Epilog: Dominance

32.1K 4.5K 1.4K
                                    

Pertama-tama, ayo rayakan 1 tahun debut parksecret buat cerita di wattpad!! Tepatnya 22 juni 2017 lalu, parksecret mulai memberanikan diri publish cerita, dan satu tahun ini aku cuma bisa nyelesain 4 cerita. Doain ya semoga 22 juni berikutnya parksecret nyelesain belasan atau puluhan cerita.

Terimakasih atas dukungannya selama 1 tahun sayang-sayangkuuu❤❤❤

Selamat menikmati epilognya!! Huhu
Maaf kalu ada salah salah kata:))

Sambil dengerin Sandglass - The Heal ena kok gaes


***

Apa salah jika bibir berkata tidak namun hati berkata sebaliknya hanya karena sebuah keegoisan? Dulu ia berpikir, semua itu tidak akan menjadi masalah karena ia adalah seorang dominan, dominan yang mampu menguasi segala sesuatu sesuai kemauannya. Tapi sekarang, keegoisan merupakan salah satu kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Dominan?

Alasan kuat ia menjadi seorang dominan ialah kehilangan. Kehilangan juga yang mengenalkannya pada sebuah rasa sakit.

Rasa sakit yang menyadarkan betapa berartinya orang yang pernah ia sia-siakan.

"memang Jaeyoung tidak punya mama?"

Terlalu menyesakkan ketika mendengarnya.

"mama sedang pergi." jawab Seongwoo pengertian, menggerakkan tangan kanannya untuk mengusap pelan rambut putranya.

"tapi kenapa sangat lama? Jaeyoung sudah besar, dan tidak nakal. Tapi kenapa mama tidak segera menemui Jaeyoung? Mama pasti tidak sayang padaku."

Seongwoo berjongkok menyamakan tinggi anaknya yang sudah berusia 5 tahun itu, "papa tidak suka kau berkata seperti itu."

Raut wajah ekspresi Jaeyoung berubah sendu, sudut matanya mengeluarkan airmata, anak kecil itu menangis, "lalu kenapa mama tidak pernah menemuiku?"

"bersabarlah, kau akan segera bertemu dengan ibumu." lelaki yang sudah menjadi ayah itu mengusap airmata anaknya, "papa tidak ingin lagi melihat anak laki-laki menangis."

Jaeyoung mengangguk patuh, "aku tidak akan menangis. Aku juga tidak akan berkata mama tidak menyayangiku lagi."

"mama menyayangimu." Seongwoo menambahi.

Jaeyoung mengangguk setuju, "mama menyayangiku."

"pergilah, paman Sungwoon menunggumu."

Jaeyoung mengecup pipi ayahnya sebelum berlari menuju halaman belakang untuk belajar memanah bersama pamannya.

Seongwoo tersenyum getir, kenapa terasa begitu menyakitkan?

"Tuan? Mobil anda sudah siap." ujar Kenzo memberitahu.

Seongwoo segera tersadar dari lamunannya, "aku akan pergi sendiri, jaga Jaeyoung."

Kenzo mengangguk patuh sebagai balasan.

Dulu, saat wanita itu masih mengisi hari-harinya, ia tidak mengucapkan hal yang sangat ingin ia ucapkan.
Sekarang, saat wanita itu sudah berubah menjadi kebisuan, ia bahkan tetap sulit mengatakannya, karena setiap ia mengucap, rasa penyesalan selalu datang menghantui.

Tidak ada yang lebih menyakitkan ketika kau kehilangan seseorang yang bahkan belum mendengarkan apa yang ingin kau sampaikan.

"aku sudah berhenti berpura-pura, seperti kemauanmu."

"aku sudah berhenti berpura-pura mencintaimu, karena aku tidak memerlukan kepura-puraan untuk mencintaimu."

Seongwoo mengambil napas, lalu memghembuskannya pelan.

Dominance ¦ Ong SeongwooWhere stories live. Discover now