JENUH

2.2K 203 7
                                    

"Kamu dijemput?" Tanya Mbak Lulu, salah satu karyawan yang berada di divisi yang Shania tempati selama magang.

Sejak seminggu yang lalu Shania resmi magang di salah satu perusahaan media.

"Iya, mbak."

"Pacar?"

Shania mengangguk kecil sambil terus membereskan mejanya. Sekarang memang sudah jam pulang. Bahkan beberapa cubicle sudah kosong ditinggal pulang pemiliknya.

"Rajin ya, jemputnya."

"Ya gitu deh, mbak." jawab Shania sambil tersenyum tipis.

"Kalian udah lama pacaran pasti."

Shania lagi-lagi tersenyum, tapi batinnya mulai merasa tidak enak. "Lumayan."

"Belum ada rencana buat ngeresmiin. Pacaran lama-lama gak baik loh, mending langsung diresmiin. Gak takut pacar kamu jenuh? Apalagi kalau pacaran gitu-gitu aja.

Kali ini Shania hanya tersenyum tipis, ia sudah tahu apa yang akan dikatakan mbak Lulu jadi tidak begitu ambil hati.

Drrrrrrtt drrrrrt

Ponsel Mbak Lulu bergetar, secara refleks Shania menghembuskan nafas lega. Wanita meninggalkan meja Shania, dan Shania bersyukur. Ia ingin segera pergi, sebelum Mbak Lulu kembali dan mulai mengoceh lagi.

Namun, ia baru melangkah selangkah, suara Mbak Lulu kembali terdengar.

"Kamu udah selesai beres-beresnya?"

Mau tak mau Shania berbalik, "Udah, mbak."

"Oh, hati-hati di jalan."

"Iya, mbak." Shania sedikit membungkuk, "Duluan ya, mbak." Pamitnya.

***

Bugh!

Shania menutup pintu mobil dengan sedikit kasar, melepas heels yang dipakainya, mengambil ikat rambut dan mencepol rambutnya dengan asal. Tapi mulutnya terus berkomat-kamit.

"Jadi ibu-ibu sok tau banget. Urusan orang diurusin."

Sadar kalau mobil belum bergerak, ia menoleh dengan cepat ke Boby. Lelaki itu tengah menatapnya.

"Kenapa?"

Boby menggeleng, "Gak papa."

"Ish, tapi ngeliatinnya gitu banget." Gerutunya.

Boby tidak membalas, hanya tersenyum tipis. Lebih memilih fokus ke jalanan, karena mobil yang dikendarainya sudah bergabung dengan mobil-mobil lain di jalan.

Tidak betah dengan keheningan dan tidak melakukan apa pun, Shania mengambil ponsel Boby yang ada di dashboard. Matanya membulat saat membaca lagu yang ada di last played mp3.

"Kamu dengerin lagu jenuh?"

"Eh?" Kaget Boby.

"Jenuh,"

"Oh, tadi kebetulan ke play."

"Tapi di dengerin sampe selesai?"

"Iya."

"Kamu mulai jenuh sama aku ya?" Ujar Shania tertunduk.

"Kamu ngomong apaan, sih?"

Shania menghela nafas. "Kata orang, perasaan seseorang bisa diliat dari lagu yang dia dengar."

Dahi Boby berkerut, mencoba memahami ucapan Shania. Setelah mengerti, ia terkekeh.

"Kok ketawa?" Tanya Shania, kedua matanya mulai memerah. Membuat tawa Boby semakin pecah.

"Takut banget aku tinggalin." Tangan Boby terjulur untuk mencubit pipi Shania.

"Emang benerkan?" Shania mencelos, tangan Boby ditepisnya. "Kamu jenuh sama aku, bentar lagi ninggalin aku."

"Enggak."

"Tapi kamu dengerin lagu itu."

"Gak ada yang salah sama aku dengerin lagu itu. Kan kebetulan doang, sayang. Lagian lagu Rio Febrian kan emang bagus." Boby menghentikan mobilnya di sisi jalan. Ia menarik Shania yang mulai sesenggukan ke dalam pelukannya. "Aku gak jenuh sama kamu, gak akan pernah."

"Bener?"

"Iya."

"Awas kalau bohong."

"Hmm," Boby mengeratkan pelukannya, "Kamu kenapa jadi cengeng gini sih?"

"Mungkin PMS." Shania menyapukan hidungnya di baju Boby. Menghasilkan desisan dari Boby.

"Nanti baju aku kamu yang cuci."

"Biasanya emang dicuci di tempatku, kok!"


Tbc

Little PieceWhere stories live. Discover now