Pergi ke Rumah Alfa

863 107 11
                                    

"Aku berangkat dulu ya, inget, jangan masak apapun, tunggu aku pulang." Ucap Syarif dia mengkhawatirkan Aisya beraksi lagi di dapur. Dan bukannya menghasilkan makanan lezat, malah dapur yang gosong.

"Iya iya sayaaang. Love you, mumumuuu." Ucapnya sembari mengecup pipi Syarif meski harus menjinjit.

Halal mah bebas.

Syarif tersenyum, "Kadar absurdmu masih ya." Laki-laki itu membalas kecupan Aisya di pipi perempuan itu.

Aisya mengelus pipi Syarif, "Kayaknya ini," dia menekan telunjuknya pelan di pipi Syarif, "Akan menjadi santapanku setiap hari."

Bukannya bergidik ngeri melihat Aisya yang seperti itu, Syarif malah mendaratkan kecupan dibibir perempuan itu. "Dan ini yang akan menjadi santapanku setiap hari." Ucapnya sembari tertawa puas melihat Aisya yang tertegun kaget.

Aisya lalu mengkibas-kibaskan tangannya kearah Syarif, "Ya Allah suamiku kenapaaaaa. Dia menjijikkan sama halnya akuu. Tolong Ya Allah. Kak, aku mau nanti kita ke rumahnya Abah, aku mau ruqyah kamu." Aisya heboh karena mendapat balasan yang mengejutkan dari Syarif. Niatnya menggoda Syarif, kenapa malah dia yang digoda.

"Gak perlu. Mencium istri sebelum keluar rumah itu malah dianjurkan kok. Kenapa harus di ruqyah?" Ucap Syarif.

"Iya bener sih. Tapi... akh yasudah deh." Aisya kalah berdebat dengan suaminya kali ini. Mungkin tidak kali ini, tapi setiap kali.

"Yaudah, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum. "

"Waalaikumsalam." Aisya mencium tangan Syarif. Kemudian laki-laki itu mencium kening Aisya seperti biasanya.

Setelah itu Syarif berjalan gontai keluar rumah, sedangkan Aisya menatapnya dengan nanar. Dia sangat mencintai Syarif, sangat, cintanya tidak pernah berkurang bahkan semakin bertambah.

Tapi terkadang cinta itu harus dibagi, agar seseorang juga bisa merasakan betapa tulus cinta itu.

Aisya hendak kedalam kamar untuk mengambil tas dan bergegas pergi ke sebuah rumah yang akan menjadi tujuannya. Namun pintu depan terdengar diketuk dari luar. Rumah sebesar itu memang tidak ada asisten rumah tangga, karena asisten rumah tangga yang sebelumnya sedang pulang kampung dan sementara tidak bisa bekerja.

Aisya berbalik lagi untuk membuka pintu.

"Assalamualaikum." Suara itu sangat lembut didengar begitupun pemilik suaranya yang enak dilihat.

"Waalaikumsalam, Dokter Warna ada apa Dok?" Tanya Aisya kaget dengan kedatangan Warna.

Aisya merasa Warna sudah seperti sahabatnya sendiri. Bersikap sangat baik dan peduli padanya ketika sakit bahkan sampai dirumah.

"Hanya mau ngecek keadaanmu, dan mau main juga, mumpung lagi libur." Ucap Warna.

"Oh iya boleh-boleh, kebetulan aku mau ke rumah seseorang. Mau ikut?"

"Mau. Dengan senang hati." Jawab Warna.

"Oke deh. Kita masuk yuk, aku ganti baju dulu."

"Iyaa."

***

Mereka sudah sampai di depan rumah seseorang yang sejak kemarin ingin dikunjungi oleh Aisya.

"Assalamualaikum." Ucap salam Aisya dan Warna.

"Waalaikumsalam." Suara itu muncul dari dalam rumah, dan seorang perempuan bersama bayi kecil yang menggemaskan muncul dari dalam rumah. "Eh Aisya, udah sembuh kamu? Kok main kesini gak bilang-bilang?" Tanya Alfa melihat Aisya ada didepan rumahnya.

Warna di Selat GibraltarOnde histórias criam vida. Descubra agora