin menuju kelas.

------
Halo?Annyeong?
Masih ada manusia? HAHA tau ah masih ada yang baca apa engga. Yang jelas aku mau kasih ini untuk mengobati kangen kalian hehe.

Happy Reading💕

Triplets [ Si Kembar Tiga ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang