Chapter 8

1K 168 6
                                    

Arthit mendapat pengacara yang ditunjuk pengadilan, karena dia tidak mampu membayar pengacara pribadi. Jaksa penuntut kasusnya menuduhnya melakukan hacking dan merencanakan kasus perampokan, dan ia juga tertangkap membawa senjata mematikan di jaketnya saat melakukan kejahatan, sehingga di ancam 5 tahun di penjara. Namun, Arthit bersikeras bahwa pisau lipat itu bukan miliknya, seseorang memasukkannya ke dalam jaketnya tanpa sepengetahuannya, dan sidik jarinya tidak ditemukan di atasnya.

"Halo, nama ku Earth, aku ditugaskan sebagai pengacaramu dalam kasus ini." Pria itu menyapanya. "Senang bertemu denganmu."

"Namaku Arthit, senang bertemu denganmu juga." Arthit mengangguk padanya untuk menyapa.

"Aku telah mempelajari kasusmu, dan aku melihat bahwa kau telah mengakui kejahatanmu." ia melaporkan.

"Ya." Jawab Arthit singkat.

"Itu adalah keputusan yang cerdas, karena kau tertangkap basah saat melakukan kejahatan, jadi kau memang terbukti bersalah."

"Jadi, kenapa aku masih butuh pengacara?" Arthit penasaran.

"Sebelum kau didakwa sebagai narapidana oleh pengadilan, statusmu saat ini adalah terdakwa, dan memiliki hak untuk mendapatkan seorang pengacara." Earth memberitahunya. "Bahkan setelah kau didakwa sebagai tahanan, kau masih memiliki hak untuk membela diri dan menuntut pengurangan hukuman, dan pekerjaan ku di sini adalah membantumu jika kau membutuhkan ku setiap saat."

"Apakah itu mungkin?"

"Segalanya mungkin di dalam hukum, jika kau bisa membuktikan bahwa dirimu layak."

"Tapi, aku bahkan tidak tahu apakah aku layak diampuni karena telahmelakukan kejahatan." Arthit tersenyum getir.

"Semua orang pantas mendapat pengampunan." Earth meyakinkannya.

"Baiklah, cukup ngobrolnya, ayo kita masuk ke kasus ini, apakah ada orang yang membantumu melakukan kejahatan?" Earth mengajukan pertanyaan. "Maksudku, apakah kau punya partner in crime?"

Arthit langsung memelototinya, bagaimana dia bisa membiarkan teman-temannya terlibat dalam kasus ini, mereka hanya berusaha membantu.

"Aku melakukannya sendiri." jawab Arthit.

"Tapi, penyelidikan menemukan beberapa call log dari temanmu sebelum kau melakukan aksi kejahatan, pelacakan alamat IP yang menghacking security juga ditemukan di warnet yang biasa kau kunjungi."

"Aku biasa menelpon temanku sebelum bermain game online di warnet, tapi teman-temanku tidak ada hubungannya dengan ini." Kata Arthit.

"Apakah mereka benar-benar tidak tahu bahwa kau merencanakan perampokan?" tanya Earth lagi.

Arthit mengangguk ringan. "Mereka berusaha membujukku untuk tidak melakukannya, tapi aku tidak mendengarkan nasehat mereka."

"Jadi kau bilang, kau meng-hack security targetmu sendirian, di kafe, dan mereka menyaksikanmu melakukannya?"

"Ku pikir, semua itu sudah tertulis dalam laporan, bagaimana aku melakukannya." Arthit menunjuk ke dokumen di depannya.

Earth mengangguk dan mengerti.

"Bagaimana dengan pisau lipat? Apakah itu benar-benar milikmu? Atau sebenarnya seseorang telah merencanakan untuk mejerumuskanmu?" Dia mengajukan pertanyaan lagi.

Krist tertegun seketika saat mendengar tentang pisau itu, dia benar-benar tidak tahu bagaimana benda itu bisa ditemukan di dalam jaketnya, dia tidak pernah membawa senjata untuk melakukan kejahatan itu, dia hanya menggunakan komputer.

Indonesia - Love is Like Reading a Book (End)Where stories live. Discover now