28. Horror

7.6K 562 33
                                    

Anyone miss me? miss Arlen, Arkan and Arina?

--------

Arlen mangguk kala mama nya memerintahkan untuk diam di rumah. Penyakitnya yang tak terjadwal ini memang dapat kambuh dengan tiba-tiba setiap saat. Maka dari itu lah Arlen mengiyakan perintah mamanya untuk tidak sekolah.

"Sana beli pecel dulu tempat mbak depan" ujar Sherin.

Arlen tak begitu saja mengangguk. "Ma, mager loh" balasnya masih dengan posisi tiduran di sofa.

"Cuma 5 langkah juga nyampe, sok mager juga kamu ini"

"Iyadeh nanti"

Sherin mendelik. "Ayo cepetan! Kalo engga nanti lupa, terus nggak makan"

"Iya ma" dengan terpaksa ia menganggukan kepalanya.

Berbekal duit lima ribu dari mamanya, Arlen mampir ke depan rumah Keenan sebelum ke warung si mbak tadi.

"Nan? Lo nggak sekolah?" tanya Arlen.

Keenan menggeleng. "Nggak len, mama lagi sakit dirumah, jadi gue jagain mama hari ini"

"Oh gitu, papa lo belum balik?"

"Belum len, mungkin 4 hari lagi."

"Oke deh, gua mau ke mbak Gati dulu kalo gitu" ujar Arlen.

"Lo juga ga sekolah kenapa?"

"Biasaa" jawab Arlen santai. Keenan hanya ber 'oh' ria karna sudah tau langganan Arlen jika tak masuk sekolah.

Arlen menepuk-nepukkan tangannya ke paha. Ternyata menunggu mbak pecel membuat pecel lumayan lama juga ya. Matanya yang tajam menatap kearah luar warung sambil sesekali melirik ke jalan, siapa tau gadis itu lewat.

"Ini len, maaf ya lama" ujar mbak Gati, sang penjual pecel dekat rumah Arlen.

Sebelum membalikkan badannya Arlen mendelik. Ia melihat sesosok gadis ber seragam SMA yang masuk lewat pintu belakang dengan wajah kesal.

Mbak Gati berdecak. "Adek! Ngapain kesini? Nanti bunda nyariin gimana? Bukannya sekolah juga." lalu berjalan mendekati gadis tersebut.

Gadis tadi memasang wajah tak peduli. "Alahh mbak, bunda lagi olahraga mulut tuh, males dengerinnya, capek."

Arlen masih berdiri di tempatnya tadi dan menatap heran. Mbak Gati yang sudah membaca raut wajah Arlen, menjelaskan. "Ini tetangga baru len, dulu mbak jagain dia dari bayi, sekarang pindah kesini. Katanya nggak bisa jauh-jauh dari mbak, hehe"

Arlen tersenyum dan mengangguk, lalu menatap gadis tadi dengan meneliti. Ini bukannya si gadis sepeda kuning ya? Batinnya sedikit bersorak karna akhirnya ia bisa melihat gadis yang biasanya hanya bisa ia lihat dari samping saja.

"Ngapa lu liat liat? Ga seneng?" gadis tadi menatap Arlen balik. Arlen spontan menggeleng.

"Nothing." balas Arlen. "Yaudah mbak, makasih ya, Assalamualaikum" tambahnya.

Kening Arlen mengerut, mengakibatkan alis ulat bulunya menjadi menyatu. Suara gesekan antara sendal jepit dan aspal juga menyatu. Beriringan dengan itu semua Arlen mengingat sesuatu.

Gadis tadi bukannya dari SMA Gelora Jaya? Sekolah yang terkenal mahal dan elit di kawasan rumah mereka. Mungkin jika papa nya hanya membiayai 1 orang anak aja masih kuat untuk membayar sekolah disana. Masalahnya, Arlen kemana mana itu pasti harus bertiga, paket komplit dengan Arkan, Arina.

"Kasian aspalnya lo lecetin gitu" suara gadis mengagetkan Arlen dari lamunannya. Arlen menoleh kesamping.

"Apaan...." kata-katanya terputus, gadis tadi dengan santainya kembali mengayuh sepeda kuningnya kembali. "Anjir deg deg an" gumam Arlen pelan.

"Bang, awas ilernya tumpah" seorang bocah lewat dengan es balon di tangannya. Arlen menyeringai.

"Masih bocah juga, pinter ngibul" balasnya mendekati anak tersebut.

Dengan wajah polosnya, ia menatap bingung. "Aku nggak bohong"

"Eh tunggu, kamu adiknya itu kan.. Aduh siapa sih namanya" Arlen menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kamu adiknya siapa?" tambahnya.

"Aku adiknya kakak, bang"

---------

Arina masih merengek di depan dua kembarannya. ''Ayoo, temenin gue hari ini aja'' sementara Arkan dan Arlen menatap dengan malas dengan sesekali menatap layar Tv di depannya.

''Makanya punya pacar, jangan kelamaan jomblo''

Arina mendengus. ''Kayak lu punya pacar aja, malahan yang jomblo bangkotan itu lu kali. Idih'' balasnya pada Arlen.

''Gue udah nonton Dilan 5 kali, jadi sorry aja nih. Bosen'' ujar Arkan. ''Minta anterin Khalil apa Althaf kan bisa noh'' tambahnya.

''Pelit amat sih kalian amit amit''

Masih duduk di depan Televisi, mereka bertiga diam selama beberapa menit. Memang ponsel adalah benda yang mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Arlen yang serius dengan permainan yang ada di ponselnya nampak tidak terganggu ketika Arkan bernyanyi tanpa nada di sebelahnya. Sementara Arina, gagal dengan rencana nontonnya, ia lebih memilih dengan tontonan drama Thailand nya.

''Aiish'' Arina mendengus kala Arkan menendang kakinya. ''Diem sih lu''

''Beli Siomay sono kalo ga es apaan gitu kek'' Arkan memerintah.

''Nyuruh''

Arlen menolehkan kepalanya kearah dua kembarannya. ''Pesen makan aja sana, gua minta ntar''

''Eh eh abis sakit nggak boleh ikutan daftar''

''Apaan sih, gua udah mendingan kok'' bela Arlen pada dirinya sendiri.

Arina mengangkat tangannya. ''Gue tau pesen apa''

''Apa?'' tanya Arkan dan Arlen berbarengan.

''Ceker pedes, sambil nonton film terus minum yakult yang ada es batu nya..'' jelas Arina. ''Nikmad sentosa''

Arkan mengangguk. ''Okelah, gue setuju nih. Gue aja yang pesen''

''Filmnya gua aja'' ujar Arlen. ''Horor ya? Biar saik''

''Siappp''

-----------

''Hikss.. Hikss..''

''Mana horornya hiks.. ini mah sedih goblok hikss..'' suara Arkan terdengar sangat menyedihkan saat ini. Matanya sembab dipenuhi air mata yang masih saja mengalir walau scene sedihnya sudah lewat.

''Gue juga baper nih, lo milih film apa sih len hikss..'' Arina menarik baju Arkan, lalu mengelap ingusnya yang keluar bersama air mata.

Arlen hanya menatap dengan polos sambil membuka kulit kuaci di tangannya. ''Tapi gua nggak nangis, kalian aja alay'' ujarnya santai.

''Itu kasian banget yaallah.. hikss.. nyesel nih nontonnya'' Lagi lagi Arina mengelap ingusnya di baju Arkan.

''Dasar Anakonda baju gue jadi berlapis najis nih! Hikss... Pergi sana lo'' Arkan menoyor kepala Arina yang bersandar di pundaknya.

''Baju gue baru beli kemaren hiks.. baju lo kan udah pernah untuk ngelap tai nya Kimo, jadi nggak papa''

Arlen tiba-tiba mengangkat kakinya ke sofa dan menyembunyikan kepalanya di belakang punggung Arina. ''WAAAAA MATI LAH! ITU SETANNYA KLOS AP BANGET MUKA NYA ANJIR'' Arlen teriak seperti orang tersambar ubur-ubur.

Arkan dan Arina saling berpandangan. ''Mana setannya? Lo sih ngajak gue ngobrol!'' protes Arina.

''HHHWAAAAAAAAAAAAAA''

Arkan dan Arina berteriak ketika tiba-tiba seseorang berambut panjang muncul di depan Televisinya.

''Hahaha... Nonton horor nggak ngajak mama, nggak seru''

-----------

Vote and Coment yang banyak ya! hehe.. 

-luv dari siswi kelas 9 yang sedang labil


Triplets [ Si Kembar Tiga ]Where stories live. Discover now