Insiden Kopi Panas

1.9K 193 35
                                    

"By." Shania menepuk-nepuk pipi Boby.

"Hmm,"

"By.."

"Apa, sayang?" Tanya Boby dengan mata masih menutup.

"Aku gak bisa tidur. Pegel."

Boby bangkit, duduk di samping Shania. Perlahan ia mulai memijit betis Shania. "Aku pijit."

"Tapi kamu pasti ngantuk banget."

"Gak papa."

"Maaf, ya. Aku ngerepotin." Shania mengelus pipi Boby.

"Hmm.." Boby menopang dagunya dengan tangan kiri, sedang tangan kanannya masih tetap memijit.

Shania yang melihat itu iba, ia tahu secapek apa Boby. Suaminya itu baru pulang kantor jam 9 malam, itu pun tidak langsung beristirahat karena ia kembali mengerjakan sesuatu di laptopnya sampai jam 11. Itu pun karena ia yang minta. Ia yakin Boby tidak akan meninggalkan laptopnya jika tadi ia tidak marah-marah.

"Kamu tidur aja lagi, ngelus perut aku aja, sini." Shania menarik Boby agar berbaring di sampingnya, ia mengambil tangan Boby lalu diletakkan di perutnya.

***

Boby berjalan keluar kamar dengan rambut acak-acakkan dan wajah lesu, kentara sekali bahwa dirinya kurang tidur. Ia meletakkan kepalanya di meja makan.

"Mbak Shania rewel lagi, Mas?" Tanya mbak Nana.

"Ya gitu deh. Tolong buatin saya kopi, mbak."

Boby sudah setengah tertidur saat mbak Nana kembali dengan segelas kopi.

"Ini kopinya, mas." Mbak Nana meletakkan gelas kopi di samping kepala Boby.

Boby bergumam sebagai jawaban. Ia mengangkat kepalanya dari meja, meneguk kopi buatan mbak Nana tanpa meniupnya terlebih dahulu. Jelas saja ia menyemburkannya lagi karena kepanasan

"Anj,-" Dia menjulurkan lidahnya, mengipasnya dengan telapak tangan.

"Aduh, maaf, Mas." Karena panik, mbak Nana refleks ikut mengibas-ngibaskan tangannya.

"Panas, mbak!" Keluh Boby.

"Mas nya, sih. Gak hati-hati."

"Ada apa, sih. Masih pagi kok udah berisik aja?" Shania muncul dari dalam kamar dengan wajah yang lebih cerah.

"Ini, mbak. Mas Boby minum kopi panas tanpa ditiup dulu."

Shania tertawa, "Suka ghibahin orang gini, nih. Kenapa azab."

"Gak salah!?" Sahut Boby nyolot, ia memincing menatap Shania.

"Hehe," Shania menarik dagu Boby, "Coba aku liat."

"Hehe," Cibir Boby, tapi menuruti permintaan Shania. Ia kembali menjulurkan lidahnya.

"Ih, gak sopan! Melet-melet ke istri."

Boby melepas tangan Shania di dagunya. "Bodoamat, Shan!"

"Hahaha, kamu lucu kalau ngambek gini." Shania mencubit pipi Boby dengan kedua tangannya.

"Sakit!"

"Maaf, sayang." Sekarang Shania menangkup wajah Boby.

Cup!

"Astagfirulloh, ampun Gusti!" Pekik mbak Nana sebelum kabur ke belakang, meninggalkan Shania dan Boby yang justru tertawa.


Bosen 😪😪





Little PieceWhere stories live. Discover now