83. Panggilan dari Istana

4.4K 495 74
                                    

Cahaya kuning keemasan menusuk mataku, sehingga membuat tidurku terganggu. Beberapa menit karena tidak tahan cahaya tersebut, akhirnya kuputuskan untuk bangun dari kasur. Jujur saja aku masih agak lelah, tapi tidak nyaman kalau sudah terganggu seperti ini.

"Hoaamm..."

Kurentangkan kedua tanganku sambil membulatkan mulutku mengambil nafas sebanyak mungkin. Rasanya ada sesuatu yang aneh di badanku. Mungkin saja karena kemarin aku menghabiskan terlalu banyak stamina. Ya, aku benar-benar kelelahan setelah perang itu.

Kubuka kedua mataku perlahan dan mulai memperhatikan sekitar. Kamar ini... masih sama, aku tidak pindah, baguslah. Kau tahu, aku memiliki kebiasaan sleep walk, sebuah kebiasaan buruk yang berjalan dalam kondisi tidur. Walau begitu, kebiasaan ini jarang kambuh, jadi aku lega mengetahui aku tak berpindah dari kamar ini.

Aku berjalan menuju jendela, lalu membukanya. Kujulurkan leherku keluar, dan menarik nafas menggunakan hidung, lalu menghembuskannya. Seperti biasa, udara di dunia ini begitu segar, berbeda 180 derajat dengan dunia di kehidupanku sebelumnya. Penuh polusi, udara di sana sangat sesak.

Terlihat di jalan banyak orang berjalan ke sana kemari mencari keperluannya masing-masing. Di depan sana, terdapat pedagang apel yang sedang menawarkan buah dagangannya dengan senyum kepada orang-orang yang lewat. Di ujung pandangan kananku, seorang pemilik kios makanan tengah melayani pembelinya. Aku hanya tersenyum melihat kota ini tidak mengkhawatirkan apapun tentang kejadian kemarin.

Kudengar dari resepsionis penginapan kemarin malam, perang berhasil di menangkan oleh pasukan kerajaan. Lalu yang gawatnya, namaku juga disebut bersama kalimat 'yang membunuh raja wyvern'. Memikirkan itu, aku menghembuskan nafas berat sambil menurunkan pundakku hingga bersandar di bingkai jendela.

"Kelihatannya, aku harus bersiap untuk berbagai tantangan setelah ini berakhir."

Maksudku tantangan di sini adalah kehidupanku. Aku adalah orang yang tak ingin direpotkan, tapi dengan perbuatanku yang membunuh Luxrym kemarin, sepertinya kehidupanku takkan bisa berjalan normal lagi. Aku benci ini.

Selain itu...

Braakk!!

"Ibane!!"

Mendengar suara bantingan pintu bersama teriakan memanggil namaku, aku menoleh ke belakang. Di sana aku melihat seorang gadis berambut hijau, mata warna ungu, dan kemeja putihnya. Benar, gadis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Iliya, sang ketua pengawas akademi sihir Lubia.

"Ada apa pagi-pagi seperti ini, Iliya? Kau berteriak seakan-akan ada sesuatu yang gawat."

Sambil menggaruk kepala bagian belakangku yang terasa gatal, aku kembali menguap. Mendapati jawaban yang disertai ekspresi ngantuk, wajahnya mengkerut karena kesal. Jangan memandangiku seperti itu, aku masih lelah akibat perang kemarin. Beberapa detik kemudian, ia berjalan dengan langkah besar ke arahku.

"Kau dipanggil oleh yang mulia Cradell, dasar bodoh!!"

"Ha?"

***

Karena kedatangan dan ucapan Iliya, terpaksa aku harus menurutinya. Habisnya, ini panggilan dari yang mulia sendiri, aku tidak bisa menolaknya. Ternyata bukan hanya aku, Lestia dan yang lain juga. Baguslah, aku tak sendirian. Toh, bagaimana pun juga aku pasti akan meminta salah satu dari mereka untuk menemaniku. Aku tidak pandai dalam berbicara, kau tahu?

"Perlu kau ketahui, ini adalah panggilan formal, Ibane."

"Aku tahu."

"Paling tidak gantilah bajumu agar sedikit dipandang sebagai bangsawan. Baju yang kau kenakan sama saja seperti rakyat biasa."

Restart For New Life In Another World : Vol 3 [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें