Faruq

2.1K 195 24
                                    

"Kak Faruq," Reena menangis, dan untuk berbicara pun tersendat-sendat.

Aisya jadi ingin bilang, kenapa Reena sangat lebay disetiap tingkah lakunya. Ayolah, seumuran dia memang masih labil-labilnya.

"Ada apa dengan Kak Faruq?" Tanya Syarif. Beberapa hari lalu laki-laki itu terbangun ditengah malam, dan dia bercerita pada Aisya bahwa baru saja mimpi tentang Faruq dan Alfa. Entah dalam mimpi itu Faruq meminta Syarif untuk menjaga rumahnya, karena dia akan ada dinas luar kota 1 minggu, namun anehnya Alfa didalam rumah menangis tersedu, tidak memperdulikan Faruq yang akan pamit untuk pergi.

"Kak Faruq kecelakaan, dan sedang kritis di rumah sakit." Jawab Reena, dia berjalan lagi menuju Syarif, ingin memeluk laki-laki itu. "Kak Syariif.."

"Kita kerumah sakit sekarang." Syarif bergegas mengambil kunci mobil didalam rumah, tidak menghiraukan Reena yang ingin memeluknya. "Ayo Humairaku." Syarif menarik lengan Aisya untuk ikut dengannya. Sedangkan suami Reena baru datang menghampiri istrinya itu.

"Gimana?" Tanya Rio.

"Sudah kuberitau, tapi mereka tidak menghiraukan aku." Jawabnya sembari menangis tersedu dan memeluk suaminya.

"Kurang ajar, nggak tau terimakasih. Yaudah ayo."

***

Syarif dan Aisya kini berada dirumah sakit. Mereka berdua masih tidak percaya dengan apa yang diberi tahu Reena, tapi kenyataannya memang benar. Di ruang "Cempaka 19" tempat Faruq dirawat, ada ibu dari Syarif, dan Marzia, saudara kandung Faruq. Sedangkan kedua orang tua mereka, sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dan satu lagi, yaitu Alfa dan Rubi yang ada digendongan perempuan itu. Alfa lah yang tangisnya menjadi-jadi, matanya tidak lepas dari ruang ICU.

"Ya Allah, Alfa..." Aisya segera berlari. Dia menghampiri keluarga besar Syarif.

"Aisya, tolong gendong Rubi." Marzia, meminta tolong untuk Aisya menggendong Rubi yang tadinya dipelukan Alfa. Gadis kecil itu menangis melihat ibunya yang menangis.

"Cup cup Nak, Mama gak papa kok. Kita main didepan ya." Aisya membawa Rubi menjauh dari mereka yang sedang bersedih, memang tanpa bisa dipungkiri kesedihan ibunya pasti akan dirasakan juga oleh anaknya.

"Kamu tenangkan Rubi, Humairaku." Sedang Syarif menghampiri para saudaranya, dan menelpon seseorang, entah siapa itu.

***

Aisya kini sudah bisa menenangkan Rubi, matanya tidak henti mengeluarkan airmata setiap menatap gadis kecil itu. Kenapa dia merasa sedih melihat Rubi, perasaannya tidak enak sejak Reena memberi tahu keadaan Faruq.

"Terimakasih, Sya." Ucap seseorang dibalik tubuhnya.

"Eh," Aisya kaget dan langsung berbalik melihatnya, dan Marzia melangkah untuk mensejajarinya. "Marzi."

Perempuan itu tersenyum, meski matanya sudah membengkak karena banyak menangis. "Terimakasih sudah menjaga Rubi."

Aisya menjawabnya dengan senyuman. "Bagaimana keadaan Kak Faruq?"

Marzi sedikit menunduk, "Dia sudah sadar dari kritisnya."

"Alhamdulillah. Memangnya apa yang terjadi?" Tanya Aisya sekarang, karena melihat Marzia yang sudah bisa diajaknya bicara.

"Kak Faruq berangkat dinas luar kota untuk 1 minggu," ucap Marzia yang mengingatkan Aisya ditengah malam ketika Syarif terbangun dari tidurnya karena bermimpi aneh mengenai Faruq. Ceritanya hampir sama dengan yang dikatakan oleh Marzia tadi. "Tapi mobil yang dikendarainya tiba-tiba ditabrak dari belakang oleh truk, polisi sudah menyelidikinya dan supir truk itu ternyata mengantuk." Jelas perempuan itu dengan gamblang.

Warna di Selat GibraltarWhere stories live. Discover now