chapter 5

2.5K 102 0
                                    

"Apa semua ini wajib dilakukan?" tanya Martin saat duduk di kursi dan meja layaknya murid sekolah. Sementara Alicia mengatur tempat papan tulis.

"Aku yakin kau pernah sekolah." jawab Alicia sambil menulis sesuatu.

"Tapi aku tidak mau lagi." jawab Martin sambil menendang meja itu.

"Kalau begitu aku tidak mau mengajarimu." ucap Alicia. Martin menghela nafas kasar, baru pertama kali ia harus menuruti perkataan seorang gadis biasa tanpa bisa berkutik sedikitpun

"Kalau begitu, tidak disini. Ayo!" ajak Martin. Alicia mengikuti Martin menuju halaman Mansion yang terdapat air mancur.

"Disini." ucap Martin sambil menatap kearah taman yang terdiri dari pepohonan dan bunga yang indah. Ada banyak kelinci berlompatan di taman luas itu.

"Kau membuat taman seindah ini?" tanya Alicia.

"Kau menyukainya?" tanya Martin balik, Alicia mengangguk.

"Aku suka taman ini." jawab Alicia. Tiba-tiba ada dua mobil truk datang memasuki halaman luas itu.

"Apa mereka membawa bibit tanaman hias di taman ini?" tanya Alicia. Martin mendekati salah satu sopir itu.

"Sesuai dengan perintahmu, apa harus dikeluarkan sekarang?" tanya salah satu supir itu. Ada tiga orang di setiap truk nya.

"Baik. Bawa ke ruang utama." jawab Martin.

"Ru--ruang utama." gumam Alicia.

"Keluarkan semuanya!"

Alicia tak bisa menutup mulutnya saat melihat enam supir itu mengeluarkan berbagai belanjaan wanita. Seperti tas, baju kaos, kemeja jaman sekarang, jeans maupun dress.

Salah satu supir bus membuka truk satunya dan mengeluarkan perhiasan dan sepatu heels.

Martin dan Alicia menyusul supir itu ke ruang utama.

"Semuanya selesai, Tuan. Dan totalnya.. $3.000.000" ucap salah satu supir.

"Hah? $3.000.000?" kaget Alicia.

"Ya, kami mencari perhiasan dan pakaian dari berbagai merk. Dan Tuan Fernando sudah berjanji akan membayar berapapun harganya." jawab supir itu. Martin mengeluarkan cek dari dalam kantung celananya dan menulis totalnya disana. Jika itu Alicia maka menulis satu angka saja jarinya sudah kaku, tapi Martin menulisnya dengan lancar.

"Terima kasih, Tuan." keenam supir itu kemudian pergi. Alicia menatap tumpukkan pakaian itu. Pasti satu baju kaosnya saja sudah selangit.

"Ini semua, bayaranmu sebagai guruku." ucap Martin. Alicia menghela nafas kasar.

"Dengar, Tuan Fernando. Aku tidak butuh semua ini, apa aku bisa memakai semuanya sekaligus?" tanya Alicia. "Kau membuang-buang uang yang berharga hanya untuk setumpuk pakaian."

"Semua ini, hanya 0,05% dari saham perusahaanku. Bisa dibilang, penghasilanku selama beberapa jam." jawab Martin.

"Kita lanjutkan pelajarannya." ucap Alicia. Dia memasuki taman yang indah itu.

"Kenapa kelinci ini tidak bisa melompat melewati taman?" tanya Alicia.

"Itu karena aku memagar taman, agar para kelinci ini tidak lari kemanapun." jawab Martin. Alicia segera berlari kearah seekor kelinci yang mati karena terjebak di kaitan rerumputan taman. Tanpa sadar air mata Alicia jatuh.

"Itu karena kau memagar taman ini, Martin. Ada suatu hal yang mengharuskannya keluar, sampai akhirnya hidupnya berakhir disini." ujar Alicia. Martin menggunakan rerumputan yang saling berkaitan untuk memagari tamannya. Alicia mengeluarkan kelinci itu

The Mate For The Throne HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang