3. Swim

33.6K 5.2K 397
                                    

Seongwoo mengerutkan keningnya melihat kertas yang saat ini ia pegang, "dia membawa uang ku sebanyak ini, dan bodohnya kalian tidak akan tahu jika bukan Woojin yang menaruh curiga?" Seongwoo melempar kertas itu kasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seongwoo mengerutkan keningnya melihat kertas yang saat ini ia pegang, "dia membawa uang ku sebanyak ini, dan bodohnya kalian tidak akan tahu jika bukan Woojin yang menaruh curiga?" Seongwoo melempar kertas itu kasar.

Sedang beberapa pria yang berada dihadapannya dilanda rasa takut, terlihat dari wajah pucat dan keringat yang mengucur. Mereka tak henti berdoa dalam hati agar nyawanya diselamatkan dari malaikat maut di depannya.

"Woojin, apa aku telah merekrut orang orang bodoh?" ujarnya lagi.

"sepertinya, Tuan" lelaki yang juga bermarga Park itu menyahut.

Seongwoo menyeringai, "jawaban yang bagus untuk didengar."

"aku tidak akan mengotori tangan ku dengan darah-darah menjijikan. Aku percaya padamu" timpalnya menepuk bahu Woojin, melangkah meninggalkan ruangan dengan aura mencekam.

Woojin tersenyum senang saat lelaki yang menjadi majikan sekaligus panutannya pergi "Mari bermain. Kalian ingin dengan pisau? Pistol? Emm atau senso? Aku akan dengan senang hati mengabulkannya" senyum nya berangsur menghilang berganti menjadi wajar datar nan sadis

***

Seongwoo menghela nafas panjang meninggalkan gudang rahasianya, menuju mansion untuk beristirahat sebelum hari esok menyambutnya dengan beberapa tumpukan berkas sialan.

Mendesis kecil mengingat manusia sampah yang berani bermain dengan menguras uangnya diam diam. Pria kepercayaannya—Woojin, mulai menaruh curiga saat sedikit demi sedikit uang perusahan mulai hilang tanpa jejak yang lambat laun menghilang mencapai 500 juta.

Walaupun mungkin 500 juta sama sekali tidak membuatnya miskin sekejap, bahkan dengan mudahnya ia bisa mengumpulkan uang itu kembali dalam beberapa jam. Bukan jumlah uang yang membuat nya murka, tapi nyali seorang manusia sampah itu.

Melupakan kekesalan, ia mengambil bingkisan bertulisan Tiffany&Co, mengeluarkan sebuah kotak dari sana dan membuka nya "apa tidak berlebihan jika memberinya perhiasan?" tanya nya

Sungwoon yang berada dijok depan menyahut "dia akan merasa tersanjung dan membuatmu semakin mudah mengambil hatinya"

Menggeleng tak setuju "bukan, bukan itu maksud ku. Kau tau aku tidak memberikan sembarang perhiasan terhadap wanita, aku hanya memberikannya langsung kepada wanita masa depanku"

"kali ini saja, setelah itu kau tidak akan memberikan langsung kecuali kepada wanita masa depan mu"

Seongwoo mengangguk paham mengikuti arahan lelaki yang lebih tua darinya "apa yang dia lakukan?"

Sungwoon paham benar dengan 'Dia' yang dimaksud Seongwoo "dia lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk berenang"

Seongwoo terkekeh "berenang? Apa dia bisa berenang? Dia mungkin hanya akan berdiri dikolam selama satu jam tanpa menyelam"

"kau meremehkannya. Tapi itu benar, dia hanya berdiri sambil menatap air, menggeleng sendiri, menatap air lagi, dan menggeleng setelah itu naik" balas Sungwoon diselingi tawa geli, membayangkan kekonyolan seorang wanita yang sangat ingin berenang tapi tidak bisa.

"menggemaskan" gumam Seongwoo tanpa sadar sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman geli.

"APA?! KAU BILANG APA!?"

"YAK HA SUNGWOON! KAU MAU MATI KARNA MENERIAKI KU?!!!"

***

Seongwoo membuka pintu kamar Arly, menemukan perempuan itu terdiam dibalkon menatap bulan di langit, berjalan memasuki kamar dan tak lupa menutupnya kembali.

Seongwoo berdehem menunjukkan keberadaannya, reflek perempuan itu berbalik menghampirinya dan tersenyum "kau pulang"

Mendudukkan dirinya diranjang "bagaimana hari mu?" yang pria bertanya.

"luar biasa, disini tempat terbaik." wajahnya terlihat gembira "tapi kau sering tidak disini" lanjutnya dengan raut sedih.

"merindukan ku?" tebak Seongwoo.

Seongwoo mengernyit saat tebakan asalnya benar ketika melihat pipi Arly memerah.

Arly juga tidak tau kenapa dirinya sangat memalukan seperti ini, ia benar-benar dilanda rindu saat laki-laki itu tidak ada. Entah sejak kapan perasaan itu datang, tapi ia mulai menyukainya.

"ku dengar kau sering berenang?"

Arly menggeleng "aku tetap tidak bisa meskipun mencoba" pipinya mengembung.

"mencoba dengan memelototi airnya maksud mu?" balas Seongwoo diakhiri kekehan kecil.

Arly mendongak "kau menyebalkan. Jadi ternyata selama ini aku di mata-matai?"

Seongwoo berdehem mengontrol sikapnya "mungkin. Apa perlu ku panggil pelatih renang?"

Arly menggeleng dan menjawab cepat "tidak, tidak perlu. Aku bodoh, jadi mungkin aku hanya akan membuatnya kesal, kau yang bukan pelatih saja sudah kesal"

"kalau begitu aku saja yang melatih mu, bagaimana?" tawarnya.

"kau sibuk, lagipula setiap kau kesini hanya untuk beristirahat, aku tidak mungkin menganggu istirahat mu"

"bukan masalah. Aku bisa meluangkan waktu, tapi mungkin tidak setiap hari. Kau setuju?"

Bohong jika Arly tidak mau, dalam hatinya bahkan bersorak kegirangan mendengar ucapan Seongwoo.

Akhirnya Arly mengangguk semangat, berarti ia akan semakin dekat dengan lelaki yang diam-diam mencuri hatinya.

"Seongwoo" panggil Arly menatap Seongwoo intens

"hm" sahutnya biasa.

"kau tampan"

Seongwoo sudah biasa dipuji seperti itu, bahkan lebih dari itu tapi ia tetap biasa memasang wajah datar dan arogan, mengganggap mereka memang pantas mengucap hal tersebut.

Tapi saat Arly yang mengatakan, hati nya berbunga dan menghangat.
Tanpa sadar diri nya menyungging senyum malu, walaupun sedikit tak terlihat.

MALU??
Seorang Ong Seongwoo yang terkenal dingin tersenyum malu saat seorang wanita memuji nya?
Itu bukan hal yang sering terjadi. Langka, sangat langka.

Dominance ¦ Ong SeongwooWhere stories live. Discover now