69. Lorong Yang Menjadi Medan Perang

4.9K 502 28
                                    

Saat ini aku dan para murid akademi sihir Lubia sedang berada di dalam gedung setelah menerobos para teroris Ouroboros yang ingin mengambil Meriam Helandra. Dari yang kurasakan, para guru juga berusaha membereskan teroris ini, tapi mereka terkurung tidak bisa keluar dari ruang guru. Kelihatannya mereka menggunakan sihir penghalang [Nolens].

[Nolens] adalah sihir penghalang yang berasal dari sihir non-elemen. Sihir ini dapat menghalangi apapun masuk atau keluar, tergantung dari kekuatan sang pengguna. Jika kekuatan si pengguna lemah, maka sihir tersebut mudah untuk dihancurkan, begitu pula sebaliknya.

Tapi jika dilihat dari keadaannya, sepertinya para guru tidak bisa menghancurkan sihir tersebut. Mereka berkumpul dan mendiskusikan sesuatu, kemungkinan itu adalah rencana untuk keluar dari ruang guru yang disegel tersebut. Kebanyakan guru-guru di akademi Lubia ini adalah para penyihir tingkat A, ada juga beberapa tingkat S, termasuk Flora.

Walau memiliki kekuatan tingkat S, entah kenapa mereka tidak bisa menghancurkan sihir penghalang tersebut. Kemungkinan pengguna [Nolens] ini dapat mengendalikan mana alam, sehingga kekuatan sihir penghalang tersebut berkali-kali lipat dari biasanya. Kalau memang begitu, aku harus turun tangan.

"Ibane, kau tidak apa-apa?"

Ketika telingaku menangkap suara yang sepertinya ada di sampingku, aku tersadar dari lamunanku dan melihat ke asal suara tersebut. Itu adalah Iliya.

"Ya, aku tidak apa-apa, hanya sedikit kelelahan."

"Kalau kau kelelahan, istirahatlah lebih lama lagi. Aku dan 7 pengawas lainnya akan berjaga."

"Aku tahu, tapi kita tidak bisa berdiam diri di aula ini terus, bukan?"

Setelah menerobos teroris yang ada di luar gedung, kami langsung berlari menuju aula yang biasa dipakai untuk upacara atau semacamnya. Iliya dan lain memutuskan untuk beristirahat sejenak karena menerobos pasukan sebanyak itu memerlukan mana dan energi yang cukup banyak. Yah, walaupun kebanyakan aku yang menanganinya.

Karena berada di depan murid-murid, sebisa mungkin aku tidak menggunakan sihir tanpa mantra. Kenapa? Itu lumayan menghebohkan jika tersebar.

Pengguna sihir tanpa mantra sangatlah langka karena pengontrolan mananya yang telah berada di tingkat lanjut. Contohnya seperti Reyna, ia adalah salah satu penyihir tingkat S yang mengajar di akademi Lifozo. Lalu kekuatan mereka juga pasti akan sangat mengerikan. Selain dapat mengerahkan sihir tanpa isyarat satu pun, kekuatan sihirnya juga akan meningkat drastis.

Tapi jika keadaan darurat, tentu saja aku akan memakainya.

Kemudian aku berdiri dari lantai tempatku duduk dan berjalan menuju para murid yang terluka bersama Iliya yang mengikutiku dari samping. Ada beberapa murid yang dapat menggunakan sihir penyembuh, tapi kapasitas mana mereka mungkin tidak akan cukup untuk menyembuhkan semuanya. Kira-kira ada sekitar 40 murid yang terluka. Aku menyembuhkan mereka satu persatu menggunakan teknik regenerasi dengan mana alamku.

"I-Ibane, kau juga bisa sihir penyembuh?"

"Ini bukan sihir penyembuh, tapi hanya kontrol mana sederhana."

"Kontrol mana sederhana?"

Seperti yang kuduga, mereka tidak mengerti.

"Mana itu memiliki kemampuan regenerasi tersendiri. Jika kau mengalirkan mana ke dalam luka, maka perlahan-lahan luka tersebut akan menutup, tapi tidak secepat sihir penyembuh."

"Hm... jadi intinya hanya dengan mengalirkan mana saja, kita dapat menyembuhkan sebuah luka?"

"Kira-kira begitulah."

Restart For New Life In Another World : Vol 3 [END]Where stories live. Discover now