Pengemudi

1.5K 168 14
                                    

Seperti hari-hari kerja biasa, Boby akan menyempatkan sarapan bersama dengan istri dan anaknya. Dan seperti biasa disetiap ketiganya sarapan, celetukan-celetukan Arsen akan menemani keluarga kecil itu.

Di usia yang sudah menginjak angka 3, Arsen semakin cerewet.

"Arshen kalau beshar mau jadi pesawat."

Uhuk!

Boby tersedak mendengar ucapan Arsen yang penuh semangat. Dengan cekatan Shania memberikan gelas berisi air putih, walaupun ia terkekeh.

"Pesawat? Kok pesawat?" Tanyanya.

"Iya. Arshen mau tebbang di langit!"

"Terbang, bukan tebbang." Koreksi Shania.

"Iya, tebbang."

"Terbang." Koreksi Shania lagi.

"Terbang!"

"Nah! Pinter."

"Ehehe, Arshen mau te..te..terbang!" Ujar Arsen tertawa senang.

"Kalau kamu mau terbang, mah. Pake sayap, biar kayak burung. Gak usah jadi pesawat. Lagian mana bisa orang jadi pesawat."

"Tapi kata Bunda, manushia indak bisha punya shayap."

"Ya manusia juga tidak bisa jadi pesawat."

"Trush, Arshen jadi apa?"

"Kalau Arsen mau terbang, Arsen jadi pilot. Pilot itu pengemudi pesawat."

Shania menjawab dengan cepat sebelum Boby. Ia tahu Boby akan menjawab dengan ngawur setelah melihat wajah tengilnya. Shania tidak mengerti kenapa Boby sangat suka berdebat dengan Arsen, tentang apa pun. Apa pun.

"Pemudi?"

"Pemudi pasangannya pemuda."

Tuh, kan. Lagi-lagi Boby menjawab asal. Saking gemasnya, Shania mencubit punggung tangan Boby yang ada di atas meja.

"Diem!" Ujarnya sembari melotot. Lalu menatap Arsen dengan senyuman. "Pengemudi, bukan pemudi, sayang."

Arsen menggaruk kepalanya, ia terlihat bingung.

"Pe emudi."

"Pengemudi."

"Pe,-"

"Pengemudi. Babah, bisa dong." Ledek Boby.

Arsen menatap Shania, wajahnya sudah memelas. "Arshen indak bisha bilangnya, Bunda."

"Iya, gak papa. Nanti Arsen belajar gimana bilangnya. Babah bisa karena Babah udah tua."

"Enak aja udah tua. Masih muda, nih!"

"Indak, Babah tua!"

"Enggak."

"Iya!"

Boby tertawa, Arsen sudah terlihat emosi. Ia bangkit dan mencium pipi Arsen.

Cup!

"Iya, iya. Babah udah tua." Ujarnya sambil mengacak rambut Arsen.

Arsen berpaling, tangannya bergerak mengusap pipinya yang tadi dicium Boby.

"Rasain." Shania yang melihat itu hanya diam di tempat dan berujar tanpa suara kepada Boby.

Boby memutar bola matanya, ia memutuskan berdiri dengan lututnya di samping kursi Arsen. "Yah, jangan ngambek, dong."

"Sen." Boby menangkup wajah Arsen yang terus menolak untuk membalas menatapnya. "Babah minta maaf udah buat Arsen kesal."

Arsen menatap Boby dengan mata berkaca-kaca. "Babah jahat."

"Iya. Babah minta maaf, ya."

Boby segera memeluk Arsen setelah putranya itu mengangguk. Dan seperti yang sudah-sudah, tangis Arsen pecah.

Shania yang berperan sebagai penonton tersenyum. Drama pagi itu berakhir dengan happy ending.







Karena ini update, berarti yang sebelah gak dulu minggu ini 😅

Lagi super sibuk, ehek.

Kalau ada typo bilang, ya. Biar cepet-cepet diedit.

Little PieceWhere stories live. Discover now