AiSyarif (1)

3.3K 301 7
                                    

"Selat Gibraltar dan Teluk Alaska, mereka sama. Keduanya adalah gambaran bahwa terdapat dinding takdir memisahkan, yang sebenarnya berdekatan."

Kedua suami-istri itu sedang sibuk menscroll smartphonenya. Sesekali Syarif menatap Aisya yang sibuk dengan kekagumannya.

"Subhanallah. Kuasa Allah sungguh indah." Aisya menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Syarif. "Apakah dua air tersebut benar-benar tidak bisa menyatu?" tanyanya sembari mendongak keatas melihat Syarif.

"Massa jenis dan suhu yang berbeda membuat keduanya butuh waktu lama untuk bisa bersatu dan bercampur sepenuhnya." jelas Syarif mengusap-usap puncak kepala Aisya yang masih terbungkus jilbab. Dan naasnya perempuan itu bersikap manja seolah dengan Ayahnya.

"Marojal-bahroini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhul laa yabghiyaan. Fa bi'ayyi aalaaa'i robbikumaa tukazzibaan. Dia membiarkan dua laut mengalir yang kemudian keduanya bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing..."

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" Aisya menyambung penjelasan Syarif.

"Air dan laut pun memiliki dinding, tidak terkecuali Hamba-Nya seperti kita. Dinding takdir pernah berulang kali memisahkan kita, namun seperti Selat Gibraltar dan Teluk Alaska, kedua air laut bisa menyatu meski membutuhkan waktu yang cukup lama. Begitupun dengan kita." ucap Syarif yang membuat Aisya meleleh.

Mari mengingat ke belakang, bagaimana sikap Syarif yang dinginnya tidak ketulungan waktu SMA, ternyata sejak itu Syarif sudah menyimpan perasaan pada Aisya, namun rasa gengsinya jauh lebih besar dari rasa peduli nya, membuat keduanya harus terpisah cukup lama. Kemudian saat mereka dipertemukan kembali, waktu mereka sudah dewasa dan bisa mengungkapkan perasaan satu sama lain meski dengan kelakuan konyol yang tidak masuk diakal. Hingga mereka kembali dipisahkan, bahkan mungkin jika itu terjadi, Syarif benar-benar tidak akan bisa memiliki Aisya. Namun lagi-lagi, doa nyatanya sebagai penguat dari usaha. Syarif menyerah, tapi doanya terus mengalir disepertiga malam.
Maka, kuasa Allah hadir dengan indahnya.

"Kenapa kamu sekarang banyak ngereceh Kak? Aku meleleh dan nggak kuat mengangkat kepalaku dari dadamu ini." ucap Aisya yang membuat Syarif tertawa kecil.

"Bilang saja dadaku cukup nyaman untukmu." balas Syarif. "Humairaku dengarkan. Jika kita mencintai seseorang dengan bertawakal pada-Nya, maka jalan yang tidak mungkin akan terjadi untuk mempersatukan kita."

"Leleh bang leleh. Butuh pendingin ini." ucap Aisya yang salah tingkah.

"Aku masukin freezer ya?" Syarif melepas tangannya yang sejak tadi melingkar, sedang siap-siap untuk melakukan aksinya.

"Eh jangaaaan." Aisya menahan dirinya untuk tetap tidur di dada suaminya. "Lagian kamu sih receh banget tau nggak."

"Ketularan kamu." jawab Syarif ketus.

"Oh gitu? Kamu kira aku virus yang gitu aja bisa nyebar? Ha?"

"Bukan aku yang bilang loh ya." ucap Syarif yang membuat Aisya geram.

"Uh, awas aja nan-"

"Assalamualaikum, Syarif, Aisya. Assalamualaikum. Assalamualaikum."

Syarif dan Aisya langsung terhenyak, mereka terbangun dari duduknya, begitupun dengan Aisya yang tadinya tidak ingin lepas dari dada Syarif.

"Waalaikumsalam." Aisya pun bergegas keluar dan diikuti oleh Syarif.

"Siapa Bi?" tanya Aisya pada asisten rumah tangganya yang sudah membuka pintu.

"Non Rena, Non." jawabnya, dan dilihat perempuan bernama Adreena itu menangis dengan hebatnya lalu berhambur kepelukan Aisya.

Adreena, dia sepupu Syarif. Beberapa bulan lalu perempuan itu pulang kerumahnya yang ada disamping rumah Syarif dan Aisya, setelah beberapa tahun berada di kota lain bersama suaminya. Adreena beda 6 tahun dari Syarif dan Aisya, namun perempuan itu sudah menikah diusianya yang sekarang masih menginjak 18 tahun.

"Kenapa Na? Ada apa denganmu?" tanya Aisya khawatir.

Sayup-sayup terdengar langkah kaki yang cepat dari arah luar rumah, dan Reena segera berlari kebelakang tubuh Syarif, sedangkan laki-laki yang baru muncul dari dalam rumah itu pun berjengkit lalu refleks menjauh, bagaimanapun juga Reena bukan mahramnya. Aisya yang sadar segera memeluk Reena, dia juga tidak mau perempuan lain seenaknya menyentuh suaminya.

"Rena, ayo pulang!" laki-laki yang ternyata suami dari Reena itu menarik paksa Reena yang ada di pelukan Aisya.

"Maaf Rio, bukannya ingin ikut campur dengan rumah tangga kalian. Tapi bisa kah bersikap lembut pada istrimu? Sebagai seorang suami, harusnya kamu bisa menahan emosi. Apalagi sampai diluar rumah seperti ini..."

"Aisya, cukup." potong Syarif, dia tau Aisya tidak terima dengan perilaku Rio, tapi Syarif jauh lebih tau tentang hubungan mereka sebelumnya. "Reena, ikutlah dengan suamimu." ucap Syarif yang langsung disetujui Reena. Rio pun mengalihkan pandangan kearah Syarif dengan sinis, bukannya berterima kasih tapi bersikap sebaliknya.

"Dasar, orang aneh." gerutu Aisya.

"Hmmm." Syarif memperingati setiap Aisya mulai menggerutu terhadap ulah seseorang.

"Dia nggak bisa gitu dong Kak, kenapa terkadang suami bisa seenaknya sekali dengan istri. Lihat saja, apa yang dilakukannya terhadap Reena." gerutu Aisya lagi.

"Tidak semua suami." ucap Syarif penuh penekanan. Membuat Aisya sadar.

Perempuan itu pun nyengir, "iya, tidak semua suami. Dan kamu adalah suami terbaik di dunia ini." Aisya mmengkedip-kedipkan matanya.

"Jangan ikut campur urusan mereka." ucap Syarif.

"Kenapa? Dia datang kesini Kak. Itu artinya dia benar-benar membutuhkan bantuan." ucap Aisya.

"Ada kalanya seseorang mengatakan kejelekan orang lain hanya untuk menutupi aibnya sendiri." balas Syarif ngelunyur pergi kedalam rumah, dia sangat yakin bahwa Aisya akan berusaha menginterogasinya.

"Maksudmu Kak? Ini aku lagi pura-pura nggak ngerti biar kamu jelasin." ucap Aisya yang mengikuti langkah suaminya. Berasumsi pura-pura tidak mengerti padahal dirinya memang tidak mengerti. Dan itu yang selalu membuat Syarif tertawa.

"Sudah. Ayo kita tidur Humairaku." Syarif berbalik dan menarik tangan Aisya.

---

Halooo. Aku udah nggak sabar mau update, dan akhirnya jeng jeng jeng. Ada pasangan Aisyarif yang bikin kangen. ah pengen update lagi. tapi jemariku sudah lelah, letih. Jadi disambung lagi nanti kalo votenya udah 50+ yaaa.

Regards

Umi Masrifah

Warna di Selat GibraltarWhere stories live. Discover now