Chapter 1

3.1K 253 20
                                    

"Cinta itu buta. Seperti mantra, begitu kau tersihir olehnya, maka tidak ada jalan untuk kembali."

Kongpop berdiri tanpa suara di depan zebra cross, menunggu hingga semua orang menyebrang jalan dengan terburu-buru, setelah beberapa saat akhirnya ia bergerak dan melangkah maju dengan hati-hati, mengikuti jalan setapak di depannya. Dia bisa mendengar dengan jelas suara jalanan pagi yang sibuk, kendaraan yang berlalu lalang, suara klakson yang berisik, suara orang mengobrol, dan langkah kaki. Ia juga bisa mencium bau polusi yang tercipta dari kendaraan, body parfum, aroma kopi, asap, dan aroma udara di pagi hari, dia menghirup semua itu dalam dalam kebisuan.

Tiba-tiba seseorang menabrak bahunya dengan keras, kakinya terhuyung seketika, sedetik kemudian iapun menjatuhkan semua benda di tangannya.

"Kau buta?!" seseorang meneriakinya

Kongpop berusaha meraih semua yang ia bisa di depannya, namun ia hanya dapat menyentuh udara yang hampa. "Maaf...maaf..." ujarnya panic.

Pria itu mengabaikannya dan berjalan melewatinya dengan tergesa-gesa sampai ke tempat yang aman di seberang jalan, ia menoleh sesaat dan melihat pria malang yang ditabraknya beberapa saat yang lalu sedang mencoba berjongkok untuk memungut barang-banrangnya di lantai dan ada tongkat orang buta di antaranya.

"Dia memang buta?!" pria itu berseru kaget dan menengadahkan kepalanya untuk melihat tanda lampu lalu lintas yang menjadi merah untuk pejalan kaki, ia juga melihat mobil mulai melaju ke arah pria itu.

Dia yakin orang buta tersebut akan mati dalam hitungan detik, jadi ia segera berlari ke depan untuk menggapai pria tersebut, berjuang untuk menyelamatkannya dari dewa kematian.

Kongpop bisa mendengar bunyi klakson dari arah sisinya yang memberinya peringatan untuk segera minggir, dia membeku seketika dan bingung ke arah mana ia harus melangkah, dia tidak bisa melihat cahaya atau tanda di depannya. Jadi, menyerahkan semuanya pada instingnya dan melangkah maju dengan cepat.

Suara klakson semakin kencang saat mulai mendekat, dia ketakutan dan berpikir bahwa hidupnya akan berakhir dalam hitungan detik, tapi tiba-tiba sebuah tangan meraihnya dan menariknya dengan kuat, memeluknya dan terjatuh berguling dengan keras di aspal, bersamaan dengan terdengarnya suara rem yang melengking di udara.

Setelah beberapa menit, dia mulai mendengar suara orang banyak yang berteriak dengan panik, juga beberapa bagian tubuhnya terasa sakit saat kesadarannya kembali.

"Apa kau baik baik saja?" tanya seorang pria asing yang berusaha untuk membantunya bangun, Kongpop tidak menjawab, dia mencoba mempelajari situasi di sekelilingnya.

"Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau matamu..." pria itu menyesal. "Oh my God, kau terluka!"

Kongpop meraih lututnya dan menyentuh kain celananya yang robek dan melompat kaget sedikit oleh rasa sakit yang berasal dari lukanya.

"Kau bisa berdiri?" Pria itu bertanya lagi lalu memegang tangannya untuk membantunya. "Aku akan membawamu ke tempat yang aman dulu, ayo!"

Pria itu membawakan barang-barang miliknya yang diserahkan oleh orang-orang di sekitar mereka, lalu mencoba untuk membantu Kongpop berjalan. Kongpop memegang erat tangan pria itu, berusaha menahan rasa sakit dari lututnya dan mengikuti langkahnya, seiring dengan suara keramaian yang mulai memudar.

Pria itu membawanya ke bangku dekat taman, lalu dia berjongkok untuk memeriksa lukanya, ia menggulung celana Kongpop ke atas dan dengan hati-hati dan dengan lembut meniup lukanya.

"Sakit tidak?" tanya pria itu.

"Sedikit, tapi tidak apa-apa..."

"Aku minta maaf karena telah menabrakmu dan memakimu..."

Indonesia - Love is Like Reading a Book (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt