Chapter 7

1.1K 174 10
                                    

Kong menulis bukunya di perpustakaan, tapi dia tidak bisa berkonsentrasi, karena dia khawatir dengan Arthit dan dia sangat ingin mengunjungi rumah sakit, tapi dia telah berjanji pada Jay. Jadi dia hanya duduk dikursi dan menatap kosong pada layar monitor tanpa bisa memikirkan kata-kata atau menggerakkan jarinya pada keyboard. Maka ia memutuskan untuk menutup notebooknya dan pergi ke kedai kopi untuk minum sendiri.

"Sebuah toko perhiasan lain dirampok semalam setelah waktu tutup, anehnya pencuri masuk dengan kunci duplikat dan hanya mengambil uang dari laci tanpa menyentuh perhiasannya. CCTV tidak menunjukkan rekaman apapun, karena dimatikan sebelum aksi.'

Kong mendengarkan berita dari televisi di dalam kedai kopi, tapi dia mengabaikannya. Dia tidak bisa fokus pada apapun, karena dia merasa cemas dan setelah selesai minum, ia memutuskan untuk mengunjungi rumah Arthit lagi, dia pikir Arthit pasti pulang untuk mengurus Annie atau mengambil persediaan untuk tinggal.

Saat sampai di pintu gerbang, dia bisa mendengar suara dan seseorang membuka pintu, jadi iapun segera bersembunyi. Itu adalah Arthit dan sepertinya ia sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

"Apakah kau punya target berikutnya untukku, malam ini?"

"Apa maksudnya?" Kong terkejut.

"Baiklah, kirim alamatnya Pastikan semuanya rapi, aku tidak mau di terekam oleh CCTV..."

Mata Kong melebar seketika saat mendengar pembicaraan tersebut, dia ingat berita perampokan yang dia dengar akhir-akhir ini, dan mulai ketakutan.

"Kong ?!" Arthit terkejut sambil memegang ponselnya saat menemukan Kong di belakang mobil. "A-aku akan menelepon lagi, sampai jumpa..." ia memberitahu orang di telepon.

"Kong?! S-sudah berapa lama kau di sini?" tanyanya gugup.

Kong menelan air liurnya dan mencoba untuk berbicara. "Kau bicara dengan siapa barusan?" tanya Kong. "Apakah kau yang merampok toko perhiasan itu?" dia bertanya to the point.

Arthit segera menutup mulutnya. "Apa yang kau katakan? Tentu saja tidak!"

Kong mendorong Arthit menjauh dan menepis tangannya. "Jangan bohong, aku sudah mendengar semuanya!" Teriak Kong. "Mengapa kau melakukan ini? Apa yang kau pikirkan, Arthit?"

"Sstt....maaf aku membohongimu tentang liburan, oke..." Arthit mencoba menenangkannya. "Ayo, kita bicara di dalam rumah!"

"Tidak, aku tidak percaya padamu!"

"Tolong, Kong, aku tidak akan menyakitimu, aku janji, aku hanya ingin menjelaskannya!"

"Kalau begitu jelaskan disini!"

"Apa kau gila?"

"Kenapa? Karena kau melakukan kejahatan?"

Arthit tidak tahan lagi, dia dengan cepat mengunci tangan pria itu dan menyeretnya masuk. Kong berjuang keras untuk lolos tapi dia kalah kekuatan, ditambah lagi dia tidak bisa melihat. Saat mereka memasuki rumah, Arthit melepaskannya dengan menjorokkanya ke lantai.

"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud berbohong padamu!" tutur Arthit. "Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalah ini, biar aku menyelesaikan masalahku sendiri."

"Tapi, kau memilih cara yang salah untuk menyelesaikannya! Dan ini bukan solusi, tapi kau justru menggali kuburanmu sendiri!"

"Aku tidak punya pilihan! Aku butuh uang untuk menyelamatkan ayahku!"

"Meskipun kau harus masuk penjara?"

"Tidak akan!" Arthit memotongnya. "Setelah masalah uang terselesaikan, aku akan berhenti dan tidak ada yang akan menemukannya. Aku memiliki caraku sendiri, dan ini aman!"

Indonesia - Love is Like Reading a Book (End)Where stories live. Discover now