2b

27.4K 2.4K 59
                                    

Fiera masuk ke kamar Rachles, berniat untuk melihat apa Russel sudah bangun atau belum. Namun dirinya dibuat heran karena dua orang yang semalam tidur saling mendekap itu tidak ada di ranjang.

Hanya berselang beberapa detik sejak Fiera masuk kamar, Rachles keluar dari kamar mandi—yang berada di dalam kamar—sambil menggendong Russel. Keduanya hanya menggunakan handuk yang melilit pinggang dengan rambut dan badan tampak basah.

"Mama!" seperti biasa saat melihat Fiera, Russel berseru senang. "Tadi Russel dan Papa mandi berendam bersama. Papa bisa membuat balon yang sangat besar dari busa." Bocah itu bercerita dengan riang.

"Wah, kedengarannya menyenangkan." Fiera tersenyum menanggapi celoteh putranya, kemudian beralih pada Rachles yang kini menurunkan Russel di ranjang. "Kau bisa memandikan anak kecil?"

Rachles mengernyit mendengar nada ragu Fiera. "Ayolah! Mandi orang dewasa atau anak kecil, apa bedanya? Intinya membersihkan seluruh tubuh, kan? Jangan terlalu meremehkanku hanya karena aku belum pernah punya anak."

"Aku tidak bermaksud meremehkanmu. Hanya saja, biasanya anak kecil sangat sulit dimandikan."

"Mungkin anak yang lain. Tapi Russel sangat manis dan penurut." Rachles tersenyum sambil mengacak-acak rambut Russel. "Mana pakaiannya?"

Fiera tampak tidak setuju saat Rachles mengatakan Russel penurut. Bocah itu suka mengamuk. Tapi setelah diingat lagi, dia memang tampak sangat penurut jika bersama Rachles.

Namun Fiera hanya memikirkan hal itu dalam hati. Dengan cekatan, ia mengeluarkan baju dan celana pendek bergambar kartun dari tas besarnya serta bedak dan minyak telon.

Rachles duduk di tepi ranjang memperhatikan Fiera menuang minyak telon ke telapak tangannya, meratakannya, lalu diusapkan ke dada dan perut Russel. "Ini untuk apa?" Rachles meniru yang dilakukan Fiera, lalu mengusapkan telapak tangannya di punggung Russel.

"Agar hangat."

Rachles mengangguk-angguk mengerti kemudian menuangkan lagi minyak telon ke tangannya lalu kembali di usapkan di punggung Russel. Sesekali keduanya bergantian menyahuti celoteh si bocah.

"Astaga, Rachles. Kau memandikan punggung Russel dengan minyak telon." Fiera geleng-geleng kepala melihat punggung Russel yang berkilauan dan tampak basah. Padahal tadi Fiera sudah memastikan seluruh tubuh Russel kering sebelum mengoleskan minyak telon.

Rachles memperhatikan punggung Russel selama beberapa saat, lalu menyeringai. "Terlalu banyak, ya?"

"Sudahlah. Kau berpakaian saja." Kini Fiera beralih pada bedak.

"Aku hanya ingin membantu." Rachles mendekatkan wajah ke leher Russel yang kini beraroma bedak dan minyak telon. "Hmm, bau bayi. Rasanya Papa ingin menggigitmu."

Russel terkikik geli karena Rachles mengusapkan hidung dan bibirnya di sisi leher bocah itu. Begitu ia menjauhkan wajah, giliran Fiera yang tertawa keras.

"Russel, lihat! Wajah Papa seperti badut." Fiera berkata di sela tawa sambil menunjuk hidung hingga bibir Rachles yang terkena bedak di leher Russel.

Russel juga tertawa keras setelah melihat apa yang ditunjuk ibunya.

Sejenak, Rachles seperti dihipnotis. Melihat kedua orang di hadapannya tertawa lebar sambil menyebut dirinya 'Papa', membuat kebahagiaan aneh yang melingkupi hatinya sejak pertama mendengar Russel memanggilnya demikian, terasa semakin kuat.

Saat ini, rasanya dia sanggup membunuh saudaranya sendiri hanya agar bisa terus berada di posisi ini.

Rachles menundukkan wajah untuk menghentikan khayalannya yang melambung tinggi.

His Smile (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang