chapter 24

1.8K 71 0
                                    

Bel pintu berbunyi, dengan langkah yang berat Alicia membukakan pintu.

Saat itu Alicia tak percaya dengan yang dilihatnya, ia membulatkan matanya melihat kedatangan Angel dan juga Irene bersamaan. Air matanya mulai jatuh, ia langsung memeluk kakaknya yang sudah ia rindukan.

Alicia melepaskan pelukannya. "Apa hanya kalian berdua yang datang?"

"Oh kau jangan khawatir Alicia. Tuan Bell mengatakan bahwa aku sudah bisa mencabut tuntutannya. Irene sudah sepenuhnya bebas sekarang." jawab Angel. Alicia menghela nafas lega.

"Tapi kau belum menepati janjimu, Alicia. Bukankah kau harus memberitahuku hasilnya?" tanya Angel. Alicia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mari kita masuk dulu!" ajak Alicia. Mereka bertiga duduk di sofa. "Maafkan aku, Angel. Aku akan segera kembali ke negaraku."

"Apa? Apa kau serius?" tanya Angel.

"Huft. Tak ada jalan lagi, mereka mau melepaskan Irene kalau aku kembali. Jika tidak, maka Irene akan di penjara." jawab Alicia.

"Tapi kau tidak bisa membuat keputusan sendiri. Mungkin kami semua bisa membantumu." ucap Angel. Alicia menggeleng

"Dari awal posisiku memang seharusnya di Indonesia. Aku disini hanya karena Irene, dan.. Kami memang harus pulang." jawab Alicia.

"Aku takkan melepaskanmu, Alice." ucap Martin. Alicia hanya menatap kosong kearah lantai, ia memang sudah menduganya.

"Tapi aku sudah berjanji pada Irina." jawab Alicia.

"Aku tidak peduli, bahkan pada polisi sekalipun. Karena sampai kapanpun aku takkan melepaskanmu dengan mudah." ucap Martin. Alicia menghela nafas kasar. "Kenapa kau terlalu memusingkan orang lain, tanpa memperhatikan dirimu sendiri?"

"Martin, Irene bukan lagi orang lain. Terkadang kita memang tidak harus mementingkan diri sendiri." jawab Alicia.

"Aku takkan mengizinkanmu kembali, sampai kapanpun itu." Martin berlalu keluar dari rumah dan melajukan mobilnya. Alicia menjatuhkan air matanya dan menunduk

"Aku juga tidak ingin pergi." gumam Alicia dengan suara kecil.

"Maafkan aku, Alice. Seharusnya aku saja yang di penjara, aku jadi tidak enak padamu." ucap Irene. Alicia menggeleng

"Aku baik-baik saja. Emm.. Aku juga sangat merindukan Ibu, mungkin aku harus kembali bukan?" tanya Alicia

"Kau tidak bisa membohongi diri sendiri." ucap Angel. "Irene, mari biar kutunjukkan kamarmu!"

"Biar aku saja!" ucap Alicia. Ia menuntun Irene ke kamar yang berada di lantai 3.

"Sini kak." ucap Alicia. Irene memperhatikan kondisi kamarnya.

"Kamarnya bagus banget ya. Udah gitu kalo jadi orang kaya, nggak perlu usaha lagi, skolah tinggi-tinggi belajar kuat supaya dapat beasiswa. Dari lahir aja tinggal di rumah kayak gini." ucap Irene. Alicia mengangguk, Irene teringat sesuatu

"Kemarin Bobby telpon kakak, katanya Bapak sakit. Udah nggak kerja lagi, penghasilan mereka makin sedikit. Kita emang harus pulang." ucap Irene.

"Huft, yaudah deh kak. Tapi masalahnya, Martin masih nggak ngijinin. Irina dan Stacy bisa ngelakuin apa aja kak." jawab Alicia.

"Kamu tenang aja ya. Kata Bobby sih.. Dia mau dateng kemari nanti. Dia berangkat hari ini, mungkin Bobby bisa jelasin sama Martin." ucap Irene. Alicia mengangguk, ia memang tak ingin pisah dari Martin. Namun ia tak bisa mengkhianati kesepakatannya dengan Irina juga Stacy.

"Kak, kakak bisa cariin surat cerai nggak?" tanya Alicia.

"Kamu mau cerai juga dari Martin?" tanya Irene balik, Alicia mengangguk.

The Mate For The Throne HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang