14b

25.6K 2.4K 157
                                    

Tidak ada hal buruk yang terjadi dengan Pak Wiryo selain lebam dan luka kecil akibat terjatuh. Setelah diobati di klinik yang tidak jauh dari rumah, sepasang suami istri itu bersikeras pulang jalan kaki karena orang-orang yang mengantarnya hendak menginap di tempat lain.

Dari klinik, mobil yang ditumpangi enam orang itu melaju menembus gelapnya malam. Di bagian depan tampak lelaki bermata hitam pekat sedang mengemudi dengan Rachles duduk di kursi sebelahnya. Di bagian tengah ada Razita dan istri si pemilik mata hitam pekat sementara Fiera memilih duduk paling belakang agar Russel bisa tidur dengan nyaman.

"Jadi, kau penulis?" tanya Fiera dengan suara rendah karena Russel baru memejamkan mata.

Wanita cantik yang ditanya mengangguk. Dia duduk agak miring agar bisa melihat Fiera.

Razita yang sedari tadi juga duduk agak menyamping agar bisa memperhatikan kakak iparnya bercerita dengan semangat. "Karya-karya Sintha luar biasa. Dan sebagian besar karyanya yang difilmkan tokoh utama wanitanya adalah aku."

Fiera tampak kagum. "Itu hebat sekali. Jadi kalian sedang mengurus masalah pekerjaan di sini?"

"Tidak." Sintha menyahut. "Aku dan suamiku sedang mengajak anak-anak pergi berlibur. Tempat ini memang atas rekomendasi Razita. Tapi pertemuan kami hanya kebetulan."

"Kau punya berapa anak?" tanya Fiera.

"Dua. Yang sulung namanya Alvin. Dia sudah kelas lima SD sekarang. Si adik namanya Angel. Baru kelas satu SD. Kebetulan sekarang libur sekolah. Jadi kami mengajak mereka berlibur."

"Lalu sekarang di mana mereka? Kalian meninggalkan mereka berdua?"

Suami Sintha yang tak lain adalah Xavierous Abraham menyahut. "Kami tidak hanya datang berempat. Ada adikku serta suami dan putranya juga."

"Oh," Fiera mengangguk paham tapi kemudian dia terdiam karena tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Untuk sementara Kakak akan menginap di area penginapan mereka." Razita yang berkata.

Lagi-lagi Fiera hanya mengangguk. Entah mengapa dia malah teringat kata-kata Raynand.

Ah, bukan hanya menggoda. Terang-terangan kau mencium istriku di depanku. Pasti kau juga sudah menidurinya di belakangku, kan?

"Rara, aku minta maaf karena telah menjadi wanita jalang hingga membuat kedua kakakmu bertengkar hebat seperti ini." Air mata Fiera kembali mengalir. Dia mendekap erat Russel di dadanya.

Rachles yang sedari tadi tidak bersuara, menoleh ke belakang. "Kau bicara apa, Fiera?"

"Aku masih istri Raynand yang sah tapi aku membiarkanmu—"

"Memangnya kau telanjang dan mengangkang di depanku, ya?" Rachles mengutuki dirinya sendiri setelah kalimat kasar itu keluar dari bibirnya. Dia hanya kesal karena Fiera termakan omongan si bajingan Raynand. "Kau sudah tidak dianggap istri oleh Raynand, lalu aku datang berusaha meluluhkan hatimu. Dan selama ini selalu aku yang merayu dan menciummu. Kalau orang sepertimu—orang yang dengan setia menjaga diri hanya untuk suami selama bertahun-tahun meski tahu betul bahwa suaminya sedang bersenggama dengan wanita lain—disebut jalang atau pelacur, lalu sebutan apa yang pantas untuk wanita selingkuhan Raynand itu? Binatang? Bahkan binatang masih lebih terhormat daripada dia."

"Rachles, jangan bicara seperti itu. Wanita itu juga tidak menginginkan takdir seperti ini."

"Kau—"

Rachles hendak memaki Fiera karena masih saja membela wanita itu. Tapi ucapannya terhenti karena Xavier menepuk bahunya lalu menggeleng pelan.

"Kak," akhirnya Razita yang berkata lembut. "Ada yang namanya takdir dan ada yang namanya pilihan. Jika wanita itu tidak tahu bahwa Kak Raynand sudah berkeluarga lalu dia menjalin hubungan dengan Kak Raynand, itu bisa dibilang takdir. Tapi jika dia tahu dan tetap menjalin hubungan terlarang, itu namanya pilihan."

His Smile (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang