Tidak Semudah Itu

2.4K 205 75
                                    

Arsenio Rayyan Chaesar, Boby menempelkan huruf demi huruf agar merangkai kata itu di dinding samping box bayi. Sudah dua hari ini setiap pulang kantor, dirinya mendekor kamar yang akan menjadi kamar bayi nya. Ia sudah menyiapkan rumah sejak Shania hamil, dan resmi menempatinya begitu Shania keluar dari rumah sakit.

"Istirahat, Bob. Udah malem." Tegur Shania.

"Iya, bentar lagi."

20 menit kemudian Boby ikut bergabung di kasur. Ia tampak lebih segar karena baru selesai mandi. Ia mengambil tempat di belakang Shania yang sedang menyusui.

"Wih, anak ayah bangun." Ujarnya, ia menyentuh pipi bayi nya dengan jari telunjuk. "Gimana tadi, bunda mandiinnya
teriak-teriak gak?"

"Sedikit."

"Masa, sih? Bunda kamu payah, ya. Masa jagoan ayah mandiin kamu daripada bunda."

"Bunda cuma takut kalau aku kecengklang, ayah." Ujar Shania dengan suara yang dibuat seperti anak kecil.

"Iya, deh. Iya." Boby menjulurkan kepalanya agar bisa mencium Arsen. "Minum yang banyak, ya. Biar boboknya agak lamaan." Katanya kemudian.

"Gak ngaruh, Bob." Shania menepuk lengan Boby yang masih sedikit menindihnya dan memainkan jemari Arsen. "Jangan digangguin, biar cepet tidur dia nya. Kamu juga berat, ih!"

Boby beralih mencium pipi Shania. "Aku tidur duluan, ya."

"Gak boleh!" Shania sedikit menoleh, menatap Boby dengan tajam. "Awas aja kamu berani tidur sebelum aku tidur."

"Ya terus aku harus ngapain?"

"Temenin aku ngobrol."

"Ngobrolin apa? Syahrini tunangan sama Reno Barack atau Aura Kasih yang nikah sama bule?"

"Kamu kok update berita gosip?"

"Yang nge-follow akun gosip di akun ig aku siapa?"

Shania terkekeh, "Kan biar bisa ngegosip sama kamu, sayang."

Bibir Boby bergerak  mengikuti kalimat yang diucapkan Shania. Dan Shania yang kebetulan yang sudah selesai menyusui mencubit bibirnya, menyebabkan dirinya tertawa.

"Ciumnya pake bibir, dong. Jangan pake tangan." Boby menarik tangan Shania dari bibirnya.

"Idih, najong sekali bapak!" Shania mendorong wajah Boby dengan telapak tangannya.

"Ahahahaha.., aduh, adududuh.."

"Jangan berisik nanti kebangun lagi dia." Shania mencubit pinggang Boby.

"Iya, iya, maaf."

"Sekarang tidur!"

"Siap!"

***

Shania menatap pantulan dirinya di cermin, ia menggosok kantung matanya yang mulai menghitam. Jika biasanya ia akan heboh saat mendapati kantung matanya menghitam, kali ini ia hanya menghela nafas pelan.

"Sabar, Shania. Ini resiko punya bayi. Semangat!" Ujarnya sambil mengepalkan tangan.

"Sehat, Shan?"

Suara Boby membuatnya menoleh, keadaan suaminya itu tidak jauh berbeda dengan dirinya. Kantung matanya menghitam, pertanda kalau ia juga kurang tidur. Bahkan kelihatannya begitu lesuh.

"Ngomong sendiri, udah kayak orang gila kamu." Boby berjalan mendekat.

"Sini." Shania merentangkan tangan, menggapai bahunya kemudian mengelus pipinya dengan lembut. "Kasian suamiku, udah kayak zombie gini."

"Yang bangunin tiap dua jam sekali siapa?" Dengus Boby.

"Arsen." Jawab Shania enteng.

"Oh. Arsen ngajakin aku ngobrol ngaro ngidul gitu, ya?"

Shania terkekeh, ia menepuk-nepuk pipi Boby. "Masa kamu enak-enakan tidur, sedangkan aku begadang. Kita kan buatnya bareng-bareng, jangan mau enaknya doang lah kamu."

"Aku kan sering gantiin popok sama mandiin dia." Boby berdecak, ia menerima sikat gigi yang disodorkan oleh Shania. "Untung sayang aku tuh."

Shania tertawa kecil, ia menarik kepala Boby yang sedang menggosok gigi untuk mencium pipinya. "Makasih sayangnya akuh."

Tok tok tok!

"Tante, om! Gak usah lama-lama di dalem, si adek bangun, tuh!" Teriak Zara dari balik pintu.

"Iya, bentar." Shania mengecup pipi Boby sekali lagi sebelum keluar. "Aku duluan."


Yang penting update dulu, ya 😬
Selamat tahun baru, semoga tahun 2019 semuanya lebih bahagia dari tahun 2018.

Little PieceWhere stories live. Discover now