63. Duel Singkat Antara Guru dan Murid

5.5K 548 77
                                    

Saat ini aku berada di depan kelas 1-2, kelas yang dikatakan ada beberapa anak bermasalah. Ketika aku memperkenalkan diriku, aku menutup telingaku karena suara teriakan para murid yang menggema di ruangan ini.

   “Apa-apaan ini!? Anak itu menjadi guru!?”

   “Mustahil!”

Keributan telah tercipta di kelas ini. Sepertinya aku perlu membuat sebuah airplak atau headphone untuk menutupi telingaku ini. Di keadaan yang seperti ini, aku benar-benar tidak bisa melawan karena telingaku agak sakit.

Karena tidak tahan dengan keributan ini, aku meluapkan sedikit nafsu membunuhku. Benar saja, semua murid yang tadinya saling berteriak memenuhi ruangan terdiam dan duduk dengan perasaan takut dan waswas. Setelah keadaan mereda, aku menghilangkan nafsu membunuhku itu dan mengangkat suara.

   “Aku tahu kalian tidak percaya, tapi aku dikirim oleh Trisha vein Antarus dan Sirius Alvetein sebagai guru untuk 3 minggu, jadi aku harap kalian mengerti.”

   “Aku tidak terima!!”

Braakk!

Seorang laki-laki berdiri sambil memukul meja dengan keras. Ia melihat mataku dengan tatapan marah, seperti aku mengambil sesuatu yang sangat berharga darinya, tapi aku tak melakukan apapun.

Kemudian ia berjalan turun dari podium dan menuju pintu keluar. Sebelum ia keluar, ia berbalik dan menunjukku, tentu saja dengan ekspresi kemarahan yang luar biasa.

   “Jika kau memang benar-benar mempunyai kemampuan untuk menjadi guru di usia semuda ini, maka kutantang kau berduel!! Pulang sekolah nanti! Di lapangan tiga pohon pinus!”

Setelah menyatakan tantangan duel padaku, ia melangkah keluar dan membanting pintu dengan keras. Mendengar pernyataan tersebut, seisi kelas tertegun, tentu saja termasuk diriku, aku cukup terkejut di sini. Baru masuk ke kelas sudah di tantang berduel? Ini masalah yang cukup serius, bukan?

Untukku yang telah menyatakan diri sebagai guru, ini bukanlah masalah yang tidak biasa. Aku sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi tak kusangka akan secepat ini. Setelah itu aku menghela nafas berat dan berpaling ke arah murid yang lain.

   “Jika ada dari kalian yang tidak ingin mengikuti pelajaran dariku, maka silahkan keluar mengikuti laki-laki tersebut, aku mengizinkannya.”

Begitu aku mengucapkan kalimat tersebut, sebagian besar murid berdiri dan keluar dari kelas tanpa sepatah kata pun. Aku hanya dilewati seperti sebuah rak buku tua yang telah tidak dipakai. Yah, aku tidak masalah dengan itu sih.

Ketika aku melihat ke podium kelas, yang tersisa hanyalah 3 orang perempuan dan seorang laki-laki dari sekitar 24 murid. Dua puluh murid langsung berkurang begitu saja, bagaimana kujelaskan hal ini pada Sirius? Yah, itu nanti saja.

Kurasa keempat murid ini cukup mempercayaiku, atau sebenarnya mereka takut padaku? Ah biarkanlah, yang penting aku harus menyapa mereka terlebih dahulu.

   “Kalian tidak ikut dengan mereka?”

   “Tidak, kami ingin belajar.”

   “Saya percaya pada anda, Ibane-sensei.”

Sensei lagi!? Ah, benar juga, aku belum mengatakannya.

   “Karena aku masih muda dan seumuran kalian, jadi panggil saja aku Ibane, tak perlu menggunakan tambahan ‘sensei’ di belakang namaku.”

   “Tapi, bukankah itu tidak sopan?”

Si laki-laki menanggapi ucapanku dengan sebuah pertanyaan yang cepat. Ia memiliki rambut merah yang sedikit berdiri dan mata biru laut. Jika menurutku, kurasa ia penyihir yang di bawah rata-rata, itu kusimpulkan dari tekanan mana yang ia miliki.

Restart For New Life In Another World : Vol 3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang