chapter 13

2.1K 81 1
                                    

"Saat aku perkirakan, biaya semua alat bangunnya itu berkisar $10.000.000 termasuk dengan biaya ubin, cat dan barang-barang terbaik di dalamnya. Apakah tuan setuju?" tanya Siana

"Setuju. Berapa tinggi lantainya?" tanya Martin.

"15 lantai. Jika kau mau, maka aku adalah orang yang bekerja untukmu sekarang." jawab Siana.

"Baik." Martin dan Siana berjabat tangan. Aku seperti obat nyamuk disini. Akupun memukul meja dengan garpu dan sendok di tanganku.

"Aku mau ke toilet dulu." pamitku dan berjalan melewati Martin. Namun tanganku ditarik oleh Martin.

"Kau perlu mengurusi biayanya, bukan?" tanya Martin.

"Ya, tapi aku mau ke toilet dulu. Lagipula ini percakapan pribadi Direktur dengan client-nya bukan," jawabku. "Lepaskan aku, Martin!"

Entah kenapa perlakuan Martin ini membuat jantungku berdegup kencang. Tidak, Alice! Kau harus berbuat sesuatu!

"Baik, aku akan mengurus biaya perusahaan nanti, aku akan mengurus apa cukupkah atau tidak, tapi sekarang aku harus ke toilet." ucapku.

"Kau tidak akan kemanapun, kau duduk disini bukan sebagai pegawaiku." ucap Martin, aku mengerutkan keningku. "Tapi sebagai istri direktur perusahaan, Alice."

Aku menoleh kearah Siana yang menunduk. Entah kenapa aku merasa senang Siana mengetahui itu. Tapi kenapa? Apa yang bisa dibanggakan dari seorang Martin Fernando?

"Baiklah." aku berencana untuk duduk di tempatku semula, namun Siana berdiri dan duduk di kursiku semula. Akhirnya akupun duduk disamping Martin.

"Jadi, tuan. Kalau sudah setuju, maka kapan resort 15 lantai akan dibangun?" tanya Siana.

"Secepatnya." jawab Martin.

"Desain-ku ketinggalan di rumah. Tapi tuan bisa melihat di post-an terbaruku, di instagram. Ini namaku." ucap Siana. Apa? Mereka mau berteman di instagram?

"Aku tidak punya akun sosial media seperti itu, Siana." ucap Martin. Syukurlah, sekarang apa, Siana?

"Lalu.. Bagaimana caraku menunjukkan design itu padamu?" tanya Siana.

"Kirim saja gambarnya ke hotel sebentar." jawab Martin.

"Baik, tuan. Aku akan pergi." pamit Siana.

Selesai makan, aku dan Martin kembali ke hotel. Saat pulang, aku memutuskan untuk menonton TV sedangkan Martin berkutat dengan laptop nya.

Ternyata aku sibuk dengan TV sampai malam.

Pepatah mengatakan, bisa karena biasa. Apa aku mencintainya karena terbiasa dengannya? Belum juga sebulan aku bersamanya. Tapi entahlah, apa yang akan Allah lakukan. Jika dia jodohku, maka aku harus bisa membuatnya mengucapkan dua kalinat syahadat dahulu. Tapi itu mustahil.

Martin Fernando adalah orang yang serakah akan kekuasaan, dia sudah pasti ingin menguasai Fernando Group kemudian menjadi penguasa di kerajaan bisnisnya. Seharusnya dia menikahi Stacy, kemudian kerja samanya dengan tuan Leonard sangat menguntungkan. Tapi kenapa? Kenapa dia menikahiku yang statusnya adalah warga biasa? Aku bahkan baru bekerja setelah dia mempekerjakan aku. Aku merasa.. Seperti tidak pantas untuknya.

'Ting tong'

Aku berjalan dan membuka pintu.

"Permisi mbak, ada paket buat tuan Martin Fernando."

"Iya. Tanda tangan dimana?" tanyaku. Akupun menandatanganinya kemudian pergi ke meja kerja Martin.

"Ini paket dari Siana." ucapku.

The Mate For The Throne HeirWhere stories live. Discover now