9. I Wanna Go Back

25.4K 4.4K 251
                                    

Arly mempercepat langkah kakinya dengan takut, ia berlari di dalam hutan pinus tak jauh dari mansion Seongwoo, seakan seekor singa tengah mengejar dirinya. Kedua kaki wanita itu menciptakan bercak darah sebab menginjak duri dan patahan kayu akibat ia tak memakai alas apapun di kakinya.

Tubuh wanita itu bergetar ketakutan, airmata yang ia tahan sejak tadi akhirnya tumpah, ditambah rasa sesak di dada akibat terus berlari.

"kau tidak bisa kemana-mana jalang!!" sebuah suara mendekat bersamaan dengan melambatnya langkah Arly.

"aku tidak menganggu kalian, kenapa kalian terus mengangguku!" teriak Arly frustasi, membalikkan tubuh agar berhadapan langsung dengan dua wanita yang mengejarnya.

"karna kau menganggu Tuan Seongwoo!" balas Sarah tak kalah keras, wajah maid itu memerah merah.

Arly memejamkan mata pasrah, ia benar-benar tak kuat dengan beban psikis serta fisik yang menimpa dirinya. Wanita berambut coklat gelap itu menghembuskan nafas berat sebelum berucap, "aku tidak akan melawan, lakukan apa yang kalian inginkan."

Ia memilih untuk menyerah. Mungkin dari awal Tuhan memang menciptakakan dirinya untuk menjalani berbagai cobaan, bukan untuk hidup bahagia.

Dilahirkan dari keluarga yang kurang berada, membuat Arly bekerja diusia yang seharusnya ia nikmati untuk bermain bersama teman sebaya, ayah nya seorang pemabuk, hobi bermain judi, dan pemukul kerap membuat ia dan ibu nya sering dipukuli, dan penderitaan bertambah ketika seseorang yang sangat ia percayai-ibunya- melarikan diri meninggalkan ia bersama seorang monster.

Kemudian ayah—bukan, ia adalah momok besar yang sangat menakutkan bagi Arly, menjualnya kepada lelaki berumur kaya raya, Kwon Sihyuk. Namun tak membuat Arly diam menuruti saat dijual, ia melarikan diri begitu lelaki berumur itu ingin menjemput kerumahnya.

Lepas dari mulut harimau, masuk kedalam mulut buaya. Ternyata Tuhan tak membiarkan Arly hidup tenang, pun bahagia.

Dan disinilah ia akan berakhir, ditangan dua orang maid, bukan ayahnya, bukan Sihyuk, bukan pula Sungwoon.

"kau seharusnya melakukan itu sejak tadi tanpa harus membuat aku dan Kay berlari hingga sejauh ini, tapi tak apa, semakin jauh maka semakin membuat Tuan tak bisa menemukan bangkai tubuhmu nanti." sahut Sarah mengeluarkan sebuah pisau tajam, kemudian bibir maid itu membentuk seringai.

Sebelumnya, dua maid itu sudah memukuli serta membuat luka sayatan dibeberapa bagian tubuh Arly. Berawal saat ia meninggalkan Seongwoo, ia hanya ingin mengambil segelas air di dapur untuknya karena rasa haus akibat gugup atas perlakuan Seongwoo, namun semua itu tidak terlaksana karena Sarah dan Kay lebih dulu membekapnya.

"Kay, kau pegang tubuhnya." Sarah menunjuk Arly yang terdiam pasrah, Kay mengangguk mengerti kemudian dengan cepat memegangi kedua tangan Arly.

Maid bermata abu-abu itu mendekati Arly, lalu mendaratkan sebuah tamparan keras disana, "sudah kubilang kalau kau mendekati Tuan, aku akan menghabisimu dan membuat sebuah karya indah diwajahmu. Ingat?"

Arly diam, tak membalas pertanyaan Sarah karena bibirnya terlalu sakit untuk digerakkan sebab tamparan serta pukulan yang dilayangkan maid tersebut.

Arly merasakan sensasi dingin yang ditimbulkan saat pisau tajam Sarah menyentuh pipinya, mata maid itu menyiratkan rasa benci yang teramat.


DUAR!!


Suara tembakan keras terdengar membuat ketiga wanita itu berjengit kaget, namun tidak untuk Sarah setelahnya, ia berteriak kesakitan memegangi betis kaki kanannya yang mengeluarkan darah segar.
Kay melepaskan tangannya di tubuh Arly, dengan sigap membantu Sarah, raut wajah wanita asia itu panik luar biasa.

"urus mereka," suruh Seongwoo—dalang dibalik penembakan kaki Sarah—kepada Sungwoon, yang langsung dilaksanakan lelaki itu.

"apa yang mereka lakukan padamu, hm?" tanya Seongwoo seperti berbisik, raut wajah lelaki itu menyiratkan rasa khawatir sekaligus amarah yang besar. Seongwoo kemudian meraih Arly kedalam sebuah pelukan hangat ketika wanita bersurai coklat gelap itu menangis pelan. "kita pulang."

Arly menggeleng takut, "aku akan pergi, aku akan kembali pada Sihyuk. Aku takut." ujarnya pelan sambil menangis.

Mata Seongwoo menggelap, membuat Arly yang melihatnya bergidik ngeri dalam hati, "aku tidak mengizinkannya, kita akan pulang." ujar lelaki itu pelan tanpa emosi.

"tapi aku takut, kumohon." airmata wanita itu mengalir dengan deras diselingi nafas tersengal, "aku mohon Seongwoo," suara Arly terdengar begitu pilu, dan itu benar-benar menyakitkan untuk Seongwoo.

"tidak ada yang perlu kau takutkan selama bersamaku." balas lelaki itu mencium puncak kepala Arly, memberikan ketenangan pada wanita tersebut.

Tapi kau tidak akan selalu bersamaku. Lanjut Arly dalam hati.

Selama perjalanan menuju mansion keduanya hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai tiba di area mansion, beberapa maid dan pengawal berbaris menunggu Tuan nya keluar, Bibi Ahn yang sigap menghampiri Arly ingin membantu namun wanita menolaknya, ia hanya diam dimobil sambil mengeratkan cengkramannya pada jas Seongwoo.

"apa bibi Ahn melakukannya juga padamu?" tanya Seongwoo sedikit melirik wanita paruh baya itu. Arly menggeleng pelan sebagai jawaban, kemudian ia menatap bibi Ahn seksama.

"kenapa nona tidak mengatakannya" raut sedih bibi Ahn terukir, ia tidak habis pikir selama ini nona-nya tidak bahagia seperti yang ia lihat. "mari nona, mari saya bantu"

Perlahan Arly melepaskan cengkramannya dan beralih menyentuh tangan bibi Ahn yang terulur. Seongwoo bernafas lega.

"katakan pada Sungwoon, kurung mereka di penjara sampai aku datang." ujar Seongwoo kepada seseorang yang mengisi posisi kemudi, "baik, Tuan." balasnya ragu mendengar betapa mengerikannya saat Seongwoo berkata tentang 'penjara'.

Habis sudah para maid yang memilih berurusan dengan Seongwoo. Penjara yang dimaksud lelaki itu bukan sekedar penjara yang biasa orang ketahui, melainkan penjara khusus buatannya sekaligus tempat melakukan eksekusi kepada orang-orang yang mencoba bermain dengan seseorang seperti Ong Seongwoo.

Seongwoo dibuat gemas sekaligus frustasi saat wanita bermanik biru itu terus mencengkram erat ujung bawah kaos yang ia pakai, bahkan saat ia ingin memenuhi panggilan alam, wanita itu enggan melepas kaitannya, membuat Seongwoo harus memberi pengertian dengan nada lembut, baru wanita itu melepas dan berakhir menunggunya di depan pintu kamar kecil.

Setelah selesai, wanita itu kembali melakukan hal yang sama, "shh Arly." desah Seongwoo sedikit kesal karna risih, membuat wanita tersebut dengan cepat melepaskan cengkramannya dan berjalan mundur menjauhi Seongwoo dengan ekspresi takut.

"oh tidak, aku tidak bermaksud. Kemarilah, kau bisa memegangnya sepuas mu." ujar Seongwoo merasa ia menakuti gadis itu, namun Arly hanya diam menunduk, ia tak berani menatap Seongwoo.

Seongwoo melangkah menghampiri, namun Arly menghindarinya, membuat lelaki itu semakin dibuat pusing, "aku ingin pulang." ucap Arly pelan seperti bergumam.

"kau ingin pulang kemana? Rumah mu disini."

"aku akan kembali pada Sihyuk."

Tanpa Arly sadari, rahang Seongwoo mengeras mendengar ucapan yang terlontar dari mulut wanita itu. Matanya berkilat marah seakan muak mendengar permintaan Arly.


***

Ya gengs, kenapa panjang sekaliy chap ini.

Btw mau curcol, aku lagi ngambek sama kakak, eh dia malah beliin ayam. Jadi aku harus makan atau tida ya? Kok gengsi:(
Ini adalah kebimbangan yang berat dalam hidup acu.

Dominance ¦ Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang